Aroma hujan masih bisa kuhirup di udara, segar dan menenangkan. Membuatku nyaman. Serangan manis dari marshmallow tadi juga masih terasa di mulutku. Namun entah mengapa, sangat menghangatkan.
Langit begitu gelap. Hanya ada sedikit bintang yang terlihat. Aku menolehkan kepalaku ke arah Rain yang juga sedang berbaring di atas karavan. Parasnya tidak begitu jelas, tapi aku tahu dia sangat indah.
“Hari ini ulang tahunku.” Tiba-tiba kalimat itu terlontar begitu saja dari mulutku. Aku pun sempat bingung kenapa aku mengatakannya.
Rain pun terduduk dan menatap diriku. “Serius?” tanyanya yang direspon dengan anggukan pelan dariku. “Hmm… boleh pinjam hapemu?” tanyanya lagi.
Aku meraba saku celanaku lalu memberikan ponselku pada Rain. Rain sepertinya tak menyangka kalau ponselku tidak menggunakan kata sandi. Setelah menggeser layar beberapa kali akhirnya dia menemukan apa yang dia cari. Rain kemudian tampak sesekali menatapku, lalu memalingkan kembali wajahnya ke layar ponsel. Dia melakukan itu beberapa kali, hingga aku menjadi penasaran.
“Selesai.” Kata Rain akhirnya.
“Happy Birthday, Sun!” Ucap Rain lagi, tersenyum lebar sambil menyerahkan kembali ponselku.
Aku mengambil ponselku dan melihat di layarnya sudah ada sebuah gambar. Pada gambar itu terlihat versi kartun diriku sedang tersenyum. Ekspresi yang rasanya sudah lama sekali tidak aku lihat. Kemudian di bawahnya terdapat sebuah tulisan.
‘You know 🌧 + ☀️ = 🌈 right? So Keep SMILING!’
“Suka kadonya?”
“It’s the best. Thank you.”
Aku tidak berbohong. Itu adalah hadiah terbaik yang kuterima di ulang tahunku yang ke-23 ini. Aku menatap gambar itu lagi selama beberapa saat sampai akhirnya kumatikan layar ponselku dan kumasukkan kembali ke saku celana…
***
Surya membuka kedua matanya. Sudah beberapa kali dia mendapat mimpi itu. Surya mendesah panjang. Tiga bulan sudah dia tidak mendapatkan mimpi baru tentang Rain. Hanya memori sama yang berulang-ulang bergilir dimainkan dalam mimpinya. Surya mengusap cincin emas putih berukir pada jari manisnya. Kini sudah menjadi kebiasaannya menyentuh cincin itu dikala hatinya merasa tidak tenang.
Setelah gagal mencoba untuk tidur lagi, akhirnya Surya pun bangun dan menuju ke ruang kerjanya. Ia membuka kunci sebuah laci dan mengeluarkan jurnal hitam dari dalamnya. Kemudian ia baca lembar demi lembarnya, ekspresinya tak bisa ditafsirkan.
Surya menatap jam mejanya, waktu menunjukkan pukul 3:35 pagi. Ia menghela napas panjang lagi lalu meletakkan jurnal hitam itu kembali ke dalam laci dan menguncinya. Setelah berpikir sejenak, akhirnya ia putuskan untuk mandi air hangat dan pergi ke kantor.
Surya memarkirkan mobilnya di tempat parkir yang telah disediakan khusus untuk dirinya. Akasa Tower terdiri dari 59 lantai dan Akasa Game Studio berada di lantai 41 sampai 51. Surya masuk ke elevator dan menekan tombol ke lantai 51 tempat di mana ruangannya berada.
“Pagi, Bos.”
“Pagi, Bos.”
“Pagi, Pak Surya.”
“Selamat pagi, Pak Surya.”
Akasa Game Studio sungguh tidak mengenal jam. Matahari belum juga terbit, namun masih banyak karyawan yang tampak bekerja, atau lebih tepatnya belum pulang-pulang. Waktu kerja ideal yang Surya sarankan untuk pegawainya adalah jam 9:00-17:00. Namun ia juga tidak keberatan jika mereka bekerja di luar jam itu asalkan memenuhi kuota 7 jam bekerja dan 1 jam istirahat.
Lagipula sebagai pengembang game, mereka kebanyakan bekerja lembur, belum lagi inspirasi yang sering muncul di saat tak terduga. Jadi jam tetap sungguh tidak bisa bekerja di sini. Tentunya dengan catatan, apabila ada rapat mereka harus menghadirinya dengan tepat waktu, jam berapapun itu.
Surya memasuki ruangannya dan duduk di kursi kerjanya. Sebuah hiasan bingkai kaca mempercantik satu sudut mejanya. Di dalamnya terdapat gambar yang sama persis seperti di dalam mimpinya tadi. Gambar versi kartun dirinya dan sebuah kalimat penyemangat. Jika bukan karena gambar tersebut tersimpan pada ponselnya, ia mungkin juga mempercayai bahwa itu semua hanyalah khayalannya semata.
Ia kemudian menyalakan laptop dan mengecek surel yang masuk. Sudah ada beberapa surel baru yang harus ia baca. Surya mengklik salah satu yang diteruskan asistennya. Biasanya Surya akan mendapatkan laporan menyeluruh yang sudah dirangkum dari semua data yang disajikan game tester-nya tiap akhir bulan. Namun Surya yang perfeksionis selalu harus membaca laporan ‘mentah’ yang belum disadur.
Baru ada satu game tester yang melaporkan hasil beta version untuk mobil game DRF. Bisa dimaklumi karena baru dua hari lalu Akasa Game mengirimkan tautan pengunduhan game-nya pada para penguji. Dengan sedikit keraguan, Surya mengklik surel tersebut. Surel atas nama LittleCloudy.
Nama gamer itu masih terasa asing bagi Surya. Namun karena tim pengembang merekomendasikan dia, Surya pun mempercayai kemampuannya. Tapi menyelesaikan laporan game serumit DRF dalam 48 jam? Dia masih tidak begitu yakin. Surya mulai membaca laporan dari LittleCloudy. Halaman satu, halaman dua, halaman sepuluh…
Mata Surya membesar lalu berkedip kemudian membesar dan berkedip lagi. Dia masih tidak percaya bahwa laporan sedetail ini bisa diselesaikan dalam waktu dua hari. Bukan hanya masalah dalam game, kemungkinan penyebab dan cara menanganinya pun turut dituliskan oleh game tester ini. Siapapun yang membacanya mungkin akan mengira bahwa laporan ini merupakan hasil pengamatan berbulan-bulan.
Surya tersenyum puas. LittleCloudy adalah seorang jenius. Tidak heran timnya mengajukan namanya dalam pengujian mobile game DRF. Dia begitu andal dalam pekerjaannya. Surya biasanya akan menunggu beberapa saat sebelum merekrut seseorang, mengamati terlebih dahulu bagaimana kinerja mereka. Namun kali ini instingnya mengatakan ia harus merekrut orang ini secepatnya.
Ia pun segera mengambil ponsel dan menteks asistennya.
Hubungi LittleCloudy segera setelah kamu membaca pesan ini.
Dan rekrut dia ke Akasa Game.
***
Ding!
Teja mengambil ponsel barunya yang dikirimkan oleh Akasa Game untuk para game tester. Bunyi tadi merupakan nada notifikasi yang ia atur jika ada surel baru yang masuk. Dan benar saja sudah ada surel dari Akasa Game. Mungkin ada upgrade baru?
Kepada LittleCloudy,
Kami dari Akasa Game merasa sangat puas dengan laporan dan kinerja yang Anda hasilkan. Performa Anda sangat luar biasa dan profesional dalam menjalankan semua tugas yang kami berikan.
Untuk itu Akasa Game ingin mengundang Anda menjadi bagian dari keluarga kami. Kami harapkan kedatangan Anda dengan segera ke Akasa Game Studio yang beralamat di Akasa Tower lt. 41-51.
Terima kasih.
Hormat kami,
Tim Akasa Game
Teja meletakkan satu tangannya di dagu. Ia sedang menimbang respon macam apa yang harus ia berikan pada surel itu. Di satu sisi ia merasa senang perusahaan game favoritnya memuji hasil kerjanya, namun di sisi lain dia juga tidak mau identitas aslinya diketahui. Akhirnya Teja pun membalas.
Kepada Akasa Game,
Saya merasa sangat terhormat dan senang mendengar bahwa Akasa Game sangat puas dengan laporan yang saya kerjakan. Namun mohon maaf, saya hanya tertarik untuk bekerja sebagai game tester secara online.
Saya harap Akasa Game dapat mengerti dan masih ingin terus melanjutkan kerjasama ke depannya sebagai Game Developer dan game tester.
Hormat saya,
LittleCloudy
Teja pun kembali lagi berkutat serius dengan game-nya. Sesekali dia menuliskan beberapa kalimat pada buku catatan kecil di sebelahnya. Begitu fokusnya Teja hingga dia tak menyadari Varsha yang sudah masuk ke dalam rumah dan berdiri di sampingnya.
“Lagi apa, Sayang?”
Mendengar suara mamanya Teja tersentak kaget. Kemudian langsung memeluk erat Mamanya. Hari ini dia hanya sempat bertemu dengan mamanya di pagi hari sehingga dia sangat merindukannya.
“Teja kangen sama Mama.”
“Mama juga kangeeeen banget sama Teja.” Ucap Varsha sambil mengelus kepala buah hatinya.
“Teja sudah makan, Nak?”
“Sudah Mama.” Jawab Teja masih sambil memeluk mamanya.
“Pintar. Kalau begitu Mama mandi dulu nanti baru Teja cerita bagaimana hari ini ya?”
“Oke Mama.” Jawab Teja menganggukan kepala masih tak rela melepaskan mamanya.
Varsha tersenyum ke arah putra kecilnya lalu mengecup dahinya sebelum akhirnya berjalan ke kamar mandi.
Selesai Varsha mandi, Teja langsung menceritakan bagaimana dia menghabiskan harinya. Dimulai dari saat dia bersekolah di TK, lalu waktu dia membantu Eyangnya berjualan asinan, sampai ke game terbaru yang sedang dia mainkan. Hanya satu yang ia tinggalkan, bahwa ia bermain bukan hanya sebagai penggemar melainkan juga sebagai game tester...
“Mama ingat DRF?”
“Dark Rainbow Forrest? Game komputer yang Teja suka itu?”
“Iya, sekarang pengembangnya mengeluarkan versi mobile-nya.”
“Ooh.”
Walau awalnya sempat khawatir, Varsha tidak pernah membatasi waktu bermain Teja. Karena ternyata sebelum diatur pun putranya sudah mengerti sendiri kapan waktunya bermain dan kapan waktunya belajar. Untuk itu Varsha sangat bersyukur telah dianugerahi Tuhan putranya yang luar biasa ini.
“Jadi Teja tadi memainkan itu?” Tanya Varsha yang dijawab dengan anggukan dari Teja.
“Mama mau lihat?”
“Boleh.”
Teja pun memainkan game itu sementara Varsha menontonnya. Varsha sempat memperhatikan ponsel asing yang dipegang Teja. Namun karena Bayu sering diminta temannya untuk memperbaiki ataupun menaikkan spec ponsel rekan-rekannya, Varsha tidak merasa aneh. Sehabis Bayu mengutak-atik ponsel mereka, Teja-lah yang ia minta untuk mengetes ketahanannnya, biasa dengan menonton video atau bermain game. Jadi jika ada ponsel asing di tangan Teja, itu bukanlah hal yang tidak biasa.
“Bagus ya gamenya.” Puji Varsha. “Boleh Mama mengecek pekerjaan Mama yang lain? Mama tetap akan duduk di dekat Teja, kok.” Tambahnya lagi.
“Oke Mama.” Jawab Teja menunjukkan senyum manisnya.
Varsha mengambil laptop dan menyalakannya. Kemudian dia mengecek toko onlinenya. Selain menjadi asisten komikus, pekerja paruh waktu di mini market, dan barista, Varsha juga membuka bisnis makanan online berjualan asinan menggunakan sistem Pre Order. Keuntungan yang didapat, ia bagi dengan Pakde dan Budenya.
Terakhir Varsha cek tadi sore, sudah ada 15 pesanan yang masuk. Sekarang sudah bertambah 7 lagi, jadi total ada 22 pesanan. Varsha kemudian mengecek dan membaca selebaran-selebaran promo online yang ditawarkan berbagai supermarket dan market place. Keningnya berkerut menimbang dan menghitung cepat semua harga di kepalanya.
“Besok sore, habis Mama bekerja, Teja mau temani Mama ke supermarket?”
Namun putra kecilnya tidak memberi jawaban. Ia tertidur sambil memegang ponsel di kedua tangannya. Varsha tersenyum melihat Teja yang seringkali bertingkah layaknya orang dewasa, namun kini tertidur pulas di meja makan seperti anak normal seusianya.
Ding!
Ponsel di tangan Teja berbunyi, namun buah hati kecilnya masih tidak bergeming. Varsha pun berusaha dengan hati-hati mengambil ponsel itu dari tangan Teja. Namun tanpa sengaja, ia malah membuka surel yang baru saja masuk. Dan akhirnya membacanya.
