Akhirnya mereka berdua sampai di perbatasan, ada pos penjaga wilayah disana. Sekitar ada 10 prajurit satu balakosawa (penjaga wilayah) di level Dendawa Asor, Satu ksatria Inggil (ksatria Utama) di level Dendawa Asor, dua ksatria binting di level ksatria (ksatria pelindung) menjaga pintu masuk perbatasan, empat bargawa (pemanah) level bintara Inggil di dua menara pengawas masing-masing dua orang bergawa, dua Bargawa Slira (pemanah automatis) dan dua Bargawa sura (pemanah jitu) level Ksatria baharu di menara pembidik.
"Permisi tuan, saya memohon izin untuk melewati perbatasan ini untuk ke kota raja." Shintadewi dengan nada sopan.
"Baik, Nona mohon berikan lencana penduduk Kerajaan Brabang Sari!" perintah salah satu Ksatria Binting dengan nada sopan.
Para prajurit memang tidak mengetahui jika itu adalah putri Shintadewi karna sudah 1008 tahun dia tak kembali, karna sudah berganti beberapa kali prajurit perbatasan. Di tambah Shintadewi berubah meskipun hanya rambut putihnya saja.
"Ini, tuan."Shintadewi memberikan lencana bangsawan brahmacara tingkat V.
Ksatria binting sangat kaget melihat lencana itu, pasalnya hanya ada satu orang yang mempunyai lencana brahmacaraka tingkat V.
"Sebentar no-na, sa-ya melapor kepada balakosawa du-lu."Salah satu ksatria binting dengan nada terbata-bata.
Salah satu Ksatria Binting segera beranjak dari pintu penjaga menuju pos menjaga.
TOK...TOK..TOK...
"Siapa disana?."tanya balakosawa yang sedang menulis laporan di meja kerja.
"Saya ksatria binting, balakosawa."Ksatria binting menjelaskan
"Silahkan masuk, jika ada hal penting."balakosawa mempersilahkan.
KRIIEEEET....(pintu terbuka) KREBB... (Pintu Tertutup).
"Lapor, balakosawa, itu a-nu, anu, balakosawa." Ksatria binting berkata gugup."
"Anu apa?" tanya balakosawa. Ksatria binting menyerahkan lencana kebangsawanan brahmacaraka.
Balakosawa membolak-balikan lencana itu dengan bingung sambil mengingat-ingat lencana itu lencana punya siapa."Punya siapa ya?, sepertinya aku mengenal siapa yang punya lencana ini."pikir balakosawa.
"APA, INI LENCANA KEBANGSAWANAN PUTRI SHINTADEWI."balakosawa berteriak keras karna kaget."Ksatria Binting antarkan aku menemui yang mulia putri Shintadewi."perintah balakosawa.
"Yang mulia putri?."tanya ksatria binting sambil bergumam.
"Sudah, jangan banyak bertanya cepat hantarkan ke tempat yang mulia putri Shintadewi!."perintah balakosawa."Sendiko, balakosawa!" Ksatria Binting meninju telapak tangannya sambil membungkuk hormat.
"Hormat pada yang mulia putri Shintadewi!" ucap Balakosa membungkuk hormat menyambut Shintadewi."Perkenalkan, saya Sarja Puntadewa balakosawa disini!" ucap Sarja dengan nada sopan.
"Terima kasih, paman sarja telah menyambutku. Tidak perlu terlalu sopan paman. Paman juga dari Pamilya Puntadewa juga?" tanya Shintadewi.
"Ya, benar yang mulia putri. Leluhur kami telah menceritakan semuanya tentang yang mulia putri Shintadewi dari generasi ke generasi. Yang mulia prabu dan Ratu juga selalu percaya bahwa yang mulia putri akan pulang suatu saat nanti. Namun saya mohon izin, memberikan informasi bahwa yang mulia Prabu Angga dan Ratu Adiningrum sedang sakit. Semua kepengurusan pemerintahan di serahkan kepada penasihat kerajaan adik dari yang mulia prabu, yang mulia Arya Puntadewa!" Sarja menjelaskan dengan nada sopan.
Sarja menatap Wijaya Kusuma dari ujung kaki sampai ujung kepala dengan wajah kebingungan.
"Terima kasih paman, atas informasinya. Perkenalkan ini anaku Wijaya Kusuma. Untuk penjelasannya nanti paman juga tahu, untuk sementara aku akan bergegas menemui ayahanda dan ibunda", Shintadewi memperkenalkan dengan nada sopan.
"Sendiko, yang mulia putri mari hamba hantar menuju kota raja!"Sarja dengan membungkuk hormat.
"Tidak perlu sungkan paman, terima kasih atas bantuannya paman. Aku akan cepat kesana sekarang!" Shintadewi dengan nada sopan.
Shintadewi berpikir jika menggunakan kuda maka akan butuh waktu sekitar 2 jam ke kotaraja Losari.
"Hmm, coba saja aku bisa menguasai ajian pancer bumi : melipat bumi milik ayahanda pasti akan lebih mudah, tapi apa salahnya mencoba ajianku sendiri!" batin Shintadewi.
"Nak,naiklah kepungggung ibu kita akan ke kota raja secepatnya!" perintah Shintadewi."Baik Ibunda!"ucap Wijaya Kusuma. Shintadewi pun menurunkan tubuhnya berjongkok lalu Wijaya kusuma naik punggung Shintadewi.
Para prajurit yang melihatnya bingung sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Pegang ibunda kuat-kuat ya!"perintah Shintadewi."Baik, ibunda!" Wijaya kusuma memegang erat leher Ibundanya Shintadewi.
Shintadewi memejamkan mata mengedarkan persepsinya apakah jangkauan jurusnya sampai ke kota raja atau tidak. Shintadewi berkata didalam batinnya,"Hanya sampai tempat itu rupanya baiklah ini lebih baik meskipun harus menguras banyak enegri Quantum."
"AJIAN PANCER BAJRA : RAJA KIDANG KUNING!" Shintadewi merapal ajiannya.
"SWUSHH...." tubuh Shintadewi dan Wijaya Kusuma menghilang seketika.
Semua para prajurit terkejut melihat pemandangan tersebut. Mereka berkata serentaj sambil menggeleng-gelengkan kepala,"Bener-bener gila!".
"SWUSHH..." tubuh Shintadewi dan Wijaya Kusuma muncul seketika di depan pintu gerbang masuk Istana membuat dua Ksatria Binting yang menjaga terkejut.
"Copot, ,copot, eh copot. Aduh anunya copot eh copot anunya!" ucap kedua ksatria binting dengan muka terkejut.
Karna Shintadewi ingin masuk istana dengan cepat, ia langsung menyodorkan lencana kebangsawanan brahmacaraka tingkat V pada salah satu ksatria binting.
"I-i-ni!", Ksatria binting kaget dengan mata melotot kembali melihat lencana itu."Cepat katakan kepada yang mulia penasihat raja, Gusti Arya Puntadewa bahwa yang mulia putri Shintadewi sudah kembali!" suruh salah satu ksatria binting kepada teman penjaganya.
"Baik!" ksatria binting langsung berjalan cepat menuju aula istana.
TRAP.TRAP.TRAP...
"Lapor gusti, yang mulia putri Shintadewi telah kembali ke istana. Beliau ada di pintu gerbang istana sekarang!" ksatria binting membungkuk hormat.
"Baik, bawa aku kesana!"perintah Arya.
"Terima kasih dewata agung, engkau telah mengembalikan ponakanku Shintadewi,"batin Arya Puntadewa.
Arya dan Ksatria Binting sampai di depan pintu gerbang istana.
"Ponakanku, kamu kembali mari masuk ke dalam. Kami semua sangat merindukanmu," Arya memeluk erat Shintadewi tanpa memperhatikan Wijaya Kusuma,"Ayahandamu dan ibundamu sedang sakit sudah lama hanya bisa terbarinh di tempat tidurnya."
"Ya, paman aku juga mendengarnya dari paman Sarja. Bawa aku kesana paman biar aku melihat kondisi ayahanda dan ibunda," kata Shintadewi dengan wajah yang sedih.
"Oh ya ini siapa?" tunjuk Arya dengan sopan menggunakan jempolnya pada Wijaya Kusuma.
