Pernikahan yang Naina jalani saat ini sangatlah dingin. Tidak bermakna dan membuatnya tidak semangat menjalaninya. Reygan sangat dingin padanya, enggan bicara seolah dirinya adalah kotoran menjijikkan. Beberapa kali Naina mencoba memulai pembicaraan, tetapi Reygan malah menghindar setelah melemparkan hinaan sarkas untuknya.
Naina bingung harus apa. Membuat Naina memilih pasrah. Dia tidak ingin lagi mencoba mengambil hati pria itu. Dia cukup lelah menerima kata-kata yang selalu menyakiti hatinya. Sudah cukup baginya menghadapi Steve yang juga ketus padanya. Naina tidak ingin menambah bebannya lagi.
Naina menyiapkan pakaian kerja Reygan pagi itu, tidak peduli dipakai atau tidak. Sebelumnya dia sudah mandi dan berpakaian rapi, memakai kemeja berpadu dengan rok span hitam. Ya, Naina sudah mulai bekerja di perusahaan Chris selama satu bulan ini. Chris menjadikannya sebagai sekretarisnya.
Hal itu yang membuat Naina bisa mengurangi stresnya di rumah. Dengan bekerja, sejenak dia bisa melupakan kelakuan suami dan putranya.
Naina masuk ke kamar Steve, anak itu baru saja keluar dari kamar mandi. Naina bergegas mengambil seragam sekolahnya lalu memakaikannya pada Steve. Steve tidak melawan, dia memasang wajah angkuhnya, membiarkan Naina memakaikan bajunya.
Di meja makan, seperti biasa Rudi dan Reygan sudah ada di sana. "Bagaimana pekerjaanmu Nak?" tanya Rudi.
Naina tersenyum, "Baik-baik saja Pa. Naina bisa beradaptasi dengan cepat di sana."
"Syukurlah. Kalau ada apa-apa katakan pada suamimu. Dia bisa membantumu."
Naina masih memasang senyum cerah, sedangkan Reygan cuek, enggan menanggapi.
Selesai sarapan Naina bergegas, "Ayo Steve, kita berangkat."
"Papa yang akan mengantarku!" ucap Steve menolak terang-terangan.
Reygan menoleh, memberikan tatapan dingin, "Papa tidak bisa Steve. Papa ada meeting pagi ini. Arah kantor Papa dan sekolahmu berbeda, nanti Papa terlambat."
Steve diam, selalu saja seperti ini. Punya Papa tapi seperti tidak punya.
Naina melihatnya, lalu mengusap kepala Steve lembut, "Sudah, tidak papa. Aku yang akan mengantarmu. Papa lagi sibuk, kamu harus mengerti sayang."
Steve masih diam, tanpa permisi mengambil tas dan pergi begitu saja. Naina melihatnya dengan iba. Lalu menoleh pada Reygan, dia menggelengkan kepalanya. Naina tahu selama ini Reygan selalu mengabaikan Steve. Itu yang dilihatnya selama tinggal di rumah ini.
Setelah mengantar Steve, Naina berangkat ke perusahaan Chris. Tidak terlalu terlambat sehingga dia masih bisa bersantai sambil menikmati perjalanan.
Di kantor ini, Naina merasa sedikit tenang dibandingkan di rumah. Dia bisa mengekspresikan perasaannya lebih bebas, dengan berinteraksi dengan karyawan lainnya. Di kantor ini, sudah bukan rahasia umum lagi kalau Naina dan Chris adalah saudara.
Namun saat menjelang siang, Naina sama sekali tidak menunjukkan senyumnya. Pasalnya dia dan Chris akan melakukan pertemuan dengan General Manager dari perusahaan yang dulu memecatnya secara tidak terhormat.
Itu artinya, yang mereka temui adalah suaminya.
"Nai, dari tadi kok diam aja?" tanya Chris yang memperhatikan Naina di sampingnya. Mereka saat ini ada di perjalanan menuju tempat pertemuan, dengan Doni, asisten pribadi Christian menjadi supir mereka.
"Nggak papa kok Kak. Nai cuma agak gugup aja kok. Mungkin karena pertama kali ya." Naina berdalih.
"Jangan gugup. Kan ada Kakak. Nanti kamu cuma tulis topik-topik penting aja."
Mereka bicara seperti biasa, tetapi jika ada orang lain, mereka akan berinteraksi secara formal.
Tidak lama kemudian, mereka sampai di sebuah restoran, yang sebelumnya mereka reservasi. Naina cukup lega karena perwakilan dari DS Corp belum sampai.
"Nai, apa nggak lebih baik kamu tinggal sama Kakak?" ucap Chris mengisi keheningan. Sudah beberapa kali Chris menawarkan hal ini. Ternyata Arnita tidak mengatakan yang sejujurnya tentang status Naina saat ini. Arnita berbohong kalau Naina masih tinggal di kos-kosan.
"Kak..."
"Nai, Kakak sangat menyayangi kamu. Kakak nggak mau kamu kesulitan di luar sana. Lebih baik kamu tinggal sama Kakak, biar Kakak lebih mudah menjaga kamu."
Naina tahu niat Chris baik, bahkan dia juga mau menerima tawaran itu. Tetapi statusnya sekarang sudah tidak mengizinkannya lagi untuk mereka tinggal bersama.
"Kak, Naina mengerti maksud Kakak. Tapi Naina udah besar Kak. Naina bisa jaga diri. Lagian Naina juga mau hidup mandiri, dan nggak nyusahin siapa-siapa."
"Tapi aku Kakak kamu." sela Chris.
Naina menimpa tangan Chris di atas meja, ingin memberikan pengertian, "Kak, tolong mengerti keinginan Naina...."
Chris menghela nafas, adiknya ini sama sekali tidak berubah. "Baiklah. Tapi kamu harus sering datang ke apartemen Kakak. Tempat itu terbuka lebar buat kamu."
Naina mengangguk, "Iya Kak. Naina pasti datang kok."
Chris mengangkat tangannya, mengusap rambut Naina lembut. "Cuma kamu yang paling Kakak sayangi di dunia ini. Kakak nggak mau kamu sampai kenapa-napa."
"Nai juga sayang Kakak." balas Naina dengan senyum manisnya.
"Ehm..." tiba-tiba ada yang datang mengganggu momen itu.
Naina menoleh ke belakang, jantungnya berdetak tidak karuan melihat seorang pria dan wanita.
"Pak Rey, kalian sudah datang. Silahkan duduk Pak." sambut Chris dengan ramah.
Ternyata Reygan.
Naina memperbaiki cara duduknya, saat Reygan dan wanita itu duduk di hadapannya. Naina melihat wanita di samping Reygan, wanita yang sama dengan wanita di kafe Orchid beberapa waktu lalu.
"Maaf akan keterlambatan kami Pak Chris. Jalanan sangat macet." ucap wanita di sebelah Reygan.
"Its Ok. Kami juga baru sampai."
Sontak wanita itu melihat kehadiran Naina, "Perkenalkan ini sekretaris baru saya, Naina. Dia baru saja bekerja, dan ini adalah pertemuan pertamanya dengan klien perusahaan." ucap Chris.
Naina memaksakan senyumnya, lalu mengangkat tangannya ragu.
"Naina." ucap Naina singkat.
"Hai Naina. Namaku Alena. Senang kenal denganmu. Semoga seterusnya kita menjadi partner kompak." ucap wanita itu ramah.
Wanita itu murah senyum dan ramah, selain memiliki wajah cantik serta berpenampilan modis dan kekinian. Pantas saja Reygan jatuh hati padanya.
Naina ingat, suara Alena saat membuat jadwal pertemuan hari ini. Sebelumnya mereka sudah bicara di telepon.
Selanjutnya, Naina dengan ragu mengulurkan tangannya pada Reygan yang menatapnya dengan tatapan penuh arti.
Cukup lama waktu berlalu sampai pria itu menyambut tangannya. Tangan mereka bersentuhan untuk yang kedua kalinya, dengan pandangan menyorot satu sama lain.
"Naina."
Jantung Naina berdesir, merasakan dinginnya tangan pria itu. Tubuhnya seolah disengat listrik saat bersentuhan dengan Reygan. Naina buru-buru melepas tangannya.
"Baiklah kita mulai saja. Pak Chris ini hasil observasi kedua kami terhadap proyek kita." ucap Alena.
Sebelum Naina mulai bekerja, ternyata kedua perusahaan ini sudah saling bekerja sama. Hanya saja mereka melakukan pertemuan di London, pusat perusahaan milik Chris.
CA Corp dan DS Corp memang dua perusahaan yang sama-sama di puncak kejayaannya. Hanya saja DS Corp berpusat di Indonesia, sedangkan CA Corp berpusat di Inggris. Keduanya sudah melakukan kerja sama sejak dua tahun yang lalu. Dan setiap kerja sama mereka selalu memberikan keuntungan yang berlipat.
Naina berusaha fokus mendengarkan penjelasan Alena dan mencatat poin-poin penting. Dia berusaha mengabaikan sorotan tajam dari pria di hadapannya, Reygan. Pria itu sangat menganggu konsentrasinya.
"Baik. Cukup sekian penjelasan saya. Selebihnya akan diterangkan Pak Reygan."
"Pak?" panggil Alena beberapa kali pada Reygan, namun pria itu masih menyorot Naina.
"Pak." disertai menepuk bahu Reygan.
Reygan sadar, tetapi seapik mungkin memahami kondisi.
"Kamu nggak papa?" Naina bisa mendengarkan bisikan lembut Alena pada Reygan. Mereka terlihat intim, bukan seperti bos dan anak buah lazimnya.
Reygan menggeleng, kemudian beralih pada Chris. Dia mulai menjelaskan dengan serius. Naina berdecak dalam hati, melihat Reygan menerangkan dengan sangat berwibawa. Sangat berbeda ketika bicara dengannya.
Pertemuan diakhiri dengan makan siang bersama. Naina kesal, dia enggan lama-lama bersama Reygan. Apalagi mereka tidak segan menunjukkan kemesraan di hadapannya.
Pria ini memang tidak pernah menghargainya. Kalau tidak cinta tidak mengapa, tapi setidaknya jangan keterlaluan seperti ini.
"Maaf, kalau saya terlalu lancang. Apakah kalian pasangan kekasih?" tanya Chris tiba-tiba disela makan siang itu.
Alena tersenyum hangat, "Anda bukan orang pertama yang salah paham dengan hubungan kami Pak Chris." ucap Alena. "Kami memang begini. Mungkin karena sudah lama saling mengenal."
"Kenapa tidak mengaku saja? Akui saja kalau kalian ini pasangan" ucap Naina, tapi hanya di dalam hati saja.
Naina melanjutkan suapannya, dia menunduk enggan menanggapi percakapan mereka. Dia ingin cepat-cepat pergi dari sini.
Namun sialnya, Chris selalu menambah potongan daging ke piringnya. Chris melakukannya seperti saat di panti dulu. Saat makan Chris selalu membagi lauk dengannya.
"Makan yang banyak." ucap Chris.
Tentu itu tidak lepas dari pandangan Alena dan Reygan. Mereka tahu hubungan mereka lebih dari sekedar atasan dan bawahan.
"Apakah hanya perasaanku saja? Kalian sepertinya sangat akrab?" cela Alena.
Naina menegakkan kepalanya, melihat Reygan dan Alena bergantian. Hingga sebuah usapan tangan hinggap di kepalanya.
"Kalian cukup peka ternyata. Naina adalah orang terpenting dalam hidupku. Aku sangat menyayanginya." ucap Chris dengan bangga.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Meili Mekel
bisa perang
2022-08-20
0
Naomi
auchhh tercopot deh jantung pak tua 🤣🤣🤣
2022-02-20
0
💕febhy ajah💕
mantappppp crish ayo jdi lah kompor meleduk untuk menbakar sampah yg nga penting.
2022-02-07
0