Kesepakatan

Happy reading ❤️

"Jadi Sabina menikah dengan Gibran?" Gumam Andre dengan senyuman sinis di wajahnya.

Bisa Amanda lihat dengan jelas lelaki itu belum rela Sabina menikahi sahabatnya.

"Tak hanya kamu yang merasa tak rela. Aku juga... Aku tak rela Gibranku menikahi si cacat itu,"geram Manda dalam hatinya.

Amanda bangkit dari tempat duduknya, dan berjalan menuju Andre berdiri.

"Jangan khawatir, sekarang kamu memiliki aku," bukan Amanda bila dirinya tak jago drama, ia memasang wajah memelas dan memeluk tubuh polos lelaki itu. Namun sayang sekali Andre tak membalas pelukan itu, sebaliknya lelaki itu melepaskan belitan tangan Amanda di tubuhnya tanpa berkata apapun dan meninggalkan Amanda begitu saja.

"Kalau bukan karena uangmu, aku tak sudi melakukan ini semua," dengus Amanda ketika lelaki itu meninggalkannya.

Andre menatap pantulan dirinya dalam cermin. Kemarin ia baru saja meninggalkan kekasihnya yang telah lama menemaninya demi perempuan yang jauh lebih sempurna dari segi fisik.

Godaan Amanda sungguh luar biasa hingga ia memilih meninggalkan Sabina. Namun ada suatu rasa dalam sudut hatinya yang tak menerima Sabina menikahi Gibran sahabatnya.

"What the f*ck Andre !" Andre memukul kaca di hadapannya.

"Lo udah milih Amanda, ngapain harus mikirin perempuan itu lagi," ucapnya pada diri sendiri.

Cepat atau lambat bayangan Sabina pasti hilang dari kepalanya. Andre yakin dapat melakukan itu.

***

"Bina... Bangun... Ini minum obat dulu kamu demam," Gibran membangunkan Sabina dengan lembut.

Wajah Sabina memerah, nafasnya terengah dan beberapa kali ia mengigau menyebutkan nama Andre dengan lirih.

Melihat itu Gibran memberanikan diri untuk menyentuh dahi Sabina yang ternyata terasa panas, sesuai dengan tebakannya.

"Bina...," Gibran kembali berusaha membangunkan istrinya itu.

Perlahan kelopak mata Sabina yang berhiaskan bulu mata yang begitu lentik terbuka dengan perlahan.

"Ayo minum obat dulu, kamu demam." Gibran menyodorkan satu gelas air putih dan sebutir obat penurun panas yang sengaja ia beli.

Dengan perlahan Sabina bangkit untuk meminumnya dan Gibran pun membantu.

"Kamu jangan terlalu memikirkannya, aku gak mau kamu sakit. Kita harus kuat," ucap Gibran seraya membersihkan sisa air di ujung bibir Sabina dengan jempolnya.

"Aku juga tak ingin memikirkannya," jawab Sabina dengan suara serak.

"Sudah lewat dari waktu cek out kamar hotel. Berapa lama lagi kita harus berada di sini ? Aku ingin pulang," ucap Gibran.

Sabina terdiam, bahkan ia tak tahu harus pulang kemana setelah ini. Apa mereka akan tinggal bersama ? Atau tinggal terpisah. Sabina tak sanggup untuk sekedar bertanya.

"A... Aku nggak tahu... Seharusnya sekarang ini aku melakukan perjalan bulan madu tapi ternyata semua berjalan tak sesuai rencana," jawab Sabina dengan tersenyum kecut.

"Ah... Maafkan aku, Bina. Kita akan keluar dari hotel ini ketika kamu telah merasa lebih baik," Gibran merasa bersalah telah menanyakan sesuatu yang membuat Sabina kembali mengingat rasa sakitnya.

"Tidurlah lagi, semoga kamu segera merasa baikan,"

Sabina pun menuruti apa yang di katakan suaminya itu.

Gibran ingin pergi keluar hanya untuk sekedar mencari udara segar agar kepalanya tak terasa berat. Namun ia sendiri tak tega meninggalkan Sabina begitu saja, terlebih lagi keadaan Sabina yang kurang baik saat ini.

Gibran mendudukkan dirinya diatas sofa yang berada di kamar itu dan mulai menyalakan televisi dengan suara yang amat rendah.

Dengan malas ia berkali-kali berganti saluran, tapi tak ada satupun yang menarik perhatiannya. Bohong bila Gibran merasa baik-baik saja saat ini. Meskipun tak ditunjukkan dengan jelas namun dalam kepalanya nama Amanda selalu teringat.

Bayangan wajah Amanda begitu jelas memenuhi kepalanya. Nyeri di hati Gibran rasakan saat ini.

"Kenapa kamu ninggalin Aku?" Ucap Gibran lirih.

Tak lama terdengar suara bel pintu yang berbunyi. Dengan langkah gontai ia berjalan menuju pintu dan membukanya.

Berdiri ayah Sabina ketika pintu itu terbuka dan Gibran pun mempersilakan mertuanya itu untuk masuk.

"Bagaimana keadaan Sabina ? Aku berulang kali menghubunginya tapi tak bisa," tanya ayah mertuanya itu pada Gibran.

"Bina demam, baru saja minum obat.". Jawab Gibran.

"Apa yang kamu lakukan pada anakku ?  Apa kamu ?" Ayah Sabina bertanya dengan wajah penuh curiga.

"Sabina demam karena kelelahan terlalu banyak menangis, dan tentu saja saya tak melakukan apapun padanya. Saya tidak mencintainya, tak mungkin melakukan hal 'itu' pada Sabina." Jawab Gibran.

Ayah Sabina menarik nafas karena lega.

"Kita harus bicara, tapi tak disini. Bagaimana kalau di coffee shop bawah ?" Tanya mertuanya itu.

"Saya kira kita bisa bicara disini,"

"Tak bisa, aku tak mau Sabina mendengarkan apa yang kita bicarakan. Ayo !" Ajak ayah Sabina seraya berjalan kembali menuju pintu.

Mau tak mau Gibran pun akhirnya mengikuti.

"Tersenyumlah, akan ada wartawan yang masih meliput berita ini,"

Gibran menganggukkan kepalanya sebagai tanda mengerti. Dan benar saja, ada beberapa juru kamera yang mengambil gambar mereka. Ayah Sabina melambaikan tangan dan tersenyum ramah, begitu juga Gibran meskipun terasa canggung baginya.

***

Kini mereka duduk berhadapan di sebuah sudut ruangan dengan 2 cangkir kopi sebagai teman mereka saat ini.

"Pertama-tama saya ucapkan banyak terimakasih karena kamu telah menolong Sabina putri kesayangan saya." Ucap Ayah Sabina dengan tulus.

Gibran berdehem untuk menetralkan suaranya, meski bagaimanapun ayah Sabina ini seseorang yang sangat penting dan juga pemilik rumah sakit dimana ia bekerja saat ini.

"Ehem... Sama-sama." Jawab Gibran.

"Aku datang untuk menawarkan sesuatu padamu. Tolong jangan pandang sebagai sesuatu yang merendahkan harga dirimu atau upaya untuk membelimu. Tidak, bukan seperti itu." Ucap ayah Sabina lagi.

Gibran tak bertanya ataupun menanggapi, ia hanya terdiam sembari memperhatikan lawan bicaranya.

"Aku akan memberikan

rumah sakit yang kini kamu tempati untuk bekerja agar menjadi milikmu. Tapi ada sesuatu yang saya inginkan darimu lagi,"

"Apa lagi? Saya sudah membantu banyak," jawab Gibran.

"Saya tahu, dan sudah saya katakan bahwa saya begitu berterima kasih. Saya mohon bertahanlah dengan Sabina satu tahun saja. Berpura-pura lah sebagai suami istri hanya 1 tahun saja, agar Sabina tak malu. Bila kalian bercerai sekarang, Sabina akan menjadi bahan pergunjingan dan saya tak mau itu. Saya tak ingin Sabina mendapatkan penghinaan. Akan saya jamin kehidupan kalian, begitu juga dengan kehidupan ibumu. Setelah satu tahun berlalu kalian bercerai lah. Bisa banyak alasan untuk melakukan itu nanti, dan begitu kalian bercerai rumah sakit itu akan menjadi milikmu."

"Satu tahun ?" Tanya Gibran ragu.

"Ya satu tahun tak akan terasa lama. Saya mohon..., Saya tak ingin anakku Sabina mendapatkan penghinaan karena telah ditinggalkan oleh calon suaminya lalu kemudian diceraikan oleh suami penggantinya. Sabina gadis yang baik ia tak patut mendapatkan itu semua, hanya saja nasibnya buruk di hari pernikahannya. Jadi... Saya mohon,  tolonglah anak saya Sabina. Sebagai ayah akan saya lakukan apapun untuk melindungi anak saya. Suatu hari kamu akan mengerti bagaimana rasanya melindungi anakmu,"

Gibran kembali terdiam, semua yang terjadi padanya begitu terasa mendesak dan berat.

"Akan saya pikirkan," jawab Gibran pada akhirnya. Meskipun ia dan Sabina telah melakukan kesepakatan untuk berpisah setelah kembali menemukan cinta pada yang lain tapi bertahan selama satu tahun apa tidak terlalu lama ?

"Saya harap, kamu memberikan jawaban yang bagus."

"Walaupun misalnya saya menerima tawaran anda, saya lakukan hanya karena menolong Sabina bukan karena tawaran harta yang anda berikan." Ucap Gibran tegas.

"Walaupun begitu saya akan tetap menepati janji saya," ucap ayah Sabina.

"Satu lagi, kalian berlibur lah ke Bali untuk berpura-pura bulan madu hingga berita ini mereda."

"Tapi Sabina sedang sakit," jawab Gibran.

"Kalian bisa pergi ketika keadaan Sabina membaik,"

"Baiklah," jawab Gibran pasrah.

"Apa ada yang ingin anda bicarakan lagi ?" Tanya Gibran.

Ayah Sabina terdiam dan menatap tajam mata menantunya itu sebelum ia berkata.

"Ah iya. Hal yang paling penting, jika kamu setuju untuk melakukan 'pernikahan' ini, jangan pernah menyentuh anak saya apalagi menghamilinya. Saya tahu kamu tak mencintainya, saya tak ingin Sabina menderita ketika kalian berpisah nanti."

To be continued

Thank you for reading ❤️

visual versi author jika kurang berkenan silahkan pakai imajinasi sendiri ya

Sabina Mulia

Gibran Fahreza

Andreas Tama

Amanda

Terpopuler

Comments

Ayuna Kamelia

Ayuna Kamelia

visual amanda kental akan aura pelakor dan matrenya
sabina jg cocok si dr karakternya yg lembut baik hati
cowonya kurang cakepan thor hihi

2023-12-21

1

Zulis Tiani

Zulis Tiani

pas bgt SMA karekter mereka fisual'a

2023-07-29

0

ita🍓

ita🍓

cocok lah Andre sama Amanda muka nya sama" jahat 😒😒😁🙏

2023-07-28

0

lihat semua
Episodes
1 Menjelang Pernikahan
2 Akad Nikah
3 Malam
4 Malam ( 2 )
5 The Morning After
6 Kesepakatan
7 Bulan Madu
8 Saling Menguatkan
9 Kembali Ke Jakarta
10 Lamunan
11 Makan Malam
12 Hari Pertama Di Dunia Nyata
13 Masih Di Hari Pertama
14 Memperhatikan
15 Bab Ke 15
16 Memperhatikan Dari Jauh
17 Tentang Rasa
18 Berusaha Saling Mengenal
19 Amanda
20 Jangan Jatuh Cinta Lagi
21 Tak Ada Yang Tahu
22 Marah
23 Sogokan
24 Kembali Bersama
25 Ibu Mertua
26 Kenyataannya
27 Kejutan
28 Bingung Judulnya
29 Patah Hati
30 Memutuskan
31 Memenuhi Pikiran
32 Kamu
33 Kamu (2)
34 Dan Itu Kamu...
35 Cinta
36 Gajian
37 Membatalkan
38 Makan Siang
39 Makan Siang
40 Terkuak
41 Pengumuman
42 Acara Amal 1
43 Acara Amal 2
44 Malam Setelah Acara
45 Yang Kemudian Terjadi
46 Sudah Sempurna
47 Membuktikan Ucapan
48 Perbuatan Bodoh
49 Marahan
50 Ancaman
51 Baikan
52 Gaun Keramat
53 Kesepakatan Baru
54 Kesepakatan Lain
55 Kangen
56 Dinner
57 Menyelesaikan Masalah
58 Masih Di Akhir Pekan
59 Akhir Pekan yang Lain
60 Ketemu Ibu
61 Sakit
62 Dua Garis
63 Pulang
64 Yang Kemudian Terjadi
65 Kamu Yang Meninggalkan Aku
66 Kesempatan
67 Setelah 1 Bulan Berlalu
68 Tanggung Jawab
69 Rahasia Kecil
70 Ancaman Sabina
71 Mangga
72 Rahasia Lainnya
73 Baby Shower
74 Iri
75 Ungkapan Perasaan
76 Bukan Jarak Yang Memisahkan
77 Pengakuan
78 Konsekuensi
79 Masalah Baru
80 Tersiksa
81 Masih Diselimuti Sunyi
82 Sesuai Kesepakatan
83 Tak Seperti Biasanya
84 Hasil Mesin Pencarian
85 Menjelang Satu Tahun
86 Tak Mau Mengerti
87 Menentukan Pilihan
88 Luapan Amarah
89 Penolakan Andre
90 Bertemu
91 Apa Yang Dituai
92 Your Second Best
93 Birthday Dinner
94 Aku Yang Bersalah
95 Bukan Mauku
96 Kejutan
97 Pengakuan
98 Selamat Hari Jadi
99 Masih Di Hari Jadi
100 Resah Yang Sama
101 Kedatangan Andre.
102 Menepati Janji
103 Sudah Memaafkan
104 Perasaan Hancur
105 Selamat Datang Athalla
106 Hadiah
107 Aku !
108 Aku Yang Akan Datang Padamu
109 Menghindari
110 Merasa Lebih Baik
111 Mencari Solusi
112 Tak Habis Pikir
113 Mengabaikan
114 My Only Love
115 Menjelaskan
116 Sudah Memutuskan
117 Impianku
118 Katakan Padaku
119 Tanda Cinta
120 Keindahanmu Hanya Milikku
121 The Finale
122 Bonchap 1 : Dr. Go
123 Bonchap 2
124 Bonchap 3
125 Bonchap 4
126 Bonchap 5
127 Bukan Update Ya, Tapi Mohon Dibaca
128 Bonchap 6
129 Last Bonus Chapter
130 Bonus Lagi
131 Pengumuman
132 Promo Novel
133 Promo Novel Baru
Episodes

Updated 133 Episodes

1
Menjelang Pernikahan
2
Akad Nikah
3
Malam
4
Malam ( 2 )
5
The Morning After
6
Kesepakatan
7
Bulan Madu
8
Saling Menguatkan
9
Kembali Ke Jakarta
10
Lamunan
11
Makan Malam
12
Hari Pertama Di Dunia Nyata
13
Masih Di Hari Pertama
14
Memperhatikan
15
Bab Ke 15
16
Memperhatikan Dari Jauh
17
Tentang Rasa
18
Berusaha Saling Mengenal
19
Amanda
20
Jangan Jatuh Cinta Lagi
21
Tak Ada Yang Tahu
22
Marah
23
Sogokan
24
Kembali Bersama
25
Ibu Mertua
26
Kenyataannya
27
Kejutan
28
Bingung Judulnya
29
Patah Hati
30
Memutuskan
31
Memenuhi Pikiran
32
Kamu
33
Kamu (2)
34
Dan Itu Kamu...
35
Cinta
36
Gajian
37
Membatalkan
38
Makan Siang
39
Makan Siang
40
Terkuak
41
Pengumuman
42
Acara Amal 1
43
Acara Amal 2
44
Malam Setelah Acara
45
Yang Kemudian Terjadi
46
Sudah Sempurna
47
Membuktikan Ucapan
48
Perbuatan Bodoh
49
Marahan
50
Ancaman
51
Baikan
52
Gaun Keramat
53
Kesepakatan Baru
54
Kesepakatan Lain
55
Kangen
56
Dinner
57
Menyelesaikan Masalah
58
Masih Di Akhir Pekan
59
Akhir Pekan yang Lain
60
Ketemu Ibu
61
Sakit
62
Dua Garis
63
Pulang
64
Yang Kemudian Terjadi
65
Kamu Yang Meninggalkan Aku
66
Kesempatan
67
Setelah 1 Bulan Berlalu
68
Tanggung Jawab
69
Rahasia Kecil
70
Ancaman Sabina
71
Mangga
72
Rahasia Lainnya
73
Baby Shower
74
Iri
75
Ungkapan Perasaan
76
Bukan Jarak Yang Memisahkan
77
Pengakuan
78
Konsekuensi
79
Masalah Baru
80
Tersiksa
81
Masih Diselimuti Sunyi
82
Sesuai Kesepakatan
83
Tak Seperti Biasanya
84
Hasil Mesin Pencarian
85
Menjelang Satu Tahun
86
Tak Mau Mengerti
87
Menentukan Pilihan
88
Luapan Amarah
89
Penolakan Andre
90
Bertemu
91
Apa Yang Dituai
92
Your Second Best
93
Birthday Dinner
94
Aku Yang Bersalah
95
Bukan Mauku
96
Kejutan
97
Pengakuan
98
Selamat Hari Jadi
99
Masih Di Hari Jadi
100
Resah Yang Sama
101
Kedatangan Andre.
102
Menepati Janji
103
Sudah Memaafkan
104
Perasaan Hancur
105
Selamat Datang Athalla
106
Hadiah
107
Aku !
108
Aku Yang Akan Datang Padamu
109
Menghindari
110
Merasa Lebih Baik
111
Mencari Solusi
112
Tak Habis Pikir
113
Mengabaikan
114
My Only Love
115
Menjelaskan
116
Sudah Memutuskan
117
Impianku
118
Katakan Padaku
119
Tanda Cinta
120
Keindahanmu Hanya Milikku
121
The Finale
122
Bonchap 1 : Dr. Go
123
Bonchap 2
124
Bonchap 3
125
Bonchap 4
126
Bonchap 5
127
Bukan Update Ya, Tapi Mohon Dibaca
128
Bonchap 6
129
Last Bonus Chapter
130
Bonus Lagi
131
Pengumuman
132
Promo Novel
133
Promo Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!