Naina bangkit, masih syok akan apa yang Steve lakukan padanya. Harusnya hal semacam ini sudah biasa baginya. Tetapi entah kenapa ulu hatinya berdenyut sakit akan sikap Steve barusan. Naina ingin menangis, tapi berusaha ditahannya.
Setelah mengendalikan perasaannya, Naina berjalan keluar sekolah. Di sana mobil jemputannya sudah tidak ada lagi. Mereka pergi meninggalkannya.
Naina menghela nafas. Berusaha tenang. Akhirnya dia memberhentikan taksi untuk membawanya kembali ke kantor. Rasa laparnya hilang seketika. Naina sudah tidak selera makan lagi.
Naina sampai di perusahaan, kembali melanjutkan pekerjaannya. Untung saja tidak ada pertemuan lagi sore itu. Hanya menyusun beberapa laporan saja.
Sampai menjelang pulang, Naina masih belum makan. Dia hanya minum air putih, itu pun karena terpaksa. Apa yang Steve lakukan tadi masih membekas di hatinya.
Setelah sampai di rumah, Naina berjalan lesu menuju lantai atas. Meletakkan tas kerjanya di atas meja, hendak menuju kamar mandi.
"Sudah pulang?" sebuah suara menyapa Naina yang sibuk dengan pikirannya.
Naina terkejut melihat Reygan di sana. Pria itu masih mengenakan kemeja yang sudah digulung sampai siku. Pria ini pulang lebih cepat malam ini.
Reygan menatapnya sengit, "Beginikah caramu melakukan tugas-tugasmu di rumah ini?" ucap pria itu.
Naina mengerutkan keningnya, tidak fokus karena perih di perutnya dan pusing di kepalanya. Keringat dingin membanjiri dahi dan hidungnya.
"Maksud bapak apa?" tanya Naina lemah.
"Harusnya kamu mengerti. Lihat sekarang. Karena pekerjaanmu itu Steve tidak terurus dengan baik!" ucap pria itu sarkas, menyalahkan Naina.
Ternyata karena itu. Naina menarik nafasnya. Dia tidak bisa berkata-kata. Terlalu sulit baginya menjelaskan saat ini. Apalagi Naina tahu, orang seperti Reygan tidak akan mendengarnya.
"Kenapa diam saja? Asal kamu tahu Steve terlambat ke sekolah hari ini. Apa kamu tidak menyadari kesalahanmu itu? Hanya karena pekerjaan tidak penting itu, kamu membiarkan Steve begitu saja. Sebenarnya apa tujuanmu menikah denganku?" cecar Reygan tiada hentinya memojokkan Naina.
"Nyonya Naina Dos Santos." Reygan tersenyum sinis ketika menyebut nama itu. "Kamu harus menyadari tugasmu di rumah ini setelah menyandang nama itu. Tugasmu di sini adalah mengurus Steve putraku. Bukan untuk pekerjaan tidak jelas seperti itu!" timpalnya tanpa peduli perasaan Naina.
Pria itu berbalik, bertolak pinggang sambil memandang luar kamar yang gelap. Dia masih berdecih kesal.
"Tinggalkan pekerjaan itu segara dan kembali ke tugasmu. Tugasmu adalah baby sitter di rumah ini. Mengurus dan merawat Steve. Mengerti?!" tegas pria itu.
Hening. Yang mana membuat Reygan kesal.
"Hei! Kamu dengar tidak?!" pria itu berbalik. Sepersekian detik terdiam melihat Naina yang sudah tergeletak di atas lantai.
Reygan mendekat, memicingkan matanya.
"Hei." menggunakan ujung kakinya menyentuh kaki Naina. "Jangan pura-pura."
Tapi Naina masih bergeming, wajahnya pucat. Dan Reygan akhirnya menyadari bahwa Naina tidak sedang berpura-pura.
Reygan berjongkok, mensejajarkan tubuhnya. "Hei. Bangun."
Naina masih sama, tidak bergeming. Membuat Reygan mau tidak mau mengangkatnya ke atas tempat tidur.
Reygan memandang wajah pucat Naina. Jelas terlihat gurat kelelahan di wajah cantiknya. Ya, Reygan akui Naina adalah gadis yang cantik. Tapi karena gengsinya yang teramat tinggi, dia enggan mengakui.
TBC
GIMANA NIH, NAINA STRES GARA-GARA DUO GUNUNG ES. ENAKNYA DIAPAIN YA
JANGAN LUPA LIKE VOTE DAN KOMEN YA
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Andirahmawatiabidin
aku maunya si gunung es itu bucin setengah mampus sm Naina kk author 👍👍😅😅 . biar tau rasa tuh Reygan
2023-02-12
1
Meili Mekel
mmng dasar suami tdk tahu diri
2022-08-20
0
💕febhy ajah💕
ternyata ceritanya bagus, nyesel baru mampir. padahal udah lama bnget di favoritkan, like, komen dan vote untukmu tor.
2022-02-07
0