Setelah berusaha keras menguatkan hati, iren akhirnya bisa membawa ibunya ke rumah sakit, tentunya setelah membersihkan tubuh sang ibu.
Iren melepaskan tanganya dari brankar, membiarkan tim medis menangani ibunya, tepat setelah pintu IGD ditutup, iren menjatuhkan dirinya ke lantai, ia duduk meringkuk memeluk kakinya.
Iren bergegas berdiri ketika pintu IGD kembali terbuka, walau pikirannya pergi jauh, tapi pendengarannya masih tetap tajam.
" keluarga pasien ibu devi" seru seorang dokter,
Iren menoleh ke sumber suara, ia terkejut melihat seorang dokter yang tidak asing baginya, dulu saat iren berkenalan dengannya dion masih menjadi asisten dokter di jakarta, tapi kini pria itu sudah benar-benar menjadi seorang dokter.
Dokter dion pun ikut terkejut saat melihat iren, terlebih karna penampilan iren yang nampak berbeda dimatanya, gadis yang dulu sering dipanggil black karna penampilannya selalu kumel, kini telah menjelma menjadi wanita cantik.
" wah... air kopi kini berubah jadi air susu!
mari ke ruangan ku iren" ucap dokter itu sambil tersenyum,
Iren mengangguk, dokter dion sengaja mengatakan sedikti bercanda agar iren tersenyum, dokter muda itu merasa iba melihat kondisi iren, terlebih lagi karna iren sepertinya tidak sadar bahwa dirinya terluka.
Iren memang tersenyum mendengar candaan itu, tapi hatinya tidak, ia begitu gusar, pikiranya pun penuh dengan tanya. Iren berjalan satu langkah di belakang mengikuti dokter muda itu.
" bagaimana kabarmu iren?" tanya dokter dion
" aku baik" jawab iren singkat,
" kau tidak bertanya kabarku?" tanya dokter dio, pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulutnya, rasa yang dulu pernah ada di hatinya seperti kembali membuncah, ia ingin di perhatikan juga.
" itu tidak perlu di tanyakan, karna sepertinya, hidup kak dokter berjalan mulus" jawaban itu berhasil membuat hati dokter dion berbunga-bunga, senyumnya begitu lebar
" kau bisa saja, sejak kapan kau pulang ke indo?" tanya dokter dion, ia sedikit kepo
" aku baru saja tiba" jawab iren
Dokter dio bicara dengan santai sambil berjalan, ia membuka pintu ruang kerjanya lalu mempersilahkan iren masuk, raut wajahnya berubah serius setelah duduk di kursi kerjanya.
" silahkan duduk nona iren" cara bicara dokter dion pun ikut serius
Melihat hal itu raut wajah iren pun ikut serius, sudah cukup bercengkrama -nya, kini ia harus tau keadaan ibunya, itulah yang iren pikirkan setelah duduk di hadapan dokter dion.
" nona iren, menurut analisa kami, sepertinya ibu devi sudah kelaparan berhari-hari, ia masih sadar saja sudah merupakan sebuah keajaiban, dan seperti yang kita tahu, ibumu memiliki riwayat diabetes, luka bakar di tanganya akan membutuhkan waktu lama untuk disembuhkan, selain itu, ibumu juga mengalami patah tulang belakang" tutur sang dokter menjelaskan
" apa... ibu bisa disembuhkan?" tanya iren dengan ragu, air matanya kembali jatuh membasahi pipi
" sebagai dokter, saya belum bisa memberikan kepastian, kami akan melakukan beberapa tes lagi untuk mengetahui, jika hasilnya sudah keluar kita baru akan mengambil langkah selanjutnya"
Air mata iren mengalir semakin deras, kepalanya menunduk sampai mengetuk meja ' ya tuhan! aku mohon sembuhkan lah ibuku....' gumam iren dalam hati, iren merasa tidak sanggup jika sampai harus kehilangan ibunya.
Dokter dion merasa kasihan melihat iren, rasanya ia ingin sekali memeluk wanita itu, tapi mengingat statusnya yang bukan siapa-siapa, dokter tampan itu hanya bisa menghela nafas, sebagai ganti pelukan, ia menepuk pundak iren, berharap itu bisa menguatkan wanita itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Aqiyu
lha ibunya tinggal sendiri.....
ayagnya kemana....
2021-11-29
4