Hingga pelajaran usai, hujan masih turun dengan derasnya, seolah langit tengah menumpahkan air tiada habisnya.
Alma berjalan bersama Feni menuju tempat parkir untuk mengambil sepedanya. Feni sempat menawarkan tumpangan lagi, tapi Alma menolaknya. Alma berencana untuk mampir ke suatu tempat sebelum pulang.
Disinilah Alma sekarang, perpustakaan daerah. Dengan baju yang sedikit basah karena terkena cipratan air saat bersepeda, payung yang digunakannya tidak bisa menahan air hujan yang menciprat karena terkena hembusan angin.
Hari ini pulang lebih awal karena upacara bendera tidak dilaksanakan, membuat Alma memilih untuk pergi ke perpustakaan, mencari informasi tentang makhluk apa sebenarnya Akio itu.
Alma langsung mencari-cari buku tentang alien, tapi semua yang dilihatnya di buku, alien tidak ada yang berwujud persis serupa dengan manusia. Alma mencari buku lain yang mungkin akan memberinya petunjuk, tetap nihil.
Saat hujan reda, karena merasa usahanya tidak membuahkan hasil, Alma memilih pulang ke rumah. Jam sudah menunjukkan pukul 3, satu jam lagi Alma harus memberikan les di rumahnya.
Sehari setelah Alma mengajar les anaknya Bu RT, ternyata banyak ibu-ibu lain yang minta anaknya di les privat oleh Alma. Alhasil sekarang anak-anak itu yang datang kerumah, karena Alma tidak mungkin mendatangi ke rumah mereka satu persatu.
Sampai di rumah Alma hanya sempat mandi dan makan, karena beberapa anak yang ikut les sudah hadir.
Tak disangka, malam harinya, saat Alma tengah mengerjakan PR dari guru kimia, terdengar suara ketukan di pintu rumahnya. Bara yang sedang bermain di ruang tamu langsung berlari membukakan pintu.
" Kakak siapa?", bara mendongakkan kepalanya, menatap pria jangkung yang berdiri di depan pintu sambil membawa sebuah kantung plastik besar di tangan kanannya, dan paper bag di tangan kiri, yang bau harumnya menyeruak keluar.
Bau kopi dan juga brownies kukus, langsung menerobos masuk ke dalam rumah saat angin malam berhembus.
" Apa Alma ada?, saya teman sekelasnya".
Bara kembali menutup pintu dan berlari masuk ke dalam.
" Kok kamu lari-lari begitu, ada tamu siapa?, kenapa nggak disuruh masuk ?", Maemunah yang baru saja selesai melipat baju berjalan keluar membukakan pintu. Sedangkan Bara melanjutkan berlari menuju kamar kakaknya.
" Maaf adik siapa?", tanya maemunah saat melihat seorang anak laki-laki seumuran Alma berdiri di depan pintu.
" Saya Akio teman sekelas Alma, bibi".
Maemunah menatap Akio dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan seksama.
" Seperti pernah melihat anak ini, tapi kapan dan dimana?", batin Maemunah.
" Mari silahkan masuk, bibi panggilkan Alma sebentar".
" Maaf ini untuk bibi", Akio menyerahkan sebuah kantong plastik yang berukuran besar.
" Ini apa?, kalau mau main, tinggal main saja, tidak usah membawa buah tangan. Jadi mengurangi jatah uang jajan kamu".
" Nggak papa bibi, mohon diterima".
Terpaksa Maemunah menerima kantong itu dan masuk ke dalam, saat Maemunah meletakkan kantong di meja ruang tengah, Alma keluar dari kamar diikuti bara dibelakangnya.
Akio masuk dan melihat-lihat foto yang terpajang di dinding, saat Maemunah masuk ke dalam rumah memanggil Alma.
Semuanya foto lama, foto masa kecil Alma yang sedang di gendong Pak Sobari dan dirangkul ibunya, di depan kandang harimau, saat bertamasya di kebun binatang.
Ada juga foto Alma yang memegang piala bersama ibunya dan bara yang masih kecil berdiri didepannya, itu adalah foto saat Alma mendapat peringkat pertama kelulusan SD.
