Lala mengendarai sepeda motornya pergi dari tempat itu.Air mata tidak berhenti menetes di pipinya.Dia bingung tidak tahu akan kemana.Tidak mungkin dia pulang ke rumah dengan kondisi mata merah habis menangis.Lala kembali memikirkan pertemuannya dengan Juna.Awal pertemuan selalu hangat penuh canda dan cinta tetapi selalu diakhiri dengan pertengkaran.
Dulu hubungan mereka sangat mesra.Juna sangat hangat dan begitu memperhatikan Lala, sementara Lala tidak banyak menuntut kepada Juna, dia sangat mempercayai kekasihnya itu.Setelah dua tahun mereka bersama, Lala mulai menanyakan keseriusan Juna terhadap hubungan ini.Dia mulai membahas soal pernikahan.Sejak itulah Juna mulai pelan-pelan menghindar dari Lala walaupun tidak mengurangi rasa sayangnya.
Sebenarnya waktu itu Lala belum terlalu memikirkan pernikahan, dia hanya menuruti kemauan orang tuanya yang terus mendesaknya untuk menikah dan itu membuat Lala tertekan.
Tanpa sadar Lala sudah berhenti di depan sebuah rumah yang cukup sederhana.Ini adalah rumah Riris.Kemana lagi Lala akan mencurahkan isi hatinya selain kepada Riris.Lala mengetuk pintu rumah Riris.
"Ini baru jam 8, harusnya Riris belum tidur," gumam Lala dalam hati.
Segera pintu dibuka.
"Lala ... ?! Kamu sama siapa?" Riris melihat sekeliling mencari orang lain yang mungkin datang bersama Lala.Melihat mata Lala yang merah dan sembab Riris segera mengajaknya masuk dan mempersilahkannya duduk.
"Aku ganggu ngga Ris?"
"Ngga lah, mana ada teman datang dibilang ganggu?"
"Dimana Rafa?" tanya Lala berusaha santai.
"Udah tidur, kalau bapaknya kebetulan ada jatah ronda," Riris menjelaskan tanpa diminta, seolah tahu maksud kedatangan Lala.
Lala hanya menunduk diam.
"Aku tahu kamu sedang tidak baik-baik saja, mau cerita?"
Lala bingung harus mulai dari mana.
"Aku habis bertengkar dengan Mas Juna." Lala berbicara pelan.
"Apa masalah pernikahan lagi?"
"Dia masih tidak bisa memberi kepastian kapan akan menikahku."
"Aku tidak tahu harus berkata apa lagi padamu Viola."
"Kali ini aku memberinya waktu tiga puluh hari.Jika dia tidak juga memberi kepastian aku mengancam akan menikah dengan orang lain."
"Aku tidak yakin itu akan berhasil," jawab Riris pesimis.
"Kamu pernah memberikan ancaman yang sama sebelumnya, tidak hanya sekali," imbuhnya menegaskan.
Sebenarnya Riris muak sekali dengan Juna walaupun mereka belum pernah berjumpa.Hanya melihat bagaimana Lala sering kali dibuatnya menangis itu sudah cukup menjadi alasan untuk membencinya.Riris bahkan malas menyebut nama Juna dan lebih memilih menyebutnya 'Pangeran Tampan'.
"Entahlah Ris, mungkin kali ini aku benar-benar akan menikah entah dengan siapa itu.Ibu bilang akan menikahkanku dengan anak sahabatnya jika aku tidak segera menikah."
"Terus apa masalahnya? Kenapa kamu tidak mau? Karena tidak cinta? Itu alasan klasik La.Cinta bisa datang dengan sendirinya."
"Aku tidak kenal orang itu."
"Kamu itu cantik La.Kalau kamu tidak mau dengan pilihan orang tuamu kamu bisa mencari orang lain.Begitu kamu putus, akan ada banyak sekali laki-laki yang bersedia menikahimu.Tergantung kamu mau membuka hati untuk salah satu dari mereka atau tidak."
Lala hanya diam.Air matanya mulai menggenang.
"Sudahlah La, jangan mengharapkan keseriusan dari Pangeran Tampanmu.Kamu hanya akan kecewa lagi."
Riris benar, setiap kali Lala bertemu Juna bisa dipastikan ada pertengkaran.Lala tahu hubungannya dengan Juna sudah tidak sehat.Dan apa yang bisa diharapkan dari hubungan ini jika masih dilanjutkan?
