Satu minggu ini, tinggal di rumah ini membuat Naina terbiasa. Terbiasa menghadapi sifat dingin dan ketus suami dan putra sambungnya. Juga terbiasa mendengarkan setia hinaan mereka.
Setelah pulang mengantar Steve ke sekolah, Naina hendak melakukan aktivitas agar tidak membuatnya bosan. Namun sebelumnya, dia masih melihat Rudi berada di rumah, membuatnya menemui ayah mertuanya tersebut.
"Papa belum berangkat kerja?" tanya Naina pada Rudi yang tengah duduk dekat taman yang ada di tengah rumah itu.
"Tidak Nak. Papa kurang fit beberapa hari ini. Kemari, duduk temani Papa." ucapnya. Rudi memperlakukan Naina dengan sangat baik di rumah ini. Dia seperti seorang ayah bagi Naina, membuat Naina akhirnya bisa merasakan kasih sayang yang pernah hilang dari hidupnya.
"Terima kasih sudah mau bertahan sampai hari ini Nak." ucap Rudi. "Meski baru dua minggu, tapi Papa tahu menghadapi cucu dan putraku tidaklah mudah."
Naina mengangguk, "Bersabarlah Nak. Papa yakin Reygan dan Steve bisa menerima kamu. Dan mereka akan menyayangimu."
Naina mengangguk lagi. Dia juga tidak tahu sampai kapan bisa bertahan di rumah ini.
"Papa. Naina ingin menanyakan sesuatu. Tapi Naina tahu tidak pantas menanyakan hal itu." ucap Naina ragu.
"Katakan saja Nak. Papa akan menjawab sebisa mungkin."
"Itu, Naina penasaran dengan Mama kandung Steve." yang dimaksud adalah istri pertama Reygan.
Wajah Rudi menjadi masam, tetapi mau tidak mau dia harus bercerita. Naina perlu mengetahui.
"Wanita itu adalah cinta pertama Reygan. Mereka dulu satu sekolah sejak di Amerika bahkan hingga kuliah. Lalu mereka memutuskan untuk menikah muda delapan tahun yang lalu. Semuanya baik-baik saja sampai Steve lahir. Tetapi kami tidak tahu kenapa, wanita itu menggugat cerai Reygan dan pergi begitu saja. Tidak berselang lama, Steve bahkan masih berusia lima bulan, kami mendengar bahwa wanita itu sudah menikah lagi." ada setitik amarah dalam cerita itu. Rudi enggan mengingat kembali.
"Dan sampai sekarang putraku yang bodoh itu masih mencintai wanita jahat itu. Aku bingung dengan Reygan. Dia tidak bisa membuka matanya dengan baik." jelas Rudi.
"Nak, Papa harap kamu bisa mengubah Reygan. Papa tahu kamu bisa. Papa bisa merasakan ketulusan dalam hatimu. Oleh karena itu, Papa lebih memilihmu menjadi istri Reygan daripada wanita-wanita di luar sana."
Naina berekspresi datar. Mengetahui fakta bahwa Reygan masih terpaut dengan masa lalunya, seketika membuat semangatnya down.
Naina ingat pesan Arnita dulu, 'Jangan sekali-kali memulai hubungan dengan pria yang belum menyelesaikan urusan masa lalunya. Itu akan sangat menyakitkan.'
Naina tidak yakin bisa menjalankan misi ini.
Cukup lama mereka masih berbincang-bincang, sampai Naina ingat sesuatu.
"Papa, boleh tidak Naina bekerja?"
"Bekerja. Apa maksudmu Nak? Kamu kekurangan uang?" Rudi sedikit heran.
"Bukan begitu Pa. Setiap hari Naina selalu bosan di rumah. Sedangkan Elisa melarangku melakukan pekerjaan rumah."
"Tapi kamu sudah menjadi istri Reygan, kamu dilarang keras bekerja Nak. Apa kata orang nanti jika mereka tahu seorang istri pebisnis besar bekerja?" Rudi melarang dengan halus. Dia senang dengan keinginan Naina yang tidak ingin tinggal tenang meski sudah memiliki segala kemewahan ini.
Naina mengerti meski keinginannya tidak terpenuhi.
Melihat Naina menjadi lesu, Rudi memikirkan sebuah ide, "Nanti Papa akan bicara dengan Reygan. Mungkin dia bisa melakukan sesuatu agar kamu memiliki pekerjaan yang tidak terikat dengan perusahaan lain." ucapnya.
