Rumah Shasha terdiri dari dua lantai, dan masih ada atap yang biasa dia gunakan untuk menjemur pakaian, Di sana Shasha meletakan pot-pot tanaman hias kesayangannya. Dan di sana juga terdapat sofa tua yang biasa ia gunakan untuk sekedar duduk atau berbaring kalo sedang bosan. Atap adalah tempat yang paling tepat untuk ia tuju saat ini. Dia bisa membaringkan tubuhnya di atas sana untuk melepas lelah dan mendinginkan kepalanya.
"Aku bahkan belum sempat mengganti seragamku ini." Shasha mengamati pakaian yang masih menempel di tubuhnya kala itu. "Akh, bodo amatlah." Dia kembali berbaring. Karena dia terlalu lelah dan mengantuk, tanpa sengaja Shasha tertidur di atas sofa tua itu.
Luthfie, adalah nama dokter muda yang menyewa rumah Shasha. Dia baru selesei membenahi barang-barangnya, lalu dia berjalan menelusuri setiap sudut rumah ini. Di lantai bawah terdapat dua kamar, dan dia membuka satu persatu ruangan yang ada di rumah itu. Rencananya ia akan menggunakan lantai satu untuk ruang praktiknya nanti. Luthfie adalah seorang dokter yang cukup kompeten dan sudah mengantongi SIP dokter juga sudah memiliki rekomendasi. Sementara itu dia juga bekerja di rumah sakit swasta 'SEHAT MEDIKA' yang letaknya tidak jauh dari 'SMA BHAKTI'--tempat Shasha bersekolah.
(mohon maaf jika ada kesamaan tempat, dan nama instansi. Ini semua hanya fiktif belaka).
"Ini pasti kamar gadis itu, pergi ke mana dia? Aku belum melihatnya lagi sejak tadi." Sejenak dia berfikir seperti ada yang tidak beres dengan gadis ini. "Siapa sebenarnya pemilik rumah ini? Aku mengira gadis itu adalah anak Bu Mira, tapi ternyata bukan. Pantas saja dia ngotot."
Luthfie melanjutkan langkahnya ke arah belakang. Di sana ada sebuah tangga lalu dia menaikinya. Dia melangkah dengan mata yang memandang kesana kemari, tak lama dia pun tiba di atas atap.
"Ahhh ... di sini rupanya kau gadis kecil," gumamnya sambil berjalan menuju sofa dan menghampiri Shasha yang tengah tertidur di sana. Luthfi berdiri dengan jarak beberapa jengkal dari kepala Shasha, dia melipat kedua tangannya di bawah dada, melihat Shasha yang tetap bergeming, lalu iya membungkuk menurunkan kepalanya menatap lekat wajah Shasha yang tengah tertidur.
"Mmm ... dia tidur. Hebat sekali dia bisa tidur di mana aja, seperti burung," gumamnya lagi sambil membuang senyuman di sudut bibirnya lalu tiba-tiba dia mengerutkan dahinya karena merasa sedikit khawatir dengan keadaan Shasha.
"Sepertinya dia menggigil kedinginan, apa dia sedang demam?" Luthfie meletakkan tangannya di atas kening Shasha. "Alergi udara dingin?" gumamnya lagi sambil mengerutkan dahi.
Udara di kota kembang memang sejuk, tidak panas seperti di Jakarta. Sepertinya tidak cocok dengan tubuh Shasha saat ini. Luthfie mondar mandir kebingungan.
"Kalau aku pindahin dia, tentu aku harus menggendongnya, tapi dia pasti akan mengatai aku mesum lagi, gak tega juga jika aku membiarkannya menggigil kedinginan di sini. Ahh, ya, sebaiknya aku mengambil selimut dulu saja biar dia tidak menggigil seperti itu."
Dan dia kembali membawa selimut dari kamarnya, lalu segera menjulurkannya hingga menutupi tubuh Shasha yang sangat dingin.
"Tapi, apa ini cukup? Masa aku biarkan dia tidur di sini?" Setelah berfikir bolak balik, akhirnya dia putuskan untuk menggendong dan membawanya ke kamar, lalu membaringkannya di kamar Shasha. Dia pun segera beranjak mengambil stetoskop di kamarnya.
Setelah memeriksa dengan seksama lalu dia menarik sebuah kesimpulan.
"Anak ini sensitif dengan cuaca dingin, mungkin saja ada hubungannya dengan tubuh dia yang tiba-tiba jatuh dan pingsan begitu saja di hadapanku tempo hari? Mudah-mudahan dia hanya Anemia biasa."
Luthfie meninggalkan Shasha dan kembali menuju barang-barang yg belum selesai di bereskannya. Dia sibuk menata obat obatan ke dalam etalase dan merapikannya.
Selang beberapa jam ketika Luthfie masih sibuk menata obat-obatan tiba-tiba terdengar suara Shasha dari pintu kamarnya.
"Pak dokter!?" seru Shasha sedikit membentak dengan mata yang masih mengerjap karena memang baru saja bangun dari tidurnya.
"Ohh! ... kamu mengagetkanku saja, Banana," sahut Luthfie sambil menoleh sekilas. "Sudah bangun ya? Ini untukmu, tangkap, ya ...," sambungnya sambil melemparkan botol kecil ke arah Shasha.
"Apaan nih?" Shasha terkesiap menangkap benda itu dengan gelagapan.
"Itu hanya suplemen," jawab Luthfie tanpa menoleh sedikit pun karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya.
"Gak mau, saya gak butuh ini," ketusnya.
"Kamu mau apa Banana?"
"Mau tanya."
"Ya sudah, tanya saja."
BERSAMBUNG...
#Jangan lupa like + fav, rate 5 and komennya, thanks 😘😘**#
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Rahma Sari
gak ada yang perduli sama kesehatan banafsha selama ini, untung ada dokter tampan
2021-12-26
0
🐾COCO🐾
cukup menarik
2021-07-04
1
Kenzi Kenzi
kenapa saya bisa pindah tempat pakdokter??
2021-06-09
3