* * * *
Hari sudah pagi.Lala malas sekali membuka matanya tapi dia harus pergi bekerja.Setelah selesai mandi dan berpakaian Lala duduk di depan meja riasnya.Dia menatap wajahnya di cermin dan melihat matanya yang masih sedikit merah dan sembab karena hampir semalaman menangis.Akhirnya Lala memakai kacamata untuk menutupi matanya yang sembab.
* * * *
Sudah jam makan siang.Seperti biasa Riris mengajak Lala ke kantin.
"Gimana perasaanmu? Sudah lebih baik?" tanya Riris.
"Aku baik-baik saja Ris, makasih untuk semalam."
"Kali ini kamu harus tegas mengambil keputusan!"
Tiba-tiba hp Lala berbunyi.Ada pesan masuk rupanya.
"Kacamata tidak bisa menyembunyikan kesedihanmu."
Begitu isi pesan yang baru saja Lala baca.
"Emang mataku masih kelihatan sembab ya Ris?" Lala segera memastikannya pada Riris.
"Ngga gitu kelihatan sih sebenarnya.Kamu kan udah pake kaca mata.Kenapa nanya gitu?"
Lala menyodorkan hpnya agar Riris bisa membaca pesan yang baru saja Lala terima.
"Dari Nova?" Riris melongo setelah membaca pesan itu.
"Gila ya ni anak ... Dari kejauhan aja dia bisa tau kalau kamu sedih," lanjut Riris sambil terkekeh menggoda Lala sementara Lala hanya bisa menekuk wajahnya.
"Kamu ngga mau balas pesan dari Nova?"
"Males," jawab Lala sekenanya.
Nova adalah laki-laki pendiam.Dia jarang sekali bicara kecuali pada teman-teman dekatnya.Sebenarnya penampilan Nova tidaklah buruk.Badannya tinggi dengan perawakan yang sedikit kurus, kulitnya sawo matang dan hidungnya mancung.Wajahnya cukup manis, hanya saja Lala terlanjur tergila-gila dengan Juna.Baginya Juna adalah yang paling segalanya.Lala mengedarkan pandangan mencari sosok Nova.Akhirnya dia menemukan Nova duduk berjarak tiga meja dari tempat duduknya sekarang.Tak sengaja mata mereka bertemu.Lala jadi salah tingkah lalu kembali fokus ke makanan yang ada di piringnya.
"Aku ngerasa ada sesuatu sama si Nova ini.Kamu ngerasa ngga?" Riris mulai ngoceh.
"Sesuatu apa maksudmu?"
"Ngga tau La, kayak misterius gimana gitu.Coba kamu perhatiin deh!"
"Kaya kurang kerjaan aja Ris, sepertinya kamu yang naksir dia" jawab Lala sambil tersenyum absurd.
"Husss ... Jangan ngarang kamu! Aku masih berpikir kalau dia benar-benar menyukaimu.Jadi mungkin aku akan menjodohkanmu dengannya agar kamu bisa melupakan pangeran tampanmu." Riris tersenyum penuh kemenangan.
"Coba aja kalau bisa," jawab Lala menantang.
Kembali ke ruang kerjanya, Lala melamun memikirkan kata-kata Riris tadi sewaktu di kantin.Apa mungkin sekarang saatnya bagi Lala untuk membuka hatinya untuk orang lain.Walaupun Lala mengancam Juna dengan memberinya waktu tiga puluh hari, dia sendiri tidak yakin dengan ancamannya itu.
Sebelumnya Lala sudah pernah memberikan ancaman yang sama, hasilnya justru Juna menghilang tanpa kabar selama hampir dua bulan.Kemudian tiba-tiba dia datang menemui Lala memohon maaf dengan berbagai alasan. Dan Lala pasti memaafkannya.Entah Lala tidak serius dengan ancamannya ataupun karena dia takut kehilangan pangeran tampannya itu.Tapi sekarang berbeda keadaannya.Lala sudah tidak muda lagi, desakan dari orang tuanya untuk segera menikah sudah tidak bisa dihindari.
Selain itu Lala sudah berada di titik paling jenuh menghadapi hubungannya dengan Juna yang dia rasa hanya "jalan di tempat".Setelah sekian lama tidak ada kepastian memaksanya harus membuat keputusan yang tegas.Dia sudah seperti pengemis karena terus-terusan meminta perhatian dari Juna.Dia bahkan merasa sudah tidak ada harga dirinya lagi karena seringnya meminta Juna menikahinya, seolah-olah tidak ada pria lain yang mau dengannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Fatimah Sardju
Lebih cocok dikasih nama NOVAL, klo NOVA lebih cenderung nama CEWEK...
2023-03-28
0
Hayati Nufus
kepergok aja si Juna selingkuh
2022-09-22
1