Memperhatikan

Happy reading ❤️

Kini hati Gibran terasa lega. Sabina mau bertemu dengan ibunya. Meskipun Gibran merasa resah tapi ia yakin Sabina bisa menyesuaikan diri dengan ibunya nanti.

Ini malam kedua ia tidur sendiri di kamarnya, di seberang sana Sabina pun terbaring sendirian.

"Ah bagaimana jika ibu tahu kami tidur terpisah dan pernikahan ini hanya pura-pura ?" Gibran kembali mendudukkan tubuhnya karena merasa cemas.

Gibran sangat tahu bagaimana sifat ibunya itu, bila menyangkut hubungan dengan Tuhan ia akan lebih tegas lagi. Dan pernikahan ini, meskipun bukan keinginan ia dan Sabina tapi tetap sah dimata Tuhan. Gibran juga yakin jika ibunya tahu ia takkan suka bila anaknya mempermainkan sebuah pernikahan.

Ibunya mendidik Gibran untuk tidak menyakiti hati wanita yang menjadi istrinya nanti. ibunya tak mau Gibran berperilaku seperti ayahnya yang meninggalkan mereka begitu saja.

Gibran pun kembali teringat. Di hari ia menikahi Sabina, ingin rasanya Gibran melarikan diri karena ia tak mencintai Sabina dan tak mungkin bisa hidup bersama tapi ia ingat bagaimana pesan ibunya yang membuat Gibran mengurungkan niatnya untuk pergi dan ternyata hidup bersama Sabina tak seburuk yang ia pikir. malah Gibran merasa nyaman berada di dekatnya.

"Sabina memang teman yang baik, sahabat yang luar biasa. Tentu saja akan mudah menerima kehadirannya." Gumam Gibran seraya kembali membaringkan tubuhnya. Sibuk dengan pikirannya sendiri membuat Gibran terlelap dalam tidurnya.

***

"Selamat pagi," ucap Sabina ketika Gibran mulai membuka matanya.

"Sudah pukul 5, ayo bangun. Aku turun ya mau siapin sarapan." Lanjutnya lagi, dan Gibran menganggukkan kepalanya sembari tersenyum.

Sabina sudah duduk di ruang makan ketika Gibran datang untuk menikmati sarapannya. Setiap pagi mereka akan menikmati sarapan bersama namun sekarang ditambah dengan Sabina mengantarkan Gibran hingga pintu sebelum suaminya itu pergi untuk bekerja.

"Bina, hari ini aku akan menghubungi ibu agar ia datang kemari," ucap Gibran sebelum mereka berpisah.

"Iya, kapan ibu mau datang ? biar nanti aku jemput ke bandara," jawab Sabina.

"Kamu ke bandara sama siapa nanti ?"

"Sama Pak Anwar supirnya ayah."

Dapat Sabina lihat raut wajah Gibran berubah dingin, "apa Gibran merasa khawatir ?" Tanya Sabina dalam hatinya.

"Jangan khawatir, pak Anwar adalah supir kepercayaan ayah. Ia yang selalu mengantarkan aku kalau Andre gak ada." Jawab Sabina tanpa ia sadar telah menyebutkan satu nama yang kini menjadi tabu untuk diucapkan.

"Oh... Syukurlah kalau begitu. Nanti aku kabari lagi." Jawab Gibran yang kemudian berlalu. Tanpa Sabina ketahui Gibran merasa kesal ketika nama Andre disebutkan. Gibran masih merasa sakit hati karena wanita yang paling ia cintai telah direbut temannya itu.

Seperti yang Gibran lakukan di hari sebelumnya, ia melihat pantulan Sabina di kaca spionnya. Gadis itu melambaikan tangan dan Gibran tersenyum melihat itu. Entah mengapa hal sederhana itu menghangatkan hatinya.

Gibran pun tiba di rumah sakit dan seperti yang ia alami kemarin, kini semua memperlakukan Gibran penuh hormat. Ia pun merasa terheran karena hal seperti ini belum pernah terjadi.

Gibran segera memasuki ruangan praktiknya namun sebelum memulai pekerjaan, Gibran terlebih dulu mengirimkan pesan untuk ibunya.

