BAB 2

"Pulang jam berapa dek?"

"Malem kayaknya kak. Aku pulang sendiri aja! Kakak langsung pulang gakpapa! Ada tugas kelompok yang harus di kumpulin besok!" Ujar Aira menerangkan.

"Yakin nih?"

"Iya kak iya..." Ujar Aira menyakinkan.

"Yaudah kakak pergi ya!" Ujar Annisa berpamitan pada sang adik yang akan masuk kedalam untuk menerima perkulihan hari ini.

Tatapan kagum itu akan selalu tertuju kepada setiap langkah Aira yang melewati beberapa laki laki teman kampusnya. Bahkan dari fakultas lain pun banyak yang mengenal Aira. Udah cantik? Anak organisasi, Good Rekening, Good Attitude. Makin panjang antrian yang ingin menjadikan nya pacar.

Beberapa anak pejabat, pengusaha tak segan segab untuk menawarkan bantuan hanya sekedar mengantar pulang. Perempuan cantik banyak, tapi Aira memiliki aura tersendiri yang membuat siapapun yang berteman atau bersamanya akan terlihat bahagia.

Oke, orang yang selalu bahagia di luar, pasti memiliki kesedihan didalam dirinya. bagaimana kehidupan Aira yang dikatakan sangat kurang perhatian dari Mama dan Papanya.

Bisa terhitung waktu, mereka memiliki waktu hanya sekedar makan malam. Hari libur? Nampaknya uang lembur begitu berarti bagi Mama dan Papa Aira daripada menggunakan waktu itu untuk menghabiskan kebersamaan dengan keluarga kecilnya.

"Ma Pa!" Pekik Annisa kaget, ini tampak nyata bukan? Jam baru saja menunjukkan pukul 5 sore kenapa kedua orang tuanya sudah berada didalam rumah?

"Assalamualaikum Pa! Ma!" Ujar Annisa meralat ucapan nya menyampaikan salam kepada kedua orang tuanya.

"Waalaikumsalam! adikmu mana?" Tuhkan pertanyaan keramat langsung muncul dari mulut ibu negara, bagaimana ia menjawab semuanya.

"Rara katanya ada tugas kelompok ma! Jadi kemungkinan malem baru pulang!" Tutur Annisa menjelaskan.

"Loh kamu itu gimana? Kamu kan kakaknya? Harusnya menemani Aira kalau pulang malam seperti ini!! Kamu tu gak becus jaga adik!" Ujar sang Mama memprotes.

Setidak pedulinya Mama, dia adalah orang yang lebih mempedulikan Aira. Bukannya tak sayang dengan Annisa. Tapi keduanya menganggap Annisa sudah cukup dewasa untuk menjaga dan menanggung semua tanggung jawab. Anak perempuan pertama memang harus memiliki ketangguhan sebagai perisai atas semua masalah yang ada di dalam keluarga bukan?

"Ade udah gede Ma! Pasti bisa jaga sendiri! Kasih kepercayaan ke adek juga ma! Jangan terlalu mengekangnya!"

"Kamu tu kalau di bilangin susah! Sana mandi!" Ujar Mama nya kembali.

Kehidupan nyata memang begitu kan? Rasanya kebanyakan anak pertama harus di paksa mengerti dan memahami berbagai hal. Sedangkan anak terakhir selalu nampak seperti bayi yang selalu di perhatikan meski usianya sudah beranjak dewasa.

jam bergulir, ini sudah jam 7 malam tepat makan malam akan segera di laksanakan, handphone milik sang adik tetap tidak dapat di hubungi.

Jangan tanya ekspresi kedua orang tuanya, sangat mengintiminasi Annisa dan di anggap tak pantas menjaga adiknya. Hingga makan malam telah selesai Rara tak kunjung pulang kerumah.

"Annisa!!!" Teriakan itu menggema.

"Ya ma! Pa!" Dengan tergopoh gopoh ia segera menemui kedua orang tuanya.

"Sekarang cari adikmu!" Kata perintah sangat dingin terucap dari mulut Papa nya.

"Ya Pa!" Jawab Annisa pasrah, memang ini kesalahan nya kan?

"Jangan pulang sebelum kau bisa menemukan adikmu!" Imbuh sang Mama tak kalah galaknya.

"Apa kalian akan seperti ini!" akhirnya yang di tunggu datang tanpa kekurangan satu apapun, wal afiat seperti terakhir ketemu di kampus "Aku sudah besar dan berhenti memperlakukan kakak ku seperti itu! Dia lah sebaik baiknya manusia yang mampu menjagaku!" Ujarnya dengan tegas.

"Anak kecil tau apa kamu!" Papanya kembali meremehkan Rara.

"Pa!" Tegur sang istri.

"Mama juga sama! Jangan membentak kakakku, dia anak kandung mu juga ma! sama seperti aku! Dan aku sudah besar Ma! Pa! Aku bisa membedakan hal baik dan buruk untukmu! Ini masih jam 9 malam, batas wajar seorang anak perempuan pulang tanpa pengaruh alkohol sama sekali bukan?" Semua tertumpahkan keluh kesahnya.

"Dek, ga boleh gitu!" Celetuk Annisa pelan.

"Uang tak bisa membeli kebersamaan Ma! Pa!" Ujarnya lagi, "Aku capek mau tidur! ayo kak!" Ujarnya mengandeng tangan sang kakak dan masuk kedalam kamar.

"Maaf ya!"

"Gakpapa! Sana tidur!" Kata terakhir dari sang kakak sebelum keduanya masuk kedalam kamar nya masing masing.

"Sisi udah makan?" Ujarnya sayang mengelus-elus kucing kesayangannya, tentu dalam keadaan yang sudah bersih ya.

"Utu utu!!! Makin gembul aja ya! Harusnya Sisi jagain kak Annisa kalau di omelin Mama Papa! Cakar aja ya!!!!" Celotehan itu dengan gemas di layangkan pada kucing gembilnya.

Hanya meong an kecil yang keluar darinya, memang apa yang diharapkan? Dapat berbicara dengan hewan? Itu tak akan pernah terjadi, meskipun ini juga dalam mode dunia halu.

Kembali ke cafe milik Rendra, Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam bukan? Ah Rendra sudah pulang kerumah. Kini ia duduk termenung di depan halaman rumah kecilnya. Sebatang rokok ia nyalakan untuk menemani nya malam ini.

Selalu, rokok menjadi barang pelarian kala mahluk bernama laki laki berada dalam mode masalah. Tak semua? Ya rokok hanya di peruntukan kaum kecil. Kalau membeli alkohol, terlalu mahal. Eman-Eman.

Satu batang....

Dua batang....

Tiga batang...

"Hah...." Hembusan nafas kasar Rendra keluarkan.

...****************...

Terpopuler

Comments

Nur Yuliastuti

Nur Yuliastuti

ini halu rasa nyata ☺️

terimakasih up nya 🤗😍

2021-09-19

1

Fatonah

Fatonah

dunia hlu dunia nyta sm aja ya, sm2 ego orang tua...

2021-09-10

1

Disini Masih Sayang

Disini Masih Sayang

nextyyyy

2021-09-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!