Hari sudah berganti, sinar matahari yang masuk menembus jendela membuat iren terbangun, berapa terkejutnya ia saat mendapati tangan dan kakinya terikat hingga membuatnya kesulitan untuk bergerak.
" arsena a lake" teriak iren kesal, putranya itu memang sangat ajaib, kejahilannya itu tidak pernah terduga, entah menurun dari siapa?
Sementara itu, arsena yang tengah sarapan bersama maya tersenyum dengan bangga, ia sana sekali tidak takut meski maya menatapnya dengan tatapan tajam.
" Jangan tatap aku seperti itu oma" ucap arsena seraya turun dari kursinya.
Dengan kaki kecilnya arsena berlari menuju kamar, ia membuka pintu lalu menghampiri sang ibu, arsena naik ke atas tempat tidur dan duduk di atas perut ibunya.
" lepaskan mamih sayang, apa lagi mau mu sekarang? " tanya iren sambil berusaha tersenyum manis
" Amih! aku mau kita bertemu papi" ucap arsen dengan tegas, anak itu menekankan kata 'kita' dengan jelas
Iren menghela nafas, ia memang sengaja tidak memberi tahu putranya karna ingin memberi kejutan, tapi ternyata putranya malah mengerjai dirinya.
" iya! Hari ini juga kita akan menemui papi mu" ucap iren malas
Arsena menghela nafas kasar lalu berkata " amih tidak bicara serius"
" jika hanya itu satu-satunya cara agar kau mau melepaskan mamih, dengan sangat terpaksa akan mamih kabulkan permohonan mu, jadi sayang! Tolong lepaskan ikatannya ya" ucap iren,
" aku tidak mau jika amih terpaksa" ucapnya tegas
" mamih tidak akan melakukannya dengan terpaksa, akan mamih lakukan demi anak mami tersayang, puas! Sekarang cepat lepaskan ikatannya"
"Senyum dulu! " ucap arsena, Iren pun memaksakan senyumnya
Arsena memang selalu seperti itu, ia akan menjahili ibunya untuk mendapatkan sesuatu yang sekiranya sulit ia dapatkannya.
Arsena yang mengetahui tindakan buruk ayahnya itu tahu, iren pasti hanya akan mengirimnya bersama supir, atau mengantarkan arsena lalu kabur karna tidak ingin bertemu dengan aditya, anak itu selalu bisa membaca pikiran ibunya, karna itulah ia berkata " amih tidak boleh kabur, kita pergi bersama dan akan pulang bersama-sama juga" saat melepaskan tali yang mengikat tangan iren.
Iren memutar bola matanya jengah, rencananya untuk membawa sang putra, lalu pergi setelah memperkenalkan arsena sudah diketahui sang putra.
Setelah bersiap-siap keduanya kini sudah berada di depan hotel, seperti biasa mereka mengenakan pakayan yang selaras, celana berbahan semi jins, kemeja putih, sweater yang di gantung dileher, kaca mata seta sepatu sport.
Keduanya masuk sambil bergandengan tangan.
" permisi, tolong minta tuan aditya turun, katakan ada yang ingin bertemu, penting! " ucap iren pada pegawai resepsionis dengan bahasa negara itu
" presdir kami tidak punya waktu untuk bertemu dengan anda nyonya, dia sangat sibuk, aku yakin anda pasti belum membuat janji temu" jawab pegawai itu dengan tatapan tidak sukanya, wanita itu berpikir siapa iren sampai bisa memerintah presdir mereka
Iren menghela nafas, ia tersenyum bahagia karna berpikir ia tidak perlu bertemu dengan aditya hari ini, iren sedikit menjauh dari meja resepsionis seraya memikirkan cara untuk memberitahu aditya, tapi ada satu masalah, jawaban itu membuat arsena sangat marah, arsena melepas kacamata lalu memukul meja resepsionis.
" Apa yang baru saja kau katakan? Beraninya kau bicara kasar pada ibuku, cepat minta maaf! " tegur arsena dengan tatapan tajam
Mata resepsionis itu membulat sempurna saat melihat arsena, wajahnya, kemarahannya, sama persis seperti presdir, sang dewa kebersihan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Aqiyu
wihhhh.....
Arsen bertindak...
2021-11-29
2