Kepada LittleCloudy,
Saya Surya, CEO dari Akasa Game. Saya mendapat kabar bahwa Anda hanya berminat untuk bekerja sebagai game tester kami secara online.
Saya sungguh mencoba berusaha untuk mengerti posisi Anda namun saya sangat menyayangkan keputusan tersebut. Kemampuan Anda dalam menganalisa setiap detail di dalam game sangat rinci dan akurat.
Pada setiap masalah yang Anda temukan dalam game, Anda cari semua kemungkinan penyebabnya dan tak hanya itu, Anda bahkan juga menyediakan solusinya. Solusi yang bahkan tidak terpikirkan secepat itu oleh tim kami.
Jadi begini saja, bagaimana kalau kita bertemu di tengah-tengah. Saya tidak akan memaksa Anda untuk bergabung dengan Akasa Game, tapi saya tetap ingin berdiskusi dengan Anda secara langsung. Anggap saja sebagai pertemuan sesama pecinta game DRF. Saya mengharapkan kabar baik dari Anda.
Hormat saya,
Surya K. Abhiyoga, CEO Akasa Game
Seusai membaca surel itu Varsha menatap putranya lagi. Apakah putranya menyimpan sesuatu darinya. Tak lama, dia menghela napas panjang. Lalu menggendong buah hatinya menuju tempat tidur. Masalah surel itu bisa menunggu besok.
***
Teja duduk di dalam keranjang yang didorong Varsha. Di sekelilingnya sudah penuh dengan bahan-bahan untuk membuat asinan. Kebetulan hari ini ada promo diskon besar-besaran untuk sayur dan buah-buahan di supermarket AF sehingga Varsha akhirnya memilih untuk berbelanja di sini.
“Teja, marshmallow?”
Teja langsung mengangguk cepat. Teja sebenarnya bukan penyuka makanan manis kecuali susu cokelat dan marshmallow. Bagaimana putra kecilnya yang tidak suka makan manis menyukai marshmallow yang sangat manis itu masih menjadi misteri bagi Varsha.
Varsha memasukkan beberapa bungkus marshmallow ke dalam keranjang lalu mendorongnya menuju kasir. Di masing-masing kasir sudah penuh sekali dengan antrian panjang. Tidak mengherankan, karena dimana ada diskon besar disitulah para pemburu diskon berjamur.
Varsha pun memilih salah satu jalur kasir dan mulai mengantri. Masing-masing keranjang pembeli terisi penuh sehingga memerlukan waktu yang tidak sebentar untuk melayani satu pelanggan. Varsha menyandarkan sikutnya ke pegangan keranjang dan memangku wajahnya dengan kedua tangannya sambil menatap Teja.
“Teja, tahu apa itu game tester?”
“Tahu Mama.” Jawab Teja.
“Apa sih game tester?” Tanya Varsha lagi.
“Game tester atau Quality Assurance Tester adalah orang yang menguji game sebelum atau sesudah gamenya dirilis.”
“Ooh…” Varsha mengangguk-angguk.
“Maaf Mama…” Ucap Teja tiba-tiba.
“Maaf kenapa, Sayang?”
“Teja tahu Mama sudah baca email dari Akasa Game untuk Teja. Makanya Mama menanyakan tentang game tester pada Teja, kan?” Kata Teja sambil menundukkan kepalanya.
Awalnya Varsha masih agak ragu karena surel tersebut bisa saja untuk Bayu adiknya. Namun Varsha tahu, Teja tidak bisa berbohong padanya. Jadi tinggal dikorek sedikit saja, putra kecilnya pasti akan memberitahukannya semua.
Varsha menghela napas panjang sebelum bertanya lagi, “Kenapa Teja tidak cerita sama Mama Teja bekerja jadi game tester?”
“Maaf Mama… Teja tahu Mama tidak ingin Teja dan Om Bayu merasa terbebani tapi… Tapi Teja juga mau membantu Mama… Meski hanya sedikit… Dan Teja kebetulan mendapatkan kesempatan itu.. Jadi.. Jadi Teja ambil… Mama marah ya sama Teja?”
Varsha tersenyum pada Teja. Ada rasa ngilu di ulu hatinya melihat ekspresi sedih putra kecilnya itu. Ia pun mengelus kepala putranya.
“Mama cuma enggak mau Teja bohong sama Mama. Mama berharap enggak ada rahasia di antara Teja dan Mama lagi, oke?” Ucap Varsha yang dijawab dengan anggukan mantap oleh Teja.
“Kalau soal marah, mungkin sedikit?” Ledek Varsha yang membuahkan senyum kecil dari Teja.
“Tapi, Teja suka enggak jadi game tester?”
Teja tampak berpikir sejenak, sama sekali tidak menyangka pertanyaan itu akan terlontar dari mamanya. Tak lama, dia pun menganggukkan kepalanya.
“Tapi. Teja akan segera berhenti jadi game tester, Mama.”
“Kenapa?”
“Mama juga sudah baca emailnya, kan? Mereka ingin bertemu Teja. Jadi Teja akan berhenti.”
Seketika sebuah memori bermain di benak Varsha. Saat itu usia Teja masih tiga tahun. Varsha sebenarnya tidak terlalu tahu detail cerita lengkapnya karena dia mendengarnya dari Pakliknya.
Intinya yang Varsha tahu. Bagus, putra Pakliknya, membawa Teja berjalan-jalan di suatu kampus. Lalu Teja dituduh mengaku-ngaku telah mengerjakan soal sulit yang bahkan tidak bisa dipecahkan oleh dosen di sana. Tidak ada satu pun yang percaya bahwa anak seusia dirinya mampu mengerjakan soal yang begitu rumit. Meskipun Teja sudah berusaha membuktikannya pun, tidak ada yang menghiraukannya.
Varsha pernah menanyakan hal itu pada Teja, tapi putranya tidak mau menceritakannya dan hanya bilang bahwa dia tidak apa-apa. Tapi Varsha tahu semenjak saat itu seperti ada luka membekas di hati Teja. Ia selalu berusaha menahan kejeniusan dirinya di depan orang dewasa yang asing.
“Mama, sebentar lagi kita sampai kasir.”
Panggilan Teja membuyarkan lamunan Varsha. Antrian mereka akhirnya maju ke depan. Setelah mengantri setengah jam lebih, mereka pun akhirnya selesai berbelanja.
***
Pada malam hari, saat Teja sudah tidur, Varsha memanggil Bayu. Bayu pun akhirnya mengaku dan bercerita panjang lebar tentang dunia game tester yang digeluti oleh dia dan keponakan kecilnya. Bagaimana Teja menikmati pekerjaan itu, dan bagaimana ia juga membantu membayar tagihan. Pokoknya Bayu ceritakan semuanya tanpa ada sedikit pun detail yang ketinggalan.
Setelah Bayu selesai, Varsha pun akhirnya mengecek surel-surel dari Akasa Game untuk Teja. Dimulai dari undangan closed beta test mobile game yang ia pertama kali dapatkan sampai ke surel-surel terbaru dari CEO Akasa Game yang belum ia buka. Varsha membacanya satu per satu.
Ia bisa merasakan semangat putranya di setiap kalimat yang ia tuliskan pada laporan yang Teja kirimkan ke Akasa Game. Putranya benar-benar sangat menyukai bidang ini. Varsha akhirnya membuka surel dari CEO Akasa Game. Tampaknya pria itu sudah menuliskan sekitar lima surel baru selain dari yang semalam Varsha tidak sengaja baca.
Melihat dari seluruh surel yang CEO itu tuliskan, jelas sekali orang itu sangat mengagumi putra Varsha. Dia selalu memuji dan mengapresiasi buah hatinya di setiap suratnya. Tapi akankah semua sifatnya berubah jika ia tahu orang yang dipujanya adalah bocah berusia empat tahun?
Varsha mengulum bibirnya, menampakkan dua lesung pipit manis di pipinya. Ia sempat merasa ragu namun begitu dia ingat bagaimana putranya dengan begitu bersemangat bergelut di dunia tersebut, tangannya pun mulai menekan layar pada ponsel.
Kepada CEO Akasa Game,
Mari kita bertemu.
Hormat saya,
Wali LittleCloudy
***
Curcol Author:
Cie mantan terindah sebentar lagi mau ketemuan hiihihiihuehehueheehiks
Jangan lupa love, komen, dan jempolnya ya men-temen xD
Nuhun~
- Bawang
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
सीता
Tema cerita ini keren banget. Apalagi pembahasan tentang pekerjaannya mendetail, jadi nggak sekadar, bla-bla-bla adalah pengembangan game dan sudah----lanjut percintaan. Wkwk.
Semangat terus berkarya!
2021-10-31
2
Nadziroh💖 IG @Nadziroh2
aku juga pingin jadi awan supaya bisa dilirik matahari beb
2021-10-31
2
Xianlun Ghifa
bom like
2021-10-18
1