Alma menuju ruang tamu bersama ibunya, sedangkan di ruang tengah Bara langsung sibuk membongkar isi kantong ke atas meja. Matanya begitu berbinar ketika melihat berbagai macam cup cake dalam box, ada gula, telur, susu, minyak, beras dan juga mie instan.
Bara langsung menikmati cup cake coklat yang sangat lembut, beralih mengambil cup cake dengan toping pelangi, dan terus mencicipi tanpa ada yang menegur, karena Ibu dan kakaknya sedang menemui tamu di depan.
" Malam-malam begini kenapa ke rumah?, apa ada yang penting?". Alma duduk di seberang meja, tepat berhadapan dengan Akio, Maemunah duduk di samping putrinya.
Akio hanya menatap Alma sekilas, kemudian mengeluarkan tiga cup kopi siap minum dan juga sekotak brownies kukus di atas meja.
Maemunah nampak heran dengan sikap Akio sejak tadi , " bahkan anak ini membawa kopi dan kue sendiri, apa dia tahu bagaimana keadaan perekonomian keluarga kami?", batin Maemunah.
" Silahkan dinikmati, maaf saya bawa kopi sendiri, di luar udara cukup dingin, jadi saya membelinya saat menuju kesini tadi, jika ngobrol sambil minum kopi tentu akan membuat lebih hangat", Alma begitu terkejut dengan kalimat Akio yang begitu sopan santun dan ramah.
Tidak seperti Akio yang Alma kenal selama ini, pendiam, dingin, jutek, angkuh dan sombong.
" Apa karena aku melihatnya berubah wujud saat di dalam air sehingga malam-malam begini dia repot-repot datang ke rumah", Alma tersadar dari lamunan saat Akio menyodorkan kopi dihadapannya.
Setelah menerima dan menyesap kopi pemberian Akio, Alma memberi kode pada ibunya agar masuk ke dalam. Mengira jika, dari tadi Akio belum mau mengatakan tujuan kedatangannya, karena merasa kurang nyaman dengan keberadaan ibunya.
Maemunah pun beranjak dan hendak masuk ke dalam rumah, namun justru Akio menghentikan langkahnya.
" Maaf bibi, kalau tidak keberatan, saya mau bibi tetap disini, sebagai saksi".
Maemunah mengernyitkan dahinya, " saksi?", ulang Maemunah, takut salah dengar. Kemudian kembali duduk di kursi seperti semula.
" Saya ke sini mau mengantar ini", Akio mengeluarkan amplop coklat tebal dari dalam jaketnya, kemudian meletakkan amplop coklat itu di meja tepat didepan Alma.
" Alma dan saya kedepannya punya proyek, dan Alma sudah menandatangani surat perjanjiannya kemarin. Sesuai yang tertulis di surat perjanjian, ini untuk Alma".
Degup jantung Alma semakin tidak menentu, meski Alma sudah membaca surat perjanjian itu dengan seksama, namun sebenarnya Alma tidak benar-benar mengharapkan akan mendapatkan uang sebesar 75 juta sebagai subsidi tutup mulutnya. Karena Alma akan tetap diam meski uang itu tidak pernah didapatkannya. Bagi Alma yang penting dia masih bisa hidup dan nyawanya tidak dilenyapkan, itu sudah cukup.
" Maaf sebelumnya, proyek apa yang sedang kalian kerjakan bersama, kalian berdua masih sangat muda".
" Kamu tidak melakukan hal yang aneh-aneh kan Al?"
Alma masih terdiam dan sibuk dengan pikirannya sendiri, mempertimbangkan akan menerima uang sebanyak itu, atau tidak. Dan langsung tersentak ketika ibunya menepuk lengan tangannya, menyadarkan Alma dari lamunannya.
" Iya kenapa Bu?".
" Alma nggak pernah melakukan hal-hal aneh, ibu tenang saja".
" Ini memang kesepakatan bersama, dan ini buat ibu semuanya, terserah mau ibu gunakan untuk apa. Ibu pasti lebih bisa mengaturnya".
Alma mendorong amplop coklat itu kehadapan ibunya. Alma sendiri merasa plong, akhirnya bisa membuat keputusan, dan semoga keputusannya tepat.
Maemunah mengambil amplop itu dengan tangan gemetar. " Berapa banyak uang di dalam kantong itu, hingga kantong itu mengembung", pikir Maemunah sambil mengintip isi amplop, ada begitu banyak gambar Soekarno Hatta berdesakan di dalam amplop itu.
" Nanti Alma jelaskan sama ibu semuanya".
Akio menatap Alma tajam, membuat Alma merasa takut.
" Ibu simpan amplop itu dulu, Alma mau bicara sama Akio berdua".
Maemunah pun masuk kedalam dengan membawa amplop itu.
" Tenang saja, saya nggak akan cerita yang sebenarnya, akan saya cari alasan yang tepat dan masuk akal, biar ibu percaya", dari tatapan matanya, Alma mengerti jika Akio melarangnya menceritakan tentang kejadian itu pada siapapun.
" Tapi satu pertanyaan, apa hanya saya yang tahu tentang hal ini?".
Akio mengangguk. " Sebenarnya ayahmu juga tahu, tapi dia sudah tiada", batin Akio.
" Karena urusan sudah selesai, saya pulang sekarang", Akio langsung berdiri dan keluar dari rumah itu. Alma mengantarnya sampai di pintu rumah, karena memang sudah malam dan udara di luar sangat dingin, sedangkan Alma hanya mengenakan kaos dan celana hitam berbahan tipis.
Maemunah langsung keluar saat tahu teman Alma sudah pulang. " Ayo cepat ceritakan sama ibu, proyek apa yang sedang kalian kerjakan, sampai kamu mendapatkan bayaran sebanyak itu?".
" Apa kamu tahu, di dalam amplop itu ada uang sejumlah....".
" 75 juta", Alma memotong kalimat Maemunah. Membuat Maemunah melongo.
" Jadi kamu tahu berapa banyak uang di dalam amplop itu?".
" 75 juta itu sangat banyak Alma, jadi apa yang sedang kalian kerjakan?".
" Kamu tida ikut-ikutan hal yang nggak bener kan Al?". Maemunah sangat khawatir jika putrinya terjerumus ke hal-hal yang tidak benar.
Maemunah pernah mendengar dari salah satu tetangga, jika beberapa siswi dari Pelita Jaya, bersedia menjadi wanita simpanan, bahasa kekiniannya menjadi sugar baby dari para om-om hidung belang. Hanya demi mendapatkan kehidupan mewah dan bergelimang materi. Maemunah tidak mau anaknya terjerumus dan ikut-ikutan tidak bener seperti itu.
" Ibu percaya kan sama Alma?. Alma nggak akan pernah melakukan hal yang aneh-aneh dan mempermalukan ibu".
" Alma ngantuk Bu, sudah malam, mau tidur dulu, ibu juga istirahat ya, ".
" Saat ada waktu luang, Alma akan ceritakan hal yang sedang Alma kerjakan dengannya".
Alma langsung masuk kamar dan mengunci pintu kamarnya. Untuk memberi jawaban pada ibunya, Alma tidak boleh sembarangan bicara. Harus dipikirkan terlebih dahulu. Mencari alasan yang tepat dan masuk akal.
" Huffft...." Alma menghela nafas panjang.
" Kenapa waktu itu aku membuka mata saat di dasar kolam, seharusnya aku terus merem sampai muncul dipermukaan", Alma menyesali apa yang dilakukan nya kala itu.
" Sebenarnya siapa Akio itu, apa dia alien?, atau siluman?, mungkinkah mutan?".
" Kenapa di jaman modern seperti sekarang ini masih ada hal seperti itu, aaaahhhh.....".
Alma mengacak-acak rambutnya merasa kacau.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
mutan adalah: organisme atau karakter genetik baru yang timbul atau dihasilkan dari suatu contoh mutasi, yang umumnya merupakan perubahan urutan DNA genom atau kromosom suatu organisme. Ini adalah karakteristik yang tidak akan diamati secara alami dalam spesimen.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments