🌵🌵
Kebahagiaanmu tidaklah bersumber dari orang lain.
Kebahagiaan dapat kau rasakan, ketika kau dapat mensyukuri nikmat yang kau miliki.
Orang yang tidak pernah bahagia, ialah orang yang tidak pernah bisa menemukan nikmat yang Tuhan berikan untuknya.
🌵🌵
****~~~~****
Mas boleh buka jilbab Adek gak? "
tanyanya sembari menyusuri pipiku dengan jari nya.
(Demi cilok saus kacang!!
Diperlakukan kayak gini tuh bikin jantung, hati, usus dan limpa ku bergetar semuaa,aaa...!)
Aku membuka mataku dan menengadahkan kepalaku ke atas, secara mas Aji lebih tinggi sepuluh senti dariku.
Tatapan mata kami pun bertabrakan.
Serasa di sirep aku pun hanya mematung terpaku, semakin lama wajahnya semakin mendekat dan hidung lancipnya hampir saja menyentuh hidung mancung ku juga,tapi ke dalem mancungnya alias pesek.
Bahkan aku dapat merasakan hembusan nafas hangatnya menerpa wajahku.
Sesaat aku berpikir akan mengalami momen paling romantis seperti yang pernah ku baca di novel onlen kesukaanku.
Aku pun memejamkan mataku lagi, namun...
"ALLAHU AKBAR.. ALLAAAAHUUU.. AKBAR..!!
" ALLAAAAHU AKBAR.. ALLAAAAAHU..AKBAR..!! "
"Astagfirullah...maaf yo Dek, Mas lali yen sebentar lagi adzan, " ucapnya seketika menjauhkan wajahnya dari wajahku.
Dan melerai rangkulan tangannya di pinggangku.
(Huft, hampir saja... sedikit lagi padahal)
(Hei, apanya ?)
"Ndak popo to mas, "
jawabku sambil mesem,kemudian ku ambil handuk yang ku jatuhkan ke lantai tadi.
Gema adzan Juhur menggaung dari musholla yang tidak jauh dari rumahku.
Seketika momentum yang hampir romantis pun ambyar kabeh.
Mungkin emang belom waktunya pengantin anyar ini bermesraan.
"Mas boleh pinjem kain sarung ndak?
tanyanya dengan tangan yang mengusap belakang leher, menandakan kalau dia itu sedang salting(salah tingkah)
"Mas belum bawa opo-opo dari rumah, baju ganti saja cuma kaos ini tok. " katanya lagi sembari menarik ujung bawah kaosnya.
"Em, yowis, nanti adek pinjami sarung ke bapak yo. "
sahutku dengan senyum malu,segera beranjak keluar kamar.
Sampai depan kamar langsung saja ku tutup pintunya, kemudian ku bersandar sebentar untuk menormalkan detak jantung dan juga denyut nadiku.
Untung ini jantung bukan made in china, yen ndak, iso meleduk iki.
Tiba-tiba ada ibuk menghampiriku.
"Kamu lagi opo to disitu ndok, merem-merem sambil megangi dada ngono? "
"Suamimu ndi toh, iki ibuk bawa'ke sarung punya bapakmu, buat menantu ibuk solat. "
tanyanya yang berentet macam petasan saja.
"Ah, ibuk ngagetin aku ae, "
"Kebetulan tadi Sumi emang mau minjem sarung bapak, mas Aji mau ke musholla katanya. " sahutku kemudian meraih sarung bermerk 'gajah rebahan' berwarna hijau tua,dari tangan ibuk.
"Yowis aku tak kedalam kamar lagi yo buk. "
ucapku sambil memutar knop pintu.
"Mas, iki kain sarungnya, tadi Adek ketemu ibuk didepan. " kataku sambil menyerahkan sarung ke tangan nya.
"Matursuwun yo dek.. "
"Nanti abis solat kita boleh lanjut lagi kan, yang tadi?? "
ucap Mas Aji tanpa tedeng aling-aling, membuat semburat malu itu datang lagi meronai pipi ku.
"Opo to mas ih, wis sana wudhu, nanti keburu qomat. " ujarku seraya mengusirnya demi menyamarkan rasa malu-malu mau yang membuncah tak karuan, membuat hati ku serasa naik odong-odong.
Mas Aji pun berlalu keluar kamar sembari terkekeh kecil.
"Ayo nak, kamu mau ke musholla to, hayuk kita bareng, bapakmu iku wis siap di teras.
Mereka para laki-laki itu pun pergi menyambut panggilan kewajibannya terhadap sang pencipta.
Sesibuk apapun kita, mau dalam acara apapun dan di manapun, janganlah pernah mengabaikan kewajiban kita.
Ketika waktu itu memanggil maka segera tinggalkan pekerjaanmu dan bergegaslah mengerjakan seruan illahi.
Terkadang manusia beralasan sibuk mengerjakan tugasnya, tanpa mereka sadar bahwa tidak ada satupun pekerjaannya yang berjalan lancar tanpa bantuan dan campur tangan dari Allah.
Atau ketika sebagian manusia merasa sibuk mengejar dan mengais rezeky,tanpa mereka fahami mereka sedang menjauhi bahkan tidak menggubris panggilan sang pemberi rezeky tersebut.
Lalu apa lagi alibi mu untuk melalaikan kewajibanmu??
••
Tiga puluh menit kemudian,pintu kamarku di ketuk.
Segera ku lipat sajadah yang baru saja ku pakai menunaikan tugasku sebagai muslim.
Aku pun beranjak ke arah pintu dan menekan knop untuk membukanya.
"Assalamu alaikum! "
sapa laki-laki di depan pintu kamarku ini, dengan wajah segar dan senyum yang di kulum.
"Waalaikum salam mas, "
sahutku kemudian ku,raih tangan kanannya dan mencium nya dengan takzim.
Ia pun tersenyum lebar.
"Mas mau masuk ndak,? "
tanyaku karena melihat mas Aji diam saja di depan kamarku.
"Adek udah ndak sabar nih? " godanya sambil mencuil daguku.
"Ih, opo to mas, Adek kan cuma menawarkan sebagai bentuk kepedulian, yo kali aja mas mau istirahat. " sahutku dengan mengerucutkan bibirku.
"Wis to ndak usah mancing-mancing Mas, ucapnya ambigu ,membuatku mengerutkan kening. (sopo sing mau mancing ikan siang-siang gini, panas pula, lagian ikan di kolam bapak tinggal di serok aja ndak perlu pake pancingan)
" Kita lagi ditungguin lho sama orang tau kita didepan. " ucapnya lagi menyadarkan ku dari kebingungan sesaat tadi.
"Oh yowis, Adek buka mukenah dulu mas,"
"Tunggu sik yo,"ucapku langsung masuk ke kamar.
"Yuk mas," ajak ku pada mas Aji yang masih didepan pintu kamarku dengan membelakanginya.
Kemudian ia menoleh dan meraih tanganku kemudian di genggamnya.
Seketika tubuhku bagai tersetrum, serasa ada gelenyar-gelenyar yang menggelitik di perut kemudian naik ke wajahku, mencipta semburat warna merah muda di pipiku.
(Senengnya... aaa)
"Duh duh duh, iki pengantin anyar wis berani mesra-mesraan to sekarang? "
"Masih siang lho iki"
seloroh ibuk mertuaku yang adalah ibuk nya mas Aji.
Aku pun hanya tersenyum tipis dan menundukkan wajahku.
(Malu ih,kenapa mas Aji pake gandeng aku segala, tapi aku seneng,piye iki?)
Sedangkan mas Aji cuma menanggapinya dengan senyum-senyum sambil menggaruk tengkuknya.
"Sini ndok, ibuk pingin peluk menantu manisnya ibuk" panggil Ibuk mertuaku agar aku menghampirinya.
"Lepas dulu to Ji, Sumi ne, wis dadi milikmu seorang sekarang ,ojo kawatir meneh to yo,"
seloroh bapak mertuaku membuat semua orang di ruang tamu terbahak-bahak.
Makin malu saja kan aku.
Jadi pengen pinjem kuasa teleportasi nya ochobot aja deh,biar tau-tau udah ada di kamar.
Mas Aji pun langsung melepas genggamannya, sambil melirikku dengan senyum malu-malunya.
(Ih, kamu imut juga mas yen koyo ngono)
Aku pun menghampiri ibuk mertuaku dan beliau langsung memelukku erat.
" Ibuk titip anak Ibuk yo, kamu pasti tau perasaannya karo kamu Ndok"
Bertahun-tahun dia berjuang dan berusaha, memantaskan dirinya untuk mengimami mu.
Nasehati dia kalau melenceng dari tugasnya sebagai suami, yen dia ndak manut juga, kamu bilang ke Ibuk biar tak jewer telingane terus tak ganti karo cantelan panci."
ucap ibuk mertuaku lembut sembari mengelus-elus punggungku.
Seketika aku merasa ada yang menghangat di ruang dada ini. Aku benar-benar merasa begitu di cintai dan begitu berarti, karena ternyata pria yang aku cintai dalam diam selama empat tahun lebih ini, begitu memperjuangkan aku.
"Insya allah Buk, aku yang masih banyak kekurangan ini yang seharusnya memohon bimbingan karo Ibuk biar bisa dadi istri yang solihah Buk. "jawabku terharu dan aku pun mengeratkan pelukanku.
" Yowis yen ngono, Ibuk karo Bapak pamit pulang dulu yo, kamu sering-sering main kerumah kami. "
ucapnya lagi setelah melepas pelukannya dariku.
"Nanti sore mamas nya Aji, si Akbar bakal nganterin baju salinnya Aji,sementara biar dia disini dulu, nanti yen semua urusane beres baru kalian iso tempati rumah baru. "
"Nggih buk, matursuwun sangat yo. "sahutku lembut sembari menggenggam tangannya, kemudian aku menciumnya takzim.
Diikuti oleh mas Aji kemudian.
Lalu kami berdua mencium tangan bapak dan mas Akbar.
Kami semua mengantar kepulangan bapak dan ibuk serta satu-satunya saudara laki-laki suamiku.
Sampai kendaraan mereka hilang di tikungan jalan didepan rumah kami.
Ya mas Aji hanya dua bersaudara sedangkan aku berempat.
Kakak tertuaku memilih bekerja di luar negeri sebagai TKI(Tenaga Kerja Indonesia), tepatnya di taiwan.
Namanya mbak Suharti Ningsih, karena mbak cuma lulusan Sekolah Menengah Pertama ,jadi setelah usianya 19tahun dia memutuskan untuk mendaftar ke yayasan di ujung desa agar bisa bekerja di luar negeri.
Kini sudah semenjak aku lulus sekolah mbak Arti belom juga pulang. Kontrak kerjanya yang katanya dua tahun sekali terus di perpanjang, entah kapan kami bisa berkumpul dengannya lagi. Bahkan aku menikah pun dia tak dapat pulang untuk menyaksikan.
Memang pernikahanku dadakan, tapi bapak sudah memberi tahu mbak seminggu yang lalu, bahwa aku akan di lamar. Dan kami pun faham, mbak ndak akan bisa pulang yen kontrak kerja ne belum selesai.
Walaupun begitu, bukan mbak Arti melupakanku, ia sudah mengirim hadiah pernikahanku yang akan sampai kurang lebih tiga atau empat hari lagi.
Ya, bapak sudah memberi tahu mbak apapun yang terjadi disini melalui Chatsapp.
Sedangkan dua saudariku lagi sedang pesantren di kota W.
Biaya nya hasil patungan kami semua, namun mbak Arti yang menyumbang paling besar.
•••°°•••
Aku pun mengajak mas Aji ke dalam.
"Langsung masuk kamar ae yo dek" lirih mas Aji berbisik di telingaku membuat bulu-bulu halus ditubuhku berdiri semua seketika.
(Siang-siang ngajak ngamar, mau opo to mas iki) pikiranku sudah melanglang buana kemana-mana.
"Mas capek, mau bobok ciang,"
lirihnya lagi dengan berbisik, seperti tau saja apa yang sedang aku pikirkan.
Aku hanya mengangguk dan tersenyum, padahal kondisi jantung sudah tak karuan. Semoga saja ndak ada sing denger bunyi detak jantungku,yang seperi bunyi rebana di tabuh oleh pemain marawis.
"Pak, Buk kami permisi ke kamar dulu ya," pamitnya kepada ibuk dan bapak
"Mari Bude, Pakde"
pamitnya lagi ke sodara-sodara yang masih ada di rumah ku.
Okelahh,sampe sini dulu ngetiknya.
Semoga bisa nyambung satu bab lagi.
Otor cuma mau ngingetin,jempolnya jangan lupa di goyang yeaaa... semangatin akuh yang lemah dan rapuh inih. 🥺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
rieda mustafa
hadir lagi kak.. membawa 👍
2021-11-07
1
AlongPee
lanjut baca thor,
salam "terjebak cinta berondong"
2021-10-07
1
@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈
kek awan mas Aji..kok Yo r sabaran to hhh....hawane panas
2021-09-17
4