"Perkenalkan paman, ini anaku Wijaya Kusuma!"kata Shintadewi sambil mengelus kepala Wijaya Kusuma."Wijaya Kusuma ini adalah paman ibunda bernama Arya Puntadewa, adik dari kakek Angga Puntadewa. Kamu bisa memanggilnya kakek juga."
"Aku masih muda begini sudah di panggil kakek, asem banget. Padahal nikah saja belum, gara-gara ayahmu sakit aku yang mengurus semua pemerintahan sampai-sampai lupa buat cari jodoh," batin Arya.
Mereka bergegas menuju kamar raja Angga dan Ratu Adiningrum.
TRAP.TRAP.TRAP.TRAP.
Setelah 5 menit mereka sampai di depan pintu kamar khusus pengobatan raja Angga dan Ratu Adiningrum yang di jaga ketat dua ksatria Binting di depan pintu.
"Hormat gusti," Ksatria binting menunduk hormat.
Arya hanya tersenyum dan melambaikan tangan,"mohon bukakan pintunya ksatria".
"Baik, gusti," dua ksatria binting menuruti perintah.
"KRIEEEET..." (pintu terbuka).
Shintadewi tak tahan dengan perasaan rindu bercampur sedih langsung menubruk ayahnya yang sedang tertidur lelap.
Raja Angga yang tertidur pun langsung kaget terbangun begitu juga ratu Adiningrum yang mendengar suara berisik itu,"Aww, kok tiba-tiba ada gunung yang menimpaku."Shintadewi yang mendengar itu yang tadinya sedih menjadi kesal gara-gara mendengar hal itu."Ayah aku masih kurus tau, meskipun sudah umurku 1027 tahun."
Raja Angga dan Ratu Adiningrum yang masih memejamkan mata seperti pernah mendengar suara itu, kemudian membuka mata tersedak ketika melihat putri semata wayangnya kembali,"uhuk uhuk uhuk, putriku kamu kembali sayang." Raja Angga dan Ratu Adiningrum langsung memeluk Shintadewi mereka pun menangis bahagia meskipun mereka sedang sakit dan kedua wajahnya sangat pucat pasi.
Shintadewi melepaskan pelukan kedua orang tuanya," Oh ya ayahanda, ibunda kata paman Arya dan paman Sarja sedang sakit memangnya sakit apa?."
"Ayahanda dan ibunda pun tak paham, bahkan sesepuh Dewanata dengan tabib berlevel tinggi Mahadayana pun tak mampu mendeteksi penyakit kami berdua. Bahkan pil amreta sari pun tak mampu untuk menyembuhkannya, penyakit yang sangat langka."
Raja Angga menceritakan bahwa setelah mengantar shintadewi ke gua garuda, tiba-tiba ketika ia mau kembali ke herehuisa Puntadewa di sengat serangga kecil yang aneh. Seperti lebah namun tubuhnya berwarna hitam legam dengan mahkota kecil di kepalanya. Ketika Raja Angga pulang dengan ajian pancer bumi : melipat bumi, ternyata sengatannya tidak lepas sehingga ia ikut ke istana kemudian menyengat Ratu Adiningrum juga. Kemudian serangga itu mati.
Wijaya Kusuma yang mendengarkan penjelasan itu kemudian mengeluarkan Kitab jagat buana dari mata penyimpan di telapak tangan kanannya,"SYUUUT."
Wijaya Kusuma membuka perlahan mencari tentang bab pengobatan ternyata ada namanya Ajian Kanuragan Bandhayuda : Jagat saksana. Kitab jagat saksana yang dimiliki pamilya puntadewa hanya serpihan kecil kitab, pengobatan dari kitab jagat buana.
Ajian Kanuragan Bhandayuda: jagat saksana terdiri dari 4 tingkatan
Tingkat satu Ajian jagat saksana: kusuma jiwa ( author sudah jelaskan di bab ajian baladewa).
Tingkat dua ajian jagat semesta : Brama Sumara. Ajian ini bisa mengidentifikasi tanaman apapun dan komposisinya baik untuk membuat pil penyembuh, pil penguat, maupun untuk membuat racun.
Tingkat tiga ajian jagat semesta : Nakaga Apoya. Ajian ini bisa membuat pil tanpa tungku cukup membuat melayang semua bahan Lalu dilelehkan dengan membuat bola Asula agni (api biru) ditangan.
Tingkatan pamungkas ajian jagat saksana : Reinka Aksa. Ajian ini harus menggunakan energi Mana untuk mengidentifikasi suatu penyakit secara presisi dan membangkitkan mata reinkarnasi (Reinka Aksa), bahkan bisa melihat seluruh titik energi yang mengalir di dalam tubuh dan seluruh jaringan sel di dalam tubuh.
"Oh ya, itu siapa yang lagi membuka kitab?" tanya Ratu Adiningrum
"Perkenalkan ini Wijaya Kusuma, anaku ibunda." kata Shintadewi
"Kapan kamu menikah, nak? kok ayahanda dan ibunda tidak di undang dasar anak durhaka."Ledek Ratu adiningrum.
"Untuk masalah ini nanti kita bicarakan nanti, ceritanya panjang ayahanda,ibunda dan paman Arya!" kata Shintadewi mencoba menjelaskan.
"Wijaya kusuma maaf, ibunda belum berlatih tentang bab pengobatan hanya satu ajian jagat saksana: kusuma jiwa yang ibu kuasai, selebihnya hanya pernah membaca dan memahaminya saja karna keterbatasan bahan-bahan di alam dewata agung. Ibunda yakin kamu bisa menyelesaikannya, ibunda percaya padamu, sayangku!" kata shintadewi sambil berdiri dengan lutut untuk mensejajarkan badannya denga Wijaya Kusuma, Shintadewi mencium anaknya itu.
"Baik, ibunda aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk kesembuhan kakek dan nenek. Pertama ibunda bantu aku menggunakan ajian jagat saksana : kusuma jiwa pada kakek dan nenek. Kedua aku butuh orang yang bisa mentransfer mana padaku agar energiku bisa berevolusi ke tingkat mana, Karna untuk mengidentifikasi aku harus menggunakan ajian jagat saksana tingkat dua,tiga, dan pamungkas sekaligus,"Kata Wijaya Kusuma menjelaskan.
"Wijaya, paman bisa membantumu memberikan mana untukmu tapi untuk apa?" tanya Arya Puntadewa.
"Mari paman!, kita ke halaman yang luas supaya tidak bisa merusak istana ini, hehehe," Wijaya Kusuma sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Meskipun Wijaya Kusuma hanya umur 5 tahun, namun setelah Wiel aksanya bangkit pemikirannya lebih bijaksana dan lebih sopan bertutur kata.
"Baik nak," kata Arya. Mereka berdua pergi menuju halaman istana yang luas.
"Kakek, mohon transfer dengan kuat energi mana ya kek!, yang aku butuhkan energi mana yang kuat tekanannya. Jika kakek bisa menembakan pertama kali energi mana yang kuat itu akan lebih baik tanpa harus membuang energi mana kakek sia-sia. Aku akan bersila mengaktifkan sesuatu dulu, tunggu aba-abaku," perintah Wijaya Kusuma.
"Baik, cucuku," kata Arya.
"Malah aku yang diperintah oleh anak kecil ini, aaiiiiih. Ya sudahlah yang penting kakakku bisa sembuh," batin arya.
Arya bersiap melakukan kuda-kuda mengepalkan kedua tangannya,"Aaaaargh." Kemudian menangkupkan kedua telapak tangannya mengisi energi mana yang kuat, aura berwarna jingga muncul di telapak tangannya menyebar ke seluruh tubuhnya. Semakin lama semakin tebal aura berwarna jingga.
Wijaya Kusuma bersila, kemudian mengaktifkan mata pelanginya dengan tujuh tomoe. Satu tomoe berwarna merah dan enam lainnya berwarna hitam, muncul tanda segel bulatan kepala naga di dahi Wijaya kusuma dengan satu bulu berwarna merah dan enam lainnya hitam,"SRIIIING."
Tubuh Wijaya Kusuma melayang 3 meter," kakek sekarang tembak yang kuat!".
"Aaargh," Arya menembak energi mana dengan sekuat-kuatnya."SHUA...SWUSHH."
"AAAAAAARGH," Wijaya Kusuma berteriak sangat keras seperti raungan naga, sampai satu istana mendengarnya.
"Ada apa ini?, apakah ada serangan binatang buas?" beberapa prajurit tampak kebingungan.
