___💞___
Ternyata aku yang sampai duluan di kost-kosan, Sumi_mungkin besok baru balik,katanya mungkin sebelum subuh sudah sampai.
Ada budenya yang masuk rumah sakit jadi agenda balik nya ke pending.
Nur, apa dia kejebak macet ya?
Gak biasanya itu anak, padahal jarak rumahnya lebih deket dia dibanding aku.
Aku bermonolog sendiri dalam hati.
Kamar begitu sepi, aku pun meluruskan kaki di atas kasur lantai ku, pegel juga naik bis setelah berdiri selama tiga puluh menit baru dapat tempat duduk.
Jarak dari rumahku ke kostan lumayan jauh, memakan waktu hampir satu jam naik bis umum.
Ya, akhir bulan adalah waktunya kami pulang ke rumah masing-masing melepas rindu dengan keluarga.
Tidak terasa empat bulan sudah kami tinggal berjauhan dengan keluarga.
Bukan ingin hidup bebas atau lepas dari pengawasan orang tua, tapi kami hanya ingin memangkas pengeluaran dan waktu tempuh karena jarak dari rumah ke pabrik yang jauh.
Pabrik tempat kami bertiga bekerja, mempunyai tiga shift.
Shift pertama,pagi dari jam 6 sampai jam 2 siang
Shift kedua, dari jam 2 siang sampai jam 10 malam
Shift ketiga, dari jam 10 malam sampai jam 6 pagi.
Pabrik itu berotasi selama 24 jam dari senin sampai sabtu.
Karena itu kami bertiga memilih untuk menyewa kost-kosan
Sayangnya tempat ini tidak khusus untuk penghuni perempuan saja tapi bebas, ada karyawan laki-laki dan juga ada pasangan muda suami-istri.
Seperti tetangga di depanku yang diisi oleh dua orang laki-laki.
Mereka adalah karyawan di CV depan pabrik sepertinya jasa Travel.
Karena itu aku harus berhati-hati.
Bukan karena tanpa alasan, dikarenakan aku seorang perempuan yang harus bisa menjaga diri dan kehormatannya juga kehormatan keluarga.
Ku tumpuk bantal untuk menyandarkan punggungku, ku lepas kerudung segi empat ku karena aku sudah didalam kamar, pintu juga sudah ku kunci.
Ku nyalakan gawai ku dan ku selipkan headset di telinga kanan kiri ku.
Ku ingin mendengar sholawat sejenak,karena magrib masih setengah jam lagi.
Tok
Tok
Tokk
Netra ku membuka dengan terpaksa,karena telinga ku sayup-sayup mendengar suara ketukan di pintu, yang akhirnya memberi respon ke otak agar aku segera menggerakkan tubuhku untuk bangun.
Ternyata aku ketiduran, ku lirik jam dinding, magrib tinggal sepuluh menit lagi.
Ketukan di pintu terdengar lagi diiringi oleh suara panggilan.
"Mbak...mbak!"
Aku pun menyambar jilbab instan yang ku gantung di hanger.
Dalam hati bertanya, itu kan suara laki-laki,apa itu si Robi?
Tapi kan,aku gak mesen aer.
Aku ragu untuk memutar kunci pintu,karena
hati merasa was-was.
Aku tidak mengharapkan ada tamu di saat kedua temanku tidak ada disini,apalagi ini laki-laki.
Apa yang harus aku lakukan?
Ya Allah lindungilah aku.
Aku pun memutuskan memberanikan diriku untuk membuka pintu.
Ceklekk
"Nur...! "seketika mataku membulat.
Netra ku gak salah liat kan?
"Assalamu'alaikum Kakak...! "pekiknya riang seperti biasa.
"Waalaikum salam, "
"Ishhh..., bikin orang jantungan aja!" sergah ku
"Ngapain pake ketok segala sih Nur, kan pegang kunci juga,"protes ku sebal udah deg-deg an tadi.
"Ye, Kakak ni,orang baru sampek udah di ocehin aja,"
" Nih,bantuin dong!"omel Nur
"Aku bawa bolu tape nih,sebelom balik aku bikin ini dulu berdua mimi buat cemilan plus sarapan kita besok pagi Kak,"
"Buat temen ngupi-ngupi,hee," cengirnya sambil menyodorkan beberapa kardus ke hadapanku.
"Hemmm " Hidungku membaui kardus di depan mukaku ini.
"Wanginyaaaa_cacing di perut Kakak langsung demo nih."
Aku menyambar kotak kardus itu,kemudian kembali bersila di atas kasur tipis.
Mataku berbinar setelah kardus nya kubuka.
Kebeneran banget,bangun tidur perut laper mana sempet deg-degan juga kan tadi.
"Duh,enak banget keliatannya,Adek ku ini emang paling jago ya kalo bikin beginian,"
pekik ku girang menatap kue itu dengan penuh binar.
"Ck,gak usah pake ngeces gitu kali Kak, ambil piso sama piring gih!"
usir nya sambil menggeser ku dengan sikutnya.
"Dih, ni anak baru di puji udah nyuruh,"cebik ku sebal namun tetap berdiri, dan berjalan ke arah laci untuk mengambil piring kecil juga pisau, guna memotong kue.
Nur cuma nyengir sambil mengangkat dua jari nya yang di jajarkan sebagai simbol perdamaian.
***~~~~***
Keesokan harinya.
Siang ini, aku berjalan pulang sendirian.
Nur dan Sumi dipanggil ke kantor untuk jadi saksi,sepertinya bagian cream wajah alias skin care kecolongan lagi.
Aku beda desk line sama mereka berdua, aku bagian lulur dan hand & body lotion.
Tapi ruangan kami hanya berbatas jendela kaca , jadi bisa kode-kodean kalau mau janjian pas waktu istirahat.
Bisa ditebak ya kami bertiga kerja di pabrik apa.
Tidak biasanya memang kita pulang gak bertiga.
Biasanya aku nungguin mereka di parkiran.
Tapi hari ini kepalaku berdenyut dan hati ini masih geram, bila mengingat kejadian siang tadi di koridor loker.
Aku ingin segera berada di kostan ku, mandi dan bikin kopi buat sekedar melepas penat dan amarah dalam hati.
flasback#
Aku merasa ada yang mengikuti langkahku, saat ini aku sedang menuju loker, aku yang ingin mengambil uang untuk makan siang di kantin.
Karena peraturan di ruang kerja tidak boleh bawa apapun semua disimpan di loker termasuk tas, dompet, handphone, perhiasan dan lain-lain.
Ketika aku hendak keluar dari loker, ada seseorang yang merangkul bahuku,
Aku pun reflek menoleh.
"Astagfirullah!! "
Aku menjengit kaget, dan langsung saja ku singkirkan tangan yang dengan kurang ajarnya melingkar di bahuku.
"Apa yang bapak lakukan disini?"
"Ini kan ruangan loker perempuan?"tanyaku menatap lelaki empat puluh tahunan itu jengah
"Dan tolong tangannya dikondisikan pak!"
"Tolong hargai saya! " cecar ku menggebu menahan emosi.
Aku menatapnya tajam dengan iris yang sudah membola.
Namun lelaki dihadapan ku ini cuma mesem-mesem gak jelas sambil menelisik tubuhku dari kepala sampai kaki.
Bikin jengah dan rasa tidak nyaman yang seketika hadir menjadikan diri ini waspada.
Dia pun berkata dengan sarkas, sembari menaikkan satu alisnya.
"Emang mau di hargain berapa si Neng, hm? "
Se enteng itu dia menjawab peringatan dariku. (Dasar laki-laki baji*ngan.)
Kesal ku mengumpat dalam hati, tapi lantas aku tersadar dan beristigfar.
"Astagfirullah Hal adzim,"gumam ku kecil
Ku buang nafas perlahan, agar aku tidak terbawa emosi menghadapi makhluk yang tak punya malu di hadapanku ini.
"Maaf, bapak Rudi yang TERHORMAT!"
"Waktu istirahat saya sudah terbuang sia-sia dengan meladeni anda disini,saya permisi."
Baru selangkah beranjak,tanganku serasa ada yang menarik dan membuat tubuhku seketika menoleh lagi kebelakang.
💐💐
🍃Haii pembaca yang budiman baik hati dan tidak julid,hihiiii🤭🤭🍃
🍄Doakan yaa,semoga aku terus semangat🍄
Part ini sudah mendapatkan beberapa revisi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Watik Yd
ya harus semangat kk
2022-01-30
1
circle
Rudi 😱
2022-01-05
1
Riskejully
eh Rudi, buat orang istighfar aja
2022-01-04
1