Di dalam sebuah ruangan mewah, yang didominasi oleh warna abu dan hitam. Dua orang pria yang merupakan Ayah dan anak tengah duduk saling bersila di atas sofa. Keduanya tampak diam, setelah salah satu dari mereka melontarkan tujuannya datang ke ruangan ini.
"Bagaimana Reygan, apakah kamu menerima keputusan Papa?" ucap pria paruh baya itu sambil mengetuk-ngetukkan tongkatnya di atas lantai marmer berharga ratusan juta tersebut. Manik hijaunya yang juga diturunkan pada putra di hadapannya, saling menatap, saling melemparkan tatapan dingin.
"Memangnya Reygan bisa menolak keputusan Papa?" suara berat menyapa gendang telinga Rudi. Terasa menusuk, karena jawaban itu juga menyindir dirinya sendiri yang tidak bisa dibantah oleh siapa pun.
Hal seperti ini sudah terbiasa, Reygan Dos Santos, pria berkebangsaan Spanyol, berstatus duda beranak satu sejak lima tahun yang lalu. Berkepribadian dingin, tak memiliki perasaan dan selalu mengintimidasi setiap orang di sekitarnya, adalah ciri khas pria ini.
Pria ini memang menarik, sering mendapat julukan hot daddy hingga duren sawit dari orang di sekitarnya. Dengan paras yang begitu tampan bak dewa Yunani, setiap orang akan terhipnotis saat bertemu pandang dengannya.
Rudi tersenyum menyeringai, putranya ini memang selalu bisa membuatnya terkesan. Terkadang bangga karena Reygan selalu mampu membuat hal besar, seperti mengelola perusahaan yang kini sudah mencapai masa kejayaannya. Tetapi Ayah dua anak itu juga sering jengkel, oleh sifat Reygan yang selalu bicara dingin padanya.
Semua ini terjadi sejak lima tahun yang lalu. Dimana mantan istri Reygan menggugat cerai dirinya. Tentu menjadi pukulan besar bagi Reygan yang sangat mencintai istrinya. Tetapi wanita itu menggugat cerai dan rela meninggalkan dirinya dan putranya yang saat itu, hanya demi pria lain.
Sejak saat itu, setiap hari adalah neraka bagi Reygan. Reygan yang memang sudah dingin, semakin hampa dan kosong sejak kepergian mantan istrinya. Semakin tidak berperasaan dan tidak segan menyakiti hati orang lain dengan kata-katanya.
"Apakah kamu sedang tidak bercanda? Kamu menerima perjodohan ini begitu saja?" ucap Rudi tidak yakin.
Pasalnya selama lima tahun ini, Nenek Emma, Nenek Reygan dari pihak mendiang istrinya, sudah sering kali menyodorkan banyak wanita untuk Reygan nikahi. Tetapi Reygan, duda ini bahkan tidak sudi melihat foto-foto mereka. Pria itu mengabaikannya.
Reygan membalas tatapan Rudi yang tadinya menundukkan kepalanya, sangat tidak nyaman dengan suasana itu.
"Bukankah Papa yang lebih tau apa yang terbaik untukku?" suara itu menyentak.
"Lakukan apa yang Papa inginkan, asalkan itu tidak mengganggu kehidupanku." ucapnya sarkas.
Rudi menaikkan kedua alisnya, sebab putranya ini sangat sulit ditebak. Namun Rudi tidak mengambil pusing, justru dia senang ternyata membujuk putranya tidak sesulit yang dia bayangkan sebelumnya.
"Baiklah. Keputusan disepakati. Minggu depan adalah pernikahan kalian." dan itu berhasil menggugah seorang Reygan yang begitu dingin.
Rudi tidak menghiraukan keterkejutannya. Pria bertongkat itu susah payah berdiri, sedetik kemudian melemparkan sebuah foto ke atas meja.
"Siapa tau kamu penasaran calon istrimu. Dan kamu tidak usah khawatir, gadis ini adalah gadis baik-baik. Tidak seperti mantan istrimu yang sangat kamu cintai itu." sindirnya dengan sengaja, lalu mulai melangkah meninggalkan ruangan tersebut.
Reygan masih duduk terpaku, akan perkataan ayahnya.
"Minggu depan?" lirihnya sambil tersenyum sinis melihat foto seorang gadis cantik yang tengah tersenyum manis.
Reygan nampaknya tidak tertarik sama sekali pada foto itu. Pria itu berdiri, berjalan menjauh meninggalkan foto itu begitu saja.
***
Satu hari sebelum pernikahan, Naina akan dijemput dari panti dan dibawa ke kediaman Dos Santos di tengah kota.
"Ibu, Naina pergi dulu ya." pamit Naina pada Arnita pagi itu. Sebuah mobil hitam mengkilat sudah parkir di halaman panti, dengan seorang supir yang telah menunggunya.
"Iya Nak. Kalau sudah sampai kabari Ibu ya." Arnita penuh kesedihan, tidak rela membiarkan Naina pergi ke istana neraka itu.
Naina mengangguk, memaksakan senyumnya tanpa ingin menunjukkan kesedihannya. "Kalau ada apa-apa juga Ibu harus mengabari Naina. Naina masih anak ibu kan?"
"Tentu saja sayang." Arnita langsung memeluk Naina erat. Momen ini berbeda saat memberangkatkan Naina hidup mandiri. Ini lebih menyesakkan, seperti ada sesuatu hal yang meremas ulu hatinya. Takut, Naina tidak akan kembali lagi.
"Naina putri Ibu selamanya." ucapnya sungguh-sungguh.
***
Sedangkan di kediaman Dos Santos, istana bagi puluhan orang yang tinggal di rumah mewah ini, tengah digemparkan oleh kedatangan calon menantu baru yang digadang-gadang sejak satu minggu belakangan ini.
Baik pelayan maupun penghuni yang lain, semuanya mengambil tempat persembunyian untuk melihat kedatangan gadis tersebut.
Kabar ini sudah menggemparkan seluruh penghuni rumah itu sejak Rudi Dos Santos mengumumkan hal tersebut. Bahwasanya Reygan Dos Santos, putra semata wayangnya, akan melepas gelarnya sebagai duren sawit, menjadi pria beristri.
Dan yang paling bikin heboh adalah latar belakang calon nyonya rumah ini, bukanlah dari kalangan atas, melainkan berasal dari kalangan menengah ke bawah. Tentu mereka sangat terkejut. Bagaimana mungkin calon nyonya Dos Santos berasal dari kalangan tersebut?
Semua mempertanyakan hal itu. Dan mereka belum tau, sebuah fakta yang amat mengejutkan. Bahwa calon nyonya rumah itu adalah seorang yatim piatu yang berasal dari panti asuhan, tidak jelas latar belakang maupun seluk beluk keluarganya.
Saat mobil yang membawa Naina memasuki pekarangan istana mewah keluarga Dos Santos, semua orang memfokuskan pandangannya. Seorang gadis muda, ya.. menurut mereka lumayan untuk kelas atas seperti majikan mereka.
Tetapi yang paling menyakitkan mata adalah penampilan gadis itu. Sebuah gaun coklat selutut yang pastinya tidak bermerek, dan juga flatshoes hitam yang sudah nampak usang, melekat di tubuh gadis itu. Seperti inikah tampilan calon istri seorang Reygan yang tersohor dan disegani dimana-mana?
Naina berdiri tepat di anak tangga pertama halaman rumah itu. Wajahnya jelas tidak bisa menyembunyikan kekaguman akan keindahan yang baru pertama kalinya dilihatnya.
Keningnya berkerut, saat seorang wanita berseragam hitam putih, datang menyambut sambil menundukkan kepalanya.
"Selamat datang Nyonya. Mari ikut saya. Tuan besar Rudi sudah menunggu." ucap wanita tersebut dengan sopan, tidak berani menatap Naina.
"Nyonya?" ulang Naina.
"Mari Nyonya." ucap wanita itu lagi, membuat Naina melangkahkan kakinya, meski ragu.
Butuh lima belas meter bagi mereka, hingga akhirnya Naina benar-benar memijakkan kakinya ke dalam istana yang benar-benar mewah tersebut. Untuk yang kedua kalinya, Naina berdecak kagum.
"Mari Nyonya." ucap wanita tadi, karena Naina menghentikan langkahnya, masih terperangah akan keindahan ini.
Naina tersadar, mengikuti wanita tersebut membawanya semakin masuk ke dalam rumah besar itu.
"Silahkan Nyonya." wanita itu berhenti setelah membukakan pintu baginya.
Naina melihat pelayan tersebut, dia ragu untuk masuk. Tetapi karena wanita itu hanya diam, Naina akhirnya masuk.
Satu langkah pertama, Naina mematung saat beberapa pasang mata menyambutnya, memberikan pandangan yang membuat Naina bergidik ngeri. Tatapan mencemooh yang jelas-jelas ditujukan untuknya dari beberapa pasang mata itu.
"Naina..." suara bariton yang terdengar renta memanggilnya, membuat pandangannya teralihkan pada pria tua yang duduk di sebuah sofa single. "Kemarilah Nak." pinta suara itu.
Naina ragu, bahkan enggan mendekati orang-orang itu. Ada ketakutan tersendiri dalam hatinya. Sebab Naina tidak mengenal orang-orang ini.
"Jangan takut Nak. Kemarilah." ucap pria tua tadi.
Mau tidak mau, Naina mendekat. Ketika hampir sampai, tubuhnya semakin bergetar, saat beberapa pasang mata menyorotnya dengan tajam dari ujung kepala hingga kaki.
"Duduk di sini, Nak. Jangan takut. Kami adalah keluarga barumu mulai saat ini." ucap Rudi, tanpa sadar menggetarkan hati Naina. Keluarga? Baru kali ada yang menyebutnya keluarga selain Risa.
Naina menurut, mengambil tempat di sebuah sofa kosong, yang berhadapan langsung dengan seorang wanita tua dan gadis cantik dengan seorang anak kecil di antara mereka.
Belum lima detik Naina duduk dengan canggung, wanita tua tadi dan gadis itu berdiri.
"Ibu, Sesil, kalian mau kemana?" Rudi menghentikan keduanya.
"Aku tidak sudi punya calon cucu menantu macam dia!" ucap wanita tersebut, memandang rendah ke arah Naina.
"Sesil juga. Sesil nggak sudi punya Kakak ipar kayak dia. Udah lusuh, dekil, jelek lagi." benar-benar pedas kalimat itu, sanggup menusuk hati Naina. "Sesil nggak nyangka Papa sanggup menjadikan wanita ini jadi istri Kak Reygan."
"Sesil!" sela Rudi.
Sesil memutar bola matanya malas, "Udah Nek. Mending kita pergi dari sini. Gerah tau satu ruangan sama orang dekil." menunjukkan ekspresi jijik, tanpa mempedulikan hati Naina yang sangat sakit.
Emma, ibu mertua Rudi, menatap sinis ke arah Naina sebelum akhirnya melenggang dari ruangan itu.
Rudi memejamkan matanya, jengah akan sifat putri dan ibu mertuanya yang selalu merendahkan orang-orang dari kelas bawah.
"Naina, jangan dimasukkan ke hati ya Nak. Sebenarnya mereka itu baik, mungkin mereka hanya belum mengenalmu saja." ucap Rudi menenangkan Naina yang terlihat pias.
Naina hanya mematung, ucapan Rudi tentu tidak dapat mengurangi sakit hatinya. Baru kali ini ada yang menghinanya sampai separah itu.
"Naina? Kamu tidak apa-apa?" tanya Rudi karena Naina masih termangu.
Naina sadar, dengan penuh keterpaksaan melambungkan senyumnya, "Iya Tuan. Saya tidak apa-apa." jawabnya penuh keyakinan.
"Tuan? Tidak Nak. Jangan panggil aku begitu. Mulai sekarang panggil aku Papa."
"Papa?"
"Benar. Karena kamu akan menikah dengan putraku Reygan. Dan ini..." melirik bocah laki-laki yang belum beranjak mengikuti tante dan omanya. Memilih tinggal, menatap Naina dengan sengit.
"Steve, calon anak sambung kamu, Naina."
Whatt...
Mata Naina membelalak. Bola matanya hampir keluar.
"A...apa?"
"Steven... ayo salam calon Mama kamu." pinta Rudi pada anak kecil tersebut.
Namun sungguh tidak disangka-sangka. Steve memicingkan matanya. Terlihat sangat angkuh untuk anak sekecil ini. "Dasar miskin!" ucapnya sarkas sebelum beranjak pergi dari sana.
"Steve!" suara Rudi membesar memenuhi ruangan tersebut. Namun tak sedikit pun anak kecil itu menghiraukannya.
"Naina... maafkan Steve, dia masih kecil. Dia pasti tidak tau apa yang dia bilang barusan." ujar Rudi menjelaskan.
"Apakah... saya akan dinikahi oleh duda?" tanya Naina dengan bibir bergetar. Keningnya mengerut dalam, menandakan sangat terkejut akan fakta yang baru saja dia ketahui.
TBC
Jangan lupa like coment, dan votenya ya
sayang othor oleng banyak-bangak❤️😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Elly Rasmanawati
kasian Naina.. banyak orang yg jahatnya..
2024-08-02
1
Fitrianinaim_queen03
duda bukan sembarang duda Naina 🤣🤣🤣🤣
2023-09-05
0
Meili Mekel
anakx reygan masih kecil sombongx
2022-08-20
0