Jessica berdiri balkon kamarnya dengan pandangan hampa. Hamparan salju yang memenuhi halaman belakang rumahnya membuat kepala Jessica berdenyut sakit. Inilah yang selalu dia benci ketika musim dingin datang. Salju putih yang suci selalu membawa kembali kenangan buruk yang ia alami di masa lalu
Aroma mirip besi berkarat yang kental menyengat menyeruak dan masuk ke dalam indera penciumannya. Padahal tidak ada darah sama sekali. Dan disaat bersamaan, sekelebat bayangan masa lalu melintas begitu saja dikepalanya.
Flasback:
"IBU!!!!"
Jessica kecil menjerit histeris melihat tubuh wanita yang selama 9 bulan mengandung dirinya terkapar dihalaman rumahnya dalam keadaan bersimbah darah.
Cairan merah segar itu membuat salju yang awalnya berwarna putih bersih seketika menjadi merah akibat tergenangi darah yang berasal dari kepala Ibunya. Bau amis yang begitu menyengat masuk ke dalam indera penciuman gadis kecil itu.
"ibu, apa yang terjadi padamu?? Ibu, aku mohon,l buka matamu. Ibu, tidak boleh meninggalkanku!!" jerit gadis kecil itu sambil mengguncang tubuh ibunya yang sudah tak bernyawa.
Air mata tak luput dari mata hazelnya yang membasahi wajah bak boneka barbie itu. Jessica kecil terus mengguncang tubuh Ibunya berharap agar sang Ibu segera membuka matanya, namun apa yang Ia lakukan tetap tak membuahkan hasil. Mata wanita itu tetap tertutup rapat.
Menyadari tak ada respon dari sang Ibu membuat tangis Jessica semakin pecah. Jessica menangis sejadi-jadinya sambil memeluk tubuh kaku ibunya. Bahkan Jessica tidak peduli meskipun pakaian mahalnya akan kotor karna darah Ibunya.
"Ibu, hiks,, hiks,,, Ibu bangun, jebal hiks,, hiks,,,!" Lirih gadis kecil itu dengan suara paraunya.
Suaranya terdengar pilu, membuat siapa pun yang mendengarnya akan merasa iba dan terenyuh.
Sedetik kemudian, gadis kecil itu beranjak dari posisinya dan berlari menuju pagar rumahnya untuk mencari bantuan. Gadis kecil itu menoleh kekanan dan kekiri, namun tak ada satu orang pun yang bisa Ia temui. Jalanan begitu sepi dan legang.
"Tolong,,,, tolong,,,,, siapa pun tolong Ibuku,,,, Ibuku... meninggal!" teriak Jessica dengan bercucuran air mata.
Menyadari tak ada yang merespon teriakannya. Jessica kecil kembali pada Ibunya yang sudah terkapar. Salju yang turun cukup lebat membuat tubuh wanita malang itu tertutup oleh benda seputih kapas tersebut. Dengan perlahan dan hati-hati, Jessica kecil membersihkan salju yang menutupi wajah ibunya.
Sebuah keajaiban datang, disaat Jessica kecil benar-benar frustasi. Sebuah sedan mewah berhenti didepan pagar rumahnya. Seorang pria dan anak laki-laki turun dari mobil itu dan menghampiri Jessica yang sedang menangis sambil memeluk jasad ibunya.
"Nak, apa yang terjadi pada Ibumu?"
Mendengar ada yang bertanya padanya. Sontak Jessica mengangkat wajahnya, dan mendapati seorang laki-laki seumuran dengan ayahnya dan anak laki-laki berlutut disampingnya. Jessica menyeka air matanya dan menggenggam tangan laki-laki itu.
"Paman tolong, Ibu telah dibunuh." ucap Jessica dengan wajah memelasnya.
"Apa? Dibunuh!"
Anak laki-laki yang berlurut disamping ayahnya mengedarkan pandangannya, dan tanpa sengaja mata abu-abunya melihat sebuah pot bunga yang penuh darah tergeletak tak jauh dari tempat Ibu Jessica kecil terkapar.
"Papa, look!" seru anak laki-laki itu.
Sang ayah pun menoleh. "Ada apa, Ken?" Anak laki-laki yang dipanggil 'Ken' itu menunjuk pot bunga tersebut.
"Aku rasa nyonya ini dibunuh menggunakan pot bunga itu. Ada darah dipot bunga itu!!" ujar Ken.
Laki-laki itu memperhatikan pot tersebut dan Ia sependapat dengan putranya. "Papa rasa kau benar. Ken, tetaplah di sini bersama gadis kecil ini. Papa akan memanggil polisi!" anak laki-laki itu mengangguk.
Anak laki-laki itu berpindah dan duduk disamping Jessica kecil. "Apa yang harus aku katakan saat kakakku pulang dari sekolah!!" ujar gadis itu risau. Anak laki-laki itu mengusap punggung Jessica kecil dengan gerakan naik turun.
"Jangan cemas. Papa yang akan menjelaskan pada kakakmu! Kamu tenang ya!!" Jessica menganggu.
"Terimakasih----- oppa!" anak laki-laki itu mengangguk.
"Sama-sama!"
Flasback:
Jessica memejamkan matanya, setetes kristal bening mengalir dari pelupuk matanyq yang kemudian jatuh membasahi wajah cantiknya. Peristiwa yang terjadi 10 tahun lalu itu membuat hati Jessica kembali terkoyak. Ibunya meninggal tepat ketika salju turun, dan hal itulah yang membuat gadis itu selalu membenci musim dingin terutama ketika salju turun.
Kematian ibunya menjadi alasan utama kenapa Jessica begitu membenci salju. Di musim salju ia kehilangan segalanya. Ibu yang teramat dia kasihi, kekasih yang dia sayangi dan ayah yang selalu dia banggakan.
"Sica," seru seseorang dari balik punggung Jessica. Tapi tak ada respon dari gadis itu.
Sampai ia merasakan tepukan pada bahunya dan membuat ia tersadar dari lamunan panjangnya. Gadis itu menoleh dan sosok Ara berdiri disampingnya dengan senyum terbaiknya. "Apa kau kembali teringat peristiwa mengerikan itu??" tanya Ara sambil menatap sang adik dengan sendu.
Alih-alih menjawab. Jessica malah berhambur ke dalam pelukan Ara dan terisak kecil. "Hiks,, hiks... Eonni, aku merindukan ibu!" Ara mengusap punggung Jessica dan ikut memejamkan matanya.
Hati Ara terenyuh mendengar isakan Jessica. Ara dapat merasakan apa yang Jessica rasakan, hanya saja Ara enggan menunjukkannya didepan Jessica dan membuat gadis itu semakin sedih.
"Begini saja, bagaimana jika akhir pekan ini kita kunjungi Eomma??" Ara melepaskan pelukannya dan menatap Jessica dengan senyum terbaiknya. Jessica ikut tersenyum kemudian mengangguk.
"Aku rasa bukan ide buruk. Apalagi cukup lama kita tidak mengