🌴🌴
Manusia hanya bisa berkehendak, selanjutnya Allah lah yang akan menentukan.
Baik menurut kita bisa saja itu buruk untuk kita.
Sebaliknya, yang nampak buruk bagi kita maka bisa saja itu malah baik untuk kita.
Bukankah penilaian manusia itu terbatas, hanya menggunakan visualisasi.
Sementara kemampuan Allah itu tanpa batas, dan Allah maha mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.
°°°°°°~°°°°°°
*Sumi Pov*
Segala puji bagi Allah.
Tak henti-henti nya hatiku mengucap syukur atas kelancaran semua hal yang telah kami rencanakan.
Sungguh semua tidak akan berjalan dengan semestinya tanpa ridho dari Allah tuhan semesta alam.
Acara sederhana yang serba dadakan,bisa berjalan dengan khidmat dan lancar.
Meski kami tidak mengundang tamu-tamu jauh, hanya keluarga dekat dari keluarga kedua mempelai.
Tak lepas senyum itu dari wajah ku dan Mas Aji, suamiku.
(Ahh, meyebutnya begitu membuat hatiku berdentum)
Sesekali Mas Aji menggenggam tanganku dan melempar senyum renyahnya ke arahku, aku pun membalasnya dengan senyumku yang paling manis tentunya.
(Bener kata orang ya kalau dunia serasa milik berdua, bagi insan yang sedang jatuh cinta)
Hari sudah beranjak siang, keluarga besan sudah berpamitan pulang, tinggal keluarga dekat dari keluarga ku dan juga para tetangga.
"Em, mas lapar ndak ? "
"Biar adek ambilin makanan ya?"
tanyaku mencoba menawarkannya makan, karena perutku juga sudah mulai berdangdut ria, sedari pagi cuma masuk telur rebus saja dua buah.
"Ndak usah Dek, biar Mas aja sekalian mau ambil minum. "
Mas Aji bergegas hendak berdiri dari kursi pelaminan sederhana kami.
"Mas, biar Adek aja, anggap aja ini tugas pertama ku sebagai istri mu, " ucapku berusaha menghentikan gerakannya yang hendak bangun tadi, dengan menarik ujung lengan baju gamis nya.
Ia pun tersenyum seraya mengangguk, dan kembali duduk di kursi.
"Matur suwun yo istriku,"katanya sambil menatap mataku.
"Inggih,sami-sami suamiku, " jawabku dengan senyum malu-malu meong.
Aku pun beranjak ke teras dimana meja prasmanan berada.
Aku mengambil piring satu saja karena kami nanti mau makan sepiring berdua.
Aku meletakkan nasi dan beberapa lauk sederhana ala desa kami.
Bapak menghampiri kami berdua yang baru saja menghabiskan makanan dalam satu piring berdua.
Tadinya aku berharap di suapi sama Mas Aji, atau kita suap-suapan gitu sambil pandang-pandangan,ternyata adegan romantis kayak gitu cuma ada di novel.
Kebanyakan baca novel sih jadi halu begini deh aku.
"Ndok, ajak suamimu istirahat ke kamarmu jeh, sebentar lagi Juhur.
Biar para tamu nanti bapak karo ibuk sing temeni."
ujar bapak menyuruh kami masuk untuk beristirahat.
Aku pun melirik ke arah Mas Aji minta persetujuan darinya, dan ia hanya tersenyum simpul.
"Biar Sumi duluan aja pak, saya mau menemui orang tua saya dulu, " jawab Mas Aji santun.
"Oh, yowis lha itu ibuk sama bapakmu ada di teras lagi ngopi."
Kemudian bapak merendeng suamiku.
Pria yang sudah menjadi imam ku itu, kini beranjak beriringan dengan bapak ke teras depan, sebelum melangkah ia menoleh ke arahku dan tersenyum penuh arti sembari menganggukkan kepalanya pelan.
Aku pun masuk kedalam kamarku, tak ada hiasan kamar pengantin karena acara nya juga dadakan, cuma lamarannya aja yang sudah direncanakan 3minggu yang lalu.
Memang kamarku tidak di hias tapi ranjang ku di beri seprai baru dan juga bad cover. Pasti ini ulah ibuk.
Wong tadi pagi kamarku belom serapih ini kok.
Aku pun membuka kerudung dan gamis ku lalu menggantinya dengan gamis rumahan, aku membersihkan make up ku sendiri, karena Ratih sudah pamit pulang belom lama tadi. .
Ia harus kembali ke jakarta karena ia dan suaminya harus bekerja.
Aku juga memikirkan pekerjaanku, sahabat-sahabatku.
(Ahh, aku belum mengabari mereka, sedari tadi hapeku ada di kamar dan tidak ku aktifkan)
Aku pun menarik laci nakas ku, kuraih hape ku, lalu ku aktifkan.
(Ish, aku ke kamar mandi dulu deh, gak enak banget ni badan udah lengket rasanya, mumpung Mas Aji masih diluar. )
Aku pun mengambil handukku yang ku gantung di belakang pintu kemudian beranjak ke kamar mandi yang berada di luar kamarku, lebih tepatnya bersebelahan dengan dapur.
Segarnya kalau sudah mandi, nanti kan kalau Mas Aji deketin aku udah wangi.
Pikirku sembari senyum-senyum sendiri.
Aku terkaget setelah membuka pintu ternyata di kamarku sudah ada Mas Aji.
Ia sedang mengganti baju atasan gamisnya.
Dia pun juga terkaget karena ada yang tiba-tiba masuk ke kamar.
"Aduh Dek, Mas kirain siapa? " ucapnya sambil menghela nafas dan mengusap dada.
"Maaf Mas, Adek kirain ndak ada orang,"
jawabku dengan menunduk kemudian berbalik dan menutup pintu, aku benar-benar jadi malu karena tanpa sengaja aku melihat dada bidangnya.
Seketika wajahku memanas memikirkan apa yang akan terjadi nanti.
(Hus, ini otak baru liat dada bidang dikit aja udah mikir yang asik-asik jos)
"Yo ndak opo-opo to Dek, sini... " ucapnya seraya menyuruhku menghampirinya yang sudah duduk di pinggir ranjang.
(Eh, Mas Aji mau ngapain tuh, aduhhh)
Aku masih terdiam sambil menunduk dan meremat handuk yang kupakai mandi tadi.
"Lho kok malah diem disitu ae to dek,? "
"Ini yang manggil suamimu lho,"
ucapnya lagi menyadarkan aku yang mematung kaku dibelakang pintu.
Ku langkahkan kaki ini perlahan menghampirinya, sembari sesekali melirik Mas Aji.
Ku lihat dia cuma senyum-senyum saja. Dan... akhirnya dia berdiri kemudian melangkah dan menarik kedua tanganku, sampai tak sadar ku jatuhkan handuk di lantai.
"Jalannya lambat kayak siput!"
katanya masih sambil menggenggam tanganku.
Aku cuma diam saja sambil menatap tanganku yang berada dalam genggamannya.
Seketika kedua sudut bibirku pun menarik keatas perlahan.
" Adek abis mandi ya tadi soalnya pas Mas masuk ndak ada kamu di kamar, cuma ada hape aja yang bunyi terus.
"Eh, iya Mas, Adek mau ngabarin temen sekamar Adek di kosan.
Seketika aku teringat niatku menyalakan hape tadi.
" Oh yowis kabari teman-temanmu, dan sekalian saja kamu izin sehari lagi. "
kata Mas Aji melepas satu tanganku tapi tidak dengan tangan satunya lagi, bikin hatiku ini jedag-jedug saja.
"Iyo Mas, tapi iki lho tanganku, mbok yo di lepas dulu," kataku dengan memberanikan diri menatapnya.
"Em, yen Mas ndak mau lepasin piye? "
"Toh Adek kan sudah halal buat Mas. "
ucapnya sambil tersenyum dan malah menarik ku hingga menabrak dada bidangnya itu, yang kini sudah terbalut kaos tipis berwarna hitam.
Seketika aku pun memejamkan mataku, merasakan kehangatan tubuhnya.
Kuhirup aromanya tubuhnya yang akan menjadi kesukaanku mulai saat ini dan seterusnya.
Mas Aji menyentuh kepalaku yang masih terbalut jilbab instan.
"Mas boleh buka jilbab Adek gak? "
tanyanya sembari menyusuri pipiku dengan jari nya.
(Demi cilok saus kacang,diperlakukan kayak gini tuh bikin jantung, hati, usus dan limpa ku bergetar semua)
Aku membuka mataku dan menengadahkan kepalaku ke atas, secara Mas Aji lebih tinggi sepuluh senti dariku.
Tatapan mata kami pun bertabrakan.
Serasa di sirep aku pun hanya mematung terpaku, semakin lama wajahnya semakin mendekat dan hidung lancipnya hampir saja menyentuh hidung mancung ku juga,tapi ke dalem mancungnya alias pesek.
Eng.. ing.. eng....
Hayyo lhooo... mereka mau ngapain itu?
Kisah Sumi dan Aji masih ada beberapa bab lagi ya, nanti kita baru balik ke tokoh utama dan awal mula ketemu sama babang ojolnya. "Uppss, keteplosan.. !! "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Leli Leli
kk mampir nih sekalian membawa Bomlike 🥰
2021-10-08
1
@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈
selamat ya pengantin baru...samawa 😊
2021-09-16
4