***

Andre terbangun dengan panik, sinar matahari yang terang sudah memasuki celah kamar tidurnya.

"Manda, bangun ! Aku kesiangan. Mana ada meeting penting. Manda bangun !! Tolong siapkan segala keperluan aku !" Ucap Andre sembari mengguncangkan tubuh Amanda dengan kencang agar kekasihnya itu terbangun. Setelah itu Andre pun segera melarikan diri ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Dengan malasnya Amanda terbangun sembari berdecak sebal. Ia pun berjalan menuju dapur dan mendapatkan wanita yang kemarin bertugas membersihkan apartemen berada di sana.

"Buatin sarapan 2 !!" Titah Amanda dengan nada meninggi dan pergi begitu saja tanpa mendengarkan pertanyaan wanita itu.

Amanda kembali ke kamar dan menyiapkan pakaian untuk Andre kenakan di hari ini. Tepat setelah menyelesaikan itu Andre pun keluar dari kamar mandi dan segera bersiap.

Amanda memasang wajah manisnya dan membantu kekasihnya itu untuk bersiap.

"Setelah ini sarapan dulu ya, aku sudah menyiapkannya untukmu," ucap Amanda lembut sembari memasangkan dasi.

"Hmm, iya. Terimakasih."

"Kamu yang menyiapkan semua ?" Tanya Andre ketika mereka telah duduk berdua di meja makan.

"Tentu saja, apapun akan kulakukan untukmu." Jawab Amanda yang disambut senyuman di wajah Andre.

"Sayang terimakasih mobilnya... Tapi hari ini aku akan mulai mencari keberadaan ibuku yang tentunya...," Amanda menghentikan ucapannya sembari memasang wajah sendu.

"Kenapa ?" Tanya Andre.

Amanda menggelengkan kepalanya seolah tak mau berkata lebih jauh lagi

"Katakan padaku, Sayang. Ada apa ? Apa yang harus aku lakukan ?" Tanya Andre lagi

"Gotcha !" ( Kena kamu ) batin Amanda dalam hatinya sembari tertawa.

"Sebenarnya aku malu, tapi kan pergi mencari ibu pasti memerlukan biaya." Jawab Amanda masih dengan wajah memelasnya.

Andre mengerti apa yang Amanda inginkan. Ia pun segera mengeluarkan sebuah kartu kredit dari dalam dompetnya.

"Ini." Andre menyodorkan kartu itu diatas meja makan.

"Kartu ini unlimited, tapi kumohon bijaklah dalam menggunakannya. Seperti yang aku ceritakan kemarin, aku dalam masa sulit sekarang." Jelas Andre.

"Iya tentu saja, Sayang. Si cacat Sabina dan keluarganya emang kurang ajar bikin kamu susah sampai begini." Amanda terbakar emosi.

"Tapi kita juga bersalah bukan ? Kita yang menyakiti mereka lebih dulu."

"Si cacat yang sok baik itu hanya tak bisa terima kalau kamu lebih cinta aku daripada dia. Padahal dia gak sebaik itu Andre. Lihat bagaimana liciknya dia mempengaruhi ayahnya untuk menghancurkanmu dan merayu Gibran untuk menikahinya." Geram Amanda dengan suara meninggi.

"Gibranku... Gibranku... Jadi miliknya," lirih Amanda hampir tak terdengar.

"Sudahlah Manda, aku harus pergi. Kamu baik-baik ya... Semoga ibumu segera diketemukan." Andre pun meninggalkan Amanda yang kini termenung di atas meja makan.

Andre segera mengambil tas kantornya dan kemudian pergi.

Sesampainya di kantor, Andre kembali berkutat dengan segala kesulitan yang masih ia hadapi. Ada satu hal yang aneh, Andre yakin keluarganya sudah tau ia ada di Jakarta namun tak seorangpun dari mereka yang datang menemuinya.

Andre pun tenggelam dalam lamunannya.

Dendi sang asisten datang menemui Andre yang masih asik dengan pikirannya sendiri. Butuh waktu beberapa saat bagi Andre untuk menyadari kehadiran asistennya itu.

"Pak," Dendi kembali mencoba menyadarkan Andre.

"Ah sorry, kenapa ?" Tanya Andre.

"Ada supplier bahan baku lain yang bersedia bekerja sama namun mereka memberikan harga yang lebih tinggi dari supplier sebelumnya." Jelas Dendi.

"Ya udah terima aja." Jawab Andre dengan mata berbinar.

"Masalahnya dana yang kita miliki tidak cukup dan kita belum menemukan investor pengganti Mulia Groups."

Andre menyandarkan tubuhnya pada kursi dan berpikir untuk sejenak.

"Bagaimana jika mengajukan pinjaman pada pihak bank?" Tanya Andre.

"Dana yang dibutuhkan cukup besar Pak, jaminan yang diberikan pada pihak bank pun harus yang memadai," jelas Dendi.

"Untuk sementara kita bisa menjaminkan rumah kedua orangtuaku," jawab Andre sembari menelan salivanya. Meskipun ia akan semakin dibenci tapi inilah jalan satu-satunya agar bisa mendapatkan dana dalam waktu cepat dan untungnya Andre tahu dimana surat-surat berharga orangtuanya itu disimpan.

***

Tepat pukul 11 siang Gibran keluar dari ruangannya, seperti kemarin prakteknya hari ini masih di banjiri pasien. Meskipun lelah namun Gibran harus segera pergi ke tempat praktek pribadinya.

"Gibran," seseorang menepuk pundak Gibran dan menghentikan langkahnya.

Gibran pun menoleh dan ternyata ayah Sabina yang melakukan itu.

"Bapak, eh Ayah." Ucap Gibran yang masih merasa canggung dan ia pun menyalami bapak mertuanya itu.

Ayah Sabina tidak sendirian, ia ditemani beberapa petinggi rumah sakit.

"Ah ini perkenalkan menantuku." Ucap ayah Sabina pada para petinggi rumah sakit itu.

"Mulai sekarang bila ada keperluan atau ada pertemuan penting, maka anakku ini akan mewakili aku," lanjut ayah Sabina sembari menepuk bahu menantunya itu. Sontak membuat Gibran terkejut tapi tidak dengan beberapa orang yang berada disana. Mereka menganggukkan kepalanya tanda mengerti.

Masih dengan keterkejutan Gibran, mereka meneruskan obrolan hingga akhirnya ayah Sabina undur diri untuk pergi yang kemudian diikuti oleh Gibran.

"Pak, tunggu saya tidak mengerti."

"Apanya ?" Tanya ayah Sabina.

"Saya menjadi wakil anda?"

"Seperti janji saya Gibran, sebagian dari rumah sakit ini sudah saya ganti atas namamu. Jadi kamu bisa mewakili saya di rumah sakit ini."

"Tapi..." Gibran mulai ingin memprotes ketidaksetujuannya.

Tahu Gibran akan menolak, ayah Sabina pun memilih pergi meninggalkan sang menantu.

"Ayah harus pergi, masih banyak yang harus ayah lakukan. Sampai ketemu lagi." Ucap ayah Sabina yang kemudian meninggalkan Gibran sendirian.

Gibran pun berdiri sendiri masih tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Sungguh ia tak setuju dengan apa yang ayah Sabina lakukan. Ia membantu Sabina tanpa pamrih. Malah ia sadar mungkin Sabina lah yang lebih banyak membantu dalam melalui masa sulit ini.

Gibran kembali teringat harus segera pergi, ia pun berjalan dengan tergesa ke tempat mobilnya terparkir. Ponselnya berbunyi tepat sebelum ia memasuki mobil. Gibran pun merogoh saku celananya dan mengambil benda pipih itu.

Ternyata disana tertera pesan dari ibunya yang mengabarkan bahwa ia menunda kedatangannya ke Jakarta karena ada beberapa hal yang harus dilakukan terlebih dulu. Masih dengan berdiri di samping pintu mobilnya Gibran membalas pesan itu.

Gibran menolehkan kepalanya ke kiri dan kanan, entah kenapa ia merasa diperhatikan oleh seseorang.

Dan memang itulah yang terjadi, seorang wanita cantik yang kini duduk dibalik setir mobil mewahnya memperhatikan gerak-gerik Gibran dari balik kacamata hitam yang ia kenakan.

"Gibran... Gibranku... Akhirnya aku bisa melihatmu lagi," lirih wanita itu seraya menitikkan air matanya.

berzhembenk...

thank you for reading ❤️

Terpopuler

Comments

Sidieq Kamarga

Sidieq Kamarga

Ih jinik Amanda, kamu tuh jahat kewat jahaaaat sudah menghianatinya masih juga mengincarnya 😡😡😡😡

2023-03-13

0

🌈Yulianti🌈

🌈Yulianti🌈

batu berlian mu telah kau buang Andre sekarang nikmati lah batu kerikil yang sebentar lagi akan berubah menjadi batu nisan mu😄😄😄😄

2023-02-26

0

susi 2020

susi 2020

😲🙄😲🙄😎

2023-02-05

0

lihat semua
Episodes
1 Menjelang Pernikahan
2 Akad Nikah
3 Malam
4 Malam ( 2 )
5 The Morning After
6 Kesepakatan
7 Bulan Madu
8 Saling Menguatkan
9 Kembali Ke Jakarta
10 Lamunan
11 Makan Malam
12 Hari Pertama Di Dunia Nyata
13 Masih Di Hari Pertama
14 Memperhatikan
15 Bab Ke 15
16 Memperhatikan Dari Jauh
17 Tentang Rasa
18 Berusaha Saling Mengenal
19 Amanda
20 Jangan Jatuh Cinta Lagi
21 Tak Ada Yang Tahu
22 Marah
23 Sogokan
24 Kembali Bersama
25 Ibu Mertua
26 Kenyataannya
27 Kejutan
28 Bingung Judulnya
29 Patah Hati
30 Memutuskan
31 Memenuhi Pikiran
32 Kamu
33 Kamu (2)
34 Dan Itu Kamu...
35 Cinta
36 Gajian
37 Membatalkan
38 Makan Siang
39 Makan Siang
40 Terkuak
41 Pengumuman
42 Acara Amal 1
43 Acara Amal 2
44 Malam Setelah Acara
45 Yang Kemudian Terjadi
46 Sudah Sempurna
47 Membuktikan Ucapan
48 Perbuatan Bodoh
49 Marahan
50 Ancaman
51 Baikan
52 Gaun Keramat
53 Kesepakatan Baru
54 Kesepakatan Lain
55 Kangen
56 Dinner
57 Menyelesaikan Masalah
58 Masih Di Akhir Pekan
59 Akhir Pekan yang Lain
60 Ketemu Ibu
61 Sakit
62 Dua Garis
63 Pulang
64 Yang Kemudian Terjadi
65 Kamu Yang Meninggalkan Aku
66 Kesempatan
67 Setelah 1 Bulan Berlalu
68 Tanggung Jawab
69 Rahasia Kecil
70 Ancaman Sabina
71 Mangga
72 Rahasia Lainnya
73 Baby Shower
74 Iri
75 Ungkapan Perasaan
76 Bukan Jarak Yang Memisahkan
77 Pengakuan
78 Konsekuensi
79 Masalah Baru
80 Tersiksa
81 Masih Diselimuti Sunyi
82 Sesuai Kesepakatan
83 Tak Seperti Biasanya
84 Hasil Mesin Pencarian
85 Menjelang Satu Tahun
86 Tak Mau Mengerti
87 Menentukan Pilihan
88 Luapan Amarah
89 Penolakan Andre
90 Bertemu
91 Apa Yang Dituai
92 Your Second Best
93 Birthday Dinner
94 Aku Yang Bersalah
95 Bukan Mauku
96 Kejutan
97 Pengakuan
98 Selamat Hari Jadi
99 Masih Di Hari Jadi
100 Resah Yang Sama
101 Kedatangan Andre.
102 Menepati Janji
103 Sudah Memaafkan
104 Perasaan Hancur
105 Selamat Datang Athalla
106 Hadiah
107 Aku !
108 Aku Yang Akan Datang Padamu
109 Menghindari
110 Merasa Lebih Baik
111 Mencari Solusi
112 Tak Habis Pikir
113 Mengabaikan
114 My Only Love
115 Menjelaskan
116 Sudah Memutuskan
117 Impianku
118 Katakan Padaku
119 Tanda Cinta
120 Keindahanmu Hanya Milikku
121 The Finale
122 Bonchap 1 : Dr. Go
123 Bonchap 2
124 Bonchap 3
125 Bonchap 4
126 Bonchap 5
127 Bukan Update Ya, Tapi Mohon Dibaca
128 Bonchap 6
129 Last Bonus Chapter
130 Bonus Lagi
131 Pengumuman
132 Promo Novel
133 Promo Novel Baru
Episodes

Updated 133 Episodes

1
Menjelang Pernikahan
2
Akad Nikah
3
Malam
4
Malam ( 2 )
5
The Morning After
6
Kesepakatan
7
Bulan Madu
8
Saling Menguatkan
9
Kembali Ke Jakarta
10
Lamunan
11
Makan Malam
12
Hari Pertama Di Dunia Nyata
13
Masih Di Hari Pertama
14
Memperhatikan
15
Bab Ke 15
16
Memperhatikan Dari Jauh
17
Tentang Rasa
18
Berusaha Saling Mengenal
19
Amanda
20
Jangan Jatuh Cinta Lagi
21
Tak Ada Yang Tahu
22
Marah
23
Sogokan
24
Kembali Bersama
25
Ibu Mertua
26
Kenyataannya
27
Kejutan
28
Bingung Judulnya
29
Patah Hati
30
Memutuskan
31
Memenuhi Pikiran
32
Kamu
33
Kamu (2)
34
Dan Itu Kamu...
35
Cinta
36
Gajian
37
Membatalkan
38
Makan Siang
39
Makan Siang
40
Terkuak
41
Pengumuman
42
Acara Amal 1
43
Acara Amal 2
44
Malam Setelah Acara
45
Yang Kemudian Terjadi
46
Sudah Sempurna
47
Membuktikan Ucapan
48
Perbuatan Bodoh
49
Marahan
50
Ancaman
51
Baikan
52
Gaun Keramat
53
Kesepakatan Baru
54
Kesepakatan Lain
55
Kangen
56
Dinner
57
Menyelesaikan Masalah
58
Masih Di Akhir Pekan
59
Akhir Pekan yang Lain
60
Ketemu Ibu
61
Sakit
62
Dua Garis
63
Pulang
64
Yang Kemudian Terjadi
65
Kamu Yang Meninggalkan Aku
66
Kesempatan
67
Setelah 1 Bulan Berlalu
68
Tanggung Jawab
69
Rahasia Kecil
70
Ancaman Sabina
71
Mangga
72
Rahasia Lainnya
73
Baby Shower
74
Iri
75
Ungkapan Perasaan
76
Bukan Jarak Yang Memisahkan
77
Pengakuan
78
Konsekuensi
79
Masalah Baru
80
Tersiksa
81
Masih Diselimuti Sunyi
82
Sesuai Kesepakatan
83
Tak Seperti Biasanya
84
Hasil Mesin Pencarian
85
Menjelang Satu Tahun
86
Tak Mau Mengerti
87
Menentukan Pilihan
88
Luapan Amarah
89
Penolakan Andre
90
Bertemu
91
Apa Yang Dituai
92
Your Second Best
93
Birthday Dinner
94
Aku Yang Bersalah
95
Bukan Mauku
96
Kejutan
97
Pengakuan
98
Selamat Hari Jadi
99
Masih Di Hari Jadi
100
Resah Yang Sama
101
Kedatangan Andre.
102
Menepati Janji
103
Sudah Memaafkan
104
Perasaan Hancur
105
Selamat Datang Athalla
106
Hadiah
107
Aku !
108
Aku Yang Akan Datang Padamu
109
Menghindari
110
Merasa Lebih Baik
111
Mencari Solusi
112
Tak Habis Pikir
113
Mengabaikan
114
My Only Love
115
Menjelaskan
116
Sudah Memutuskan
117
Impianku
118
Katakan Padaku
119
Tanda Cinta
120
Keindahanmu Hanya Milikku
121
The Finale
122
Bonchap 1 : Dr. Go
123
Bonchap 2
124
Bonchap 3
125
Bonchap 4
126
Bonchap 5
127
Bukan Update Ya, Tapi Mohon Dibaca
128
Bonchap 6
129
Last Bonus Chapter
130
Bonus Lagi
131
Pengumuman
132
Promo Novel
133
Promo Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!