"Baik Pa. Terima kasih."
***
Malam tiba, Steve benar-benar tidak bisa memejamkan matanya. Pasalnya tidak ada yang membacakan cerita untuknya malam ini. Steve sudah menghubungi Sesil dan Emma, agar mereka membacakan cerita untuknya. Tetapi Sesil sudah mulai aktif kuliah di Amerika sana. Jika di sini malam, maka di sana adalah siang hari. Sedangkan Emma, wanita itu tidak mengangkat panggilannya.
Sudah pukul setengah sepuluh malam, Steve masih belum tidur.
Steve teralihkan oleh pintu kamarnya yang terbuka. Naina datang melihatnya heran. "Steve, kamu belum tidur?"
Steve memalingkan wajahnya, "Mau apa kamu?" keangkuhan itu masih belum hilang, sepertinya sudah mendarah daging.
"Sudah hampir jam sepuluh, kamu harus tidur. Besok sekolah." ucapnya.
"Aku tahu. Lebih kamu pergi. Aku akan tidur!" ucapnya lalu tidur membelakangi Naina.
"Baiklah. Selamat malam." mengusap kepalanya lembut.
"Ck!" Steve menyingkirkan tangannya. "Pergi!"
Naina menurut, mematikan lampu kamar sebelum keluar. Sementara Steve, dia kembali duduk. Mengucek matanya, "Aku sangat mengantuk."
***
Setelah memastikan Steve tidur, Naina masuk ke kamar dan bersiap tidur. Tapi Naina tidak tahu kalau Reygan sudah pulang.
Dia terkejut melihat Reygan berdiri di tengah ruangan sambil bertolak pinggang. Lengan kemejanya ditarik hingga sebatas lengan. Pria itu langsung berbalik begitu merasakan kedatangan Naina.
"Ada apa?" tanya Naina pelan, karena risih mendapat tatapan tajam itu.
"Kamu ingin bekerja?" ucap pria itu dingin.
Naina mengangguk, ternyata Rudi bergerak cepat. "Kenapa? Apakah uang yang kuberikan tidak cukup?" ucapan pria itu seperti merendahkan, dan Naina menyadari itu.
Memang beberapa waktu lalu, Naina mendapat beberapa kartu berisi uang yang tidak terhitung jumlahnya, dan tentu sangat besar untuk Naina. Tapi belum pernah sekali pun Naina menggunakannya.
"Bukan seperti itu Pak. Aku, aku hanya bosan di rumah sendirian." ucap Naina agar kesalahpahaman Reygan musnah padanya.
"Jangan panggil aku seperti itu! Aku bukan bapakmu!" perintahnya.
Naina diam, bingung mau memanggil apa.
"Dimana kamu akan bekerja?"
Naina menatapnya, tatapan pria itu menuntut jawaban, "CA Corp." jawabnya singkat.
Reygan menyipitkan mata, senyum sinis muncul, "Ternyata kamu ingin mengejar pria itu juga?"
"Maaf?"
"Terserah kamu saja jika ingin bekerja. Aku tidak peduli, asal kamu tahu batasan dan tidak mempermalukanku. Tutup semua kebusukanmu rapat-rapat, jangan sampai itu mencoreng nama baikku!" ucap pria itu sarkas.
Naina mengerutkan keningnya, tidak mengerti ucapan Reygan, "Maksud bapak apa? Saya tidak mengerti."
"Sstt! Jangan bicara lagi!" pria itu berbalik, "Satu lagi, jangan panggil aku seperti itu! Aku bukan bapakmu!" lalu masuk ke dalam kamar mandi.
Naina mematung, pria ini terlalu banyak berasumsi buruk tentangnya. Hingga menutup mata akan sisi lain darinya.
Begitulah Reygan, sedikit banyak telah ikut terhanyut akan cara pandang keluarganya. Baginya Naina hanyalah gadis miskin yang mengincar kekayaannya. Perbuatan baik yang jelas-jelas ada di depan matanya, diabaikan hanya karena cara pandangnya yang buruk.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Fella Anggraeni
mantapp torr critanya baguss❤️❤️❤️
2022-09-29
0
Meili Mekel
penasaran
2022-08-20
0
devymariani
sabaaarr naina
2022-01-29
0