" Maaf tuan muda saya ceroboh" ucap roby disertai dengan nafas yang memburu
Arsena memalingkan wajah menatap roby yang baru saja memasuki ruangan. Langkah roby yang semula gontai terhenti, matanya membulat sempurna kala ia melihat pemandangan di hadapannya.
Roby melihat aditya dan arsena secara bergantian, begitu mirip seperti satu orang dalam dua masa, yang satu versi anak kecil, yang satu lagi versi dewasa, itulah yang ada dalam pikiran asisten muda nan tampan yang bernama roby.
Lewat tatapan mata, kedua pria dewasa yang berada dalam ruangan itu saling beradu pandang, saling bertanya, namun tak ada dari keduanya yang bisa memberikan jawaban.
Di luar ruangan itu, iren juga sedang bimbingan, ia tahu apa yang harus ia lakukan, namun ia enggan melakukannya, hatinya merasa ragu, jantungnya berdetak kencang, bahkan tubuhnya pun sampai gemetar.
Arsena bisa merasakan kehadiran sang ibu disekitarnya, ia memiliki ikatan batin yang sangat kuat dengan ibunya, anak itu bahkan tahu betul kecemasan iren, karna itu, arsena pun berjalan menuju pintu, ia menarik iren yang berdiri di luar untuk masuk dalam ruangan itu juga.
Aditya tersenyum ketika melihat iren di hadapannya, ia bangkit dari singgah sananya, beralih duduk di sofa, ia memberi tahu iren bahwa perbincangan mereka tidak akan berakhir dengan singkat.
Arsena menuntun iren untuk duduk di samping aditya. Iren menarik putranya itu untuk duduk di tengah-tengah, kecemasan sampai membuatnya tidak sadar telah menggenggam tangan sang putra dengan kuat.
Roby juga ikut duduk bersama, rasa penasarannya tak kalah besar dari tuannya.
" Apa kabar iren? Gimana indonesia?" tanya aditya memulai pembicaraan
" Aku baik tuan" Jawab iren singkat seraya menundukan kepala, ia terlalu takut untuk menatap tuannya.
Aditya menarik arsena yang tengah duduk lalu berkata " ada yang harus aku bicarakan dengannya, kau duduk dikursi kerjaku dulu" pada arsena
Iren menggelengkan kepala meminta sang putra untuk tidak pergi, namun arsena memilih untuk menuruti ucapan ayahnya, hal itu membuat iren mau tidak mau harus tangan arsena.
"amih mengajariku tatakrama dengan sepurna, amih bilang, anak kecil tidak seharusnya berasa dalam percakapan serius orang dewasa bukan! " bisik arsena di telinga iren sebelum menjauh, berharap ibunya tidak merasa kecewa padanya.
" Iren! Aku ingin bertanya " seru adirya dengan serius, ia memiringkan posisi duduknya agar bisa menatap wajah iren,
Iren menghela nafas kasar, ia berusaha mengumpulkan keberanian untuk menjawab setiap pertanyaan aditya
"Kenapa kau mengganti seprainya?"
Iren menoleh setelah mendengar pertanyaan itu, ia menatap aditya dengan tatapan tak percaya. Iren yang merasa bahwa ia sudah tahu apa yang hendak di tanyakan, dan berpikir bahwa dirinya hanya perlu menjawab pertanyaan itu dengan tenang, tapi apa yang terjadi?
Pertanyaan yang aditya lontarkan jauh dari pikiranya, ia bingung, jawaban seperti apa yang harus ia berikan, jangan lupa bahwa ada anak di bawah umur di sana. Iren melirik arsena yang tengah duduk anteng.
"Ren! Kenapa kau mengganti seprainya?" Aditya mengulang pertanyaanya karna tak kunjung mendapat jawaban
" itu... karna... seprainya terkena bercak darah" jawab iren jujur dengan setengah berbisik
Aditya hanya mengangguk paham, pertanyaan yang sudah lama mengganjal sudah terjawab, tanpa menaruh rasa curiga sedikit pun pada jawaban itu.
Aditya mengira bercak darah yang iren katakan adalah bercak darah menstruasi, ia mengira saat itu iren tengah datang bulan dan secara tidak sengaja menodai seprainya.
" ok! Sekarang katakan siapa bocah kecil yang mirip denganku itu? " tanya aditya seraya menunjuk aresena.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Aqiyu
hadeh Aditya ga mungkin lan itu darah haid lha wong kkamu aja kaya kesetanan gitu setelah dikasih obat ga sadar juga
2021-11-30
1