Sementara itu di halaman istana, satu tomoe di dekat tomoe berwarna dan satu bulu di dekat bulu berwarna merah yang tadinya hitam berubah menjadi warna jingga,"SRIING." Wijaya Kusuma membangkitkan Reinka Aksa, pupil matanya berwarna jingga dengan Sklera berwarna mutih dan tujuh tomoe berwarna jingga.
BAM...BAM...BAM...
Wijaya Kusuma naik level ke jagatama asor.
Wijaya Kusuma naik level ke jagatama baharu.
Wijaya Kusuma naik level ke jagatama inggil.
TubuhWijaya Kusuma perlahan turun, mereka berdua kembali masuk ke kamar pengobatan Angga dan Adinngrum.
"Ibunda, persiapan sudah selesai. Apakah ibunda sudah melakukanya?, jika sudah mohon ibunda bantu kakek arya karna ia sudah mengeluarkan mana yang banyak dan kuat tadi," kata Wijaya Kusuma.
"Baik, nak", ucap Shintadewi sambil tersenyum.
Wijaya Kusuma mendekat ke arah Angga dan Adiningrum,"AJIAN KANURAGAN BANDAYUDA : JAGAT SAKSANA REINKA AKSA." Pupil nata Wijaya kusuma berwaena jingga dan sklera putih, 7 tomoe berwarna jingga mengililingi pupil matanya.
Wijaya Kusuma mengelurkan energi mana pada telapak tangan kanannya. Aura berwarna jingga menyelimuti telapak tangannya, dengan Reinka Aksa Wijaya Kusuma ia berhasil melihat racun Bleta Permoda (ratu lebah hitam) di dalam tubuh Angga dan Adiningrum.
Dia segera menempelkan tangannya pada bagian yang terkena racun Bleta Permoda,"SYURP..SYURP..SYURP..." Kepulan asap hitam terserap ke dalam tangan Wijaya. Lalu ia menotok beberapa bagian tubuh Angga dan Adiningrum
Peluh keringat membasahi tubuh Wijaya Kusuma, Shintadewi mengelapnya dengan lembut,"Ibunda sudah selesai pengobatannya, namun aku harus mengambil madu ireng di sarang Bleta permoda. Aku harus mengambil inti chakra kakek dan nenek yang sudah di curi oleh Bleta permoda, supaya bisa kembali seperti semula. Jika tidak maka tubuh kakek dan nenek akan sakit lagi bahkan bisa mati kering wadah jiwa."
"Aku akan pergi ke bagian dalam alas apuy penangsang sekaligus mencari beberapa tanaman obat, untuk membuat pil penyembuh, pil penghancu racun dan pil penguat tubuh." kata Wijaya Kusuma.
"Wijaya, biarkan para ksatria menemanimu," sanggah Arya.
"Mohon maaf kakek, bukannya aku menolak namun aku tak mau membuat para ksatria terus melindungiku, karna perjalanan ini sangat berbahaya di tambah Maung Bodas mengincarku," potong Wijaya Kusuma.
Angga dan Adiningrum pun tubuhnya kembali segar, mukanya yang pucat pasi kini berseri-seri.
Terima kasih para readers masih setia membaca Novel pertama author Ksatria langit nusantara.
mohon maaf jika tulisannya masih amburadul, masih terus memperbaiki.
Semoga para readers bisa menikmatinya.
Yuk nikmati membaca sambil minum kopi jeng gorengan singkong.
Terima kasih para readers masih setia membaca Novel pertama author Ksatria langit nusantara.
mohon maaf jika tulisannya masih amburadul, masih terus memperbaiki.
Semoga para readers bisa menikmatinya.
Yuk nikmati membaca sambil minum kopi jeng gorengan singkong.
Mohon dukung author dengan memberikan like koment dan gift jika berkenan. jika suka silahkan klik tombol favorit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Wak Jon
🔝🔝🔝🔝🔝🔝🔝🔝🔝🔝🔝🔝
2021-10-27
0
Jumanto Anto
sudah bagus tulisannya,,tetapi ada bagian kata yg kadang bingun pahami maksudnya apa..?gunakan bahasa dn kata yg mudah dipahami author..tapi sudah sangata2 mantaaab
2021-09-18
1