Story of Siti Amaliyah

...Aku memang hanya bersama mu...

...selama 10 tahun saja....

...Tapi, aku yakin bila Allah...

...memberikan usia panjang untuk mu....

...Kamu akan mendukung setiap apa yang aku putuskan....

...Karena kamu adalah ibu ku....

Hari berlalu..

Zara sudah cukup beristirahat dan kondisi badannya sudah fit lagi.

Zara di sambut ramah dan terbuka oleh keluarga barunya ini.

Nyonya Rosie Ane Jarvis yang merupakan ibu mertua dari Ami Ika yang menyambut dan menganggap dirinya seperti cucunya sendiri.

"Zara, anggap saya ini sebagai nenek kamu ya? Kamu jangan merasa asing di sini, Ika ini adalah putri ku kami di sini hanya tinggal berdua di temani banyak asisten rumah tangga. Jadi jangan sungkan ya Nak?" Zara merasa terharu melihat betapa dirinya di hargai dan di cintai oleh keluarga barunya ini.

"Terima kasih, Nenek. Zara sangat terharu karena Ami dan Nenek begitu menyayangi Zara yang baru pertama kali bertemu," jawab Zara terharu.

"Kamu ini anak dari saudara ku, jadi kamu juga seperti anak ku sayang. Jangan merasa seperti orang lain, oke?" Ujar Ami Ika dengan sabar.

"Iya Ami terima kasih." Zara merasakan kebahagiaan karena dirinya begitu di terima di sini.

Zara bersantai di kursi yang ada di pinggir kolam renang rumah Ami Ika.

Zara menikmati cuaca yang sebelumnya belum pernah dia rasakan.

Cukup panas namun cerah membuat gadis cantik ini senang menikmati suasana sore hari di kota Pahlawan.

Ami Ika duduk di sebelah Zara sambil membawakan Zara lapis kukus khas kota Pahlawan itu.

"Cobalah Zara, ini makanan khas kota pahlawan rasanya tidak kalah sama baklava hehehhe," ucap Ami Ika dengan gurauan.

"Iya Ami, Zara coba ya?" Zara mencoba lapis kukus tsb.

"Hheem, enak Ami. Lidah Zara belum pernah merasakan rasa ini," ucap Zara yang menikmati kue lapis kukus dengan lahap.

"Ra, kamu mau tahu cerita masa kecil Ami dan Ibu mu?" Tanya Ami Ika.

"Mau Ami, Zara juga ingin tahu cerita tentang Anna. Karena Anna sudah pergi saat Zara berusia 10 tahun," jawab Zara sedih bila mengingat kenangan bersama Ibunya.

"Sekarang ada Ami dan Nenek jadi kamu tidak akan sendirian lagi, oke?" Zara tersenyum dan mengangguk.

Ami Ika lalu mulai menceritakan masa lalunya yang pernah tinggal dengan Ibu Zara.

Flashback On

Zulaikah Nurjanah adalah seorang anak Diplomat yang hidupnya berpindah-pindah dari satu negara ke negara yang lain. Orang tua Ika adalah orang Indonesia asli yang menikah dan hanya memiliki 1 anak yaitu Zulaikah Nurjanah.

Ika kecil lama tinggal di Surabaya bersama neneknya yang bernama Sunia Wulandari. Nyonya Sunia Wulandari memiliki Kakak Laki-laki bernama Tuan Sularso, Tuan Sularso menikah dengan istrinya yang bernama Janusinta dan Nyonya Janusinta mempunyai keponakan yang bernama Ratih merupakan Ibunya Siti Amaliyah(ibunya Zar).

Gimana udah cukup mulek kan? Lanjut!!

Karena Neneknya Zara sudah meninggal, lantas Siti Amaliyah di asuh oleh Nyonya Sunia Wulandari bersama dengan Ika kecil. Suami Nyonya Sunia seorang tentara yang gugur di medan perang jadi Nyonya Sunia hanya sendirian.

Amaliyah tumbuh bersama dengan Ika selama 5 tahun sebelum akhirnya Ika kecil harus ikut kedua orang tuanya berpindah ke negara tempat Ayahnya bertugas sebagai Diplomat.

Amaliyah tetap di asuh oleh Nyonya Sunia hingga menginjak bangku perkuliahan. Amaliyah yang bercita-cita menjadi seorang perawat, akhirnya memilih jurusan keperawatan dengan di biayai oleh Nyonya Sunia.

Amaliyah lulus kuliah dan bekerja di rumah sakit di kota pahlawan hingga akhirnya bertemu dengan Tuan Burak yang pada saat itu mengalami kecelakaan dan kebetulan di rawat oleh Amaliyah.

Tumbuhlah benih-benih cinta di antara kedua, namun saat akan menikah. Nyonya Sunia meninggal dunia, karena sakit hipertensi yang lama di idapnya.

Ika yang saat itu sudah menikah dengan pengusaha Kaya asal Thailand dan sudah memiliki seorang putra akhirnya pulang ke kota surabaya setelah mendengar kabar duka bahwa Ibunya telah meninggal.

Setelah 40 hari meninggalnya Nyonya Sunia, Amaliyah memutuskan menikah dengan Tuan Burak dan saat itu Ika juga ikut menyiapkan semua tentang pernikahan Amaliyah.

Tuan Burak memutuskan untuk memboyong Amaliyah tinggal di Turki negara asal Tuan Burak.

Saat sebelum Amaliyah pergi, wanita cantik itu berpesan agar selalu berkirim kabar dan jangan putus hubungan.

Waktu terus berjalan hingga, kabar duka datang dari Istanbul Turki bawah Amaliyah telah menghadap yang Maha Kuasa karena kecelakaan lalu lintas.

Ika sangat bersedih dan turut menghadiri pemakaman Amaliyah di Istanbul.

Hingga, 5 bulan sebelum Tuan Burak meninggal. Tuan Burak menghubungi Ami Ika agar bila suatu saat dirinya meninggal, tolong jaga dan rawat Zara karena di Turki pun mereka tidak memilik saudara.

Tuan Burak mengirimkan no telepon Zara dan foto Zara.

Dan dari Paman Amir lah, Ami Ika mengetahui bahwa Tuan Burak telah meninggal lalu Ami Ika langsung menghubungi Zara pada waktu itu.

Flashback off.

Zara menangis bila mengingat Ayah dan Ibunya, dirinya sebatang kara dan juga di tinggalkan oleh pria yang selama 3 tahun mengisi hari-harinya.

"Sstt.. jangan menangis ya? Ada Ami dan Nenek yang sayang sama kamu. Ehh, sini Ami tunjukan Putra semata wayang Ami," ujar Ami Ika berusaha menghibur Zara mengalihkan topik pembicaraan.

Ami Ika menunjukkan bingkai foto pernikahan putra Ami Ika.

"Ami Ika kebetulan hanya di beri seorang anak laki-laki yang sekarang sudah menikah dan istrinya sedang mengandung. Ini foto pernikahannya," ucap Ami Ika.

"Wah, cantik sekali menantu Ami? Dan putra Ami sangat tampan putih sekali kulitnya," ucap Zara yang kagum melihat foto pernikahan putra Ami Ika.

"Suami Ami orang Thailanda blasteran Amerika jadi anak Ami ya putih gitu, tapi wajahnya cenderung ke Thailand. Kalau menantu Ami orang jawa juga tapi sangat cantik dan ramah," jelas Ami Ika kepada Zara.

"Oow begitu ya? Siapa nama Anak dan menantu Ami?" Tanya Zara penasaran.

"Nathaniel Abigail Jarvis nama putra Ami, dan Sarah Kamila nama menantu Ami," jawab Ami Ika.

"Zara jadi ingin bertemu dengan mereka Ami," ujar Zara.

"Mereka sekarang tinggal di Ibukota, karena putra Ami harus mengurus perusahaan utama keluarga Jarvis. Nanti saat menantu Ami melahirkan kita akan bertemu mereka, oke?" Zara mengangguk antusias mendengar penjelasan Ami Ika.

"Sekarang kamu istirahat lagi biar badan kamu makin fresh, besok kita jalan-jalan ya?" Tambah Ami Ika.

"Siap Ami, ayo kita masuk Ami!" Zara dan Ami Ika berjalan masuk ke dalam rumah untuk sekedar beristirahat.

Sementara di Istanbul Turki.

Serkan sudah dua kali bolak balik ke rumah Zara namun gadis cantik itu tidak terlihat.

Toko kain Zara juga nampak tetap sepi tidak di buka, Serkan begitu khawatir dengan Zara karena Zara seorang diri takut ada apa-apa yang terjadi pada gadis cantik itu.

Saat Serkan akan pergi dari depan rumah Zara, mata tajam pria tampan ini melihat sosok istri Paman Amir berjalan keluar dari rumah Zara.

Serkan yang sudah sangat penasaran akhirnya keluar dari dalam mobil dan menghampiri Bibi Ozge.

Tap..

Tap..

Tap..

Langkah kaki Serkan.

"Permisi Bibi, masih ingat saya?" Tanya Serkan.

"Kamu Serkan?" Jawab Bibi Ozge lupa-lupa ingat.

"Iya betul Bibi. Maaf saya lihat Bibi keluar dari rumah Zara, apa terjadi sesuatu dengan Zara?" Tanya Serkan penasaran.

"Zara sedang keluar ke pasar untuk membeli stok kain di toko. Ada apa memangnya? Kenapa tidak langsung menghubungi Zara?" Jawab Bibi Ozge tentu saja berbohong.

"Oow begitu, eehm... Iya nanti saya akan menghubungi Zara. Terima kasih Bibi, saya pamit dulu. Permisi," ucap Serkan yang langsung pergi dari hadapan Bibi Ozge.

Bruummm !!!!!

Mobil mewah berjenis Range Rover Vouge hitam itu melaju meninggalkan gang rumah Zara tinggal.

"Kamu tidak akan pernah lagi bertemu dengan Zara, Nak. Karena keegoisan orang tua mu dua hati yang tulus saling mencintai harus terpisah," monolog Bibi Ozge melihat mobil Serkan semakin jauh.

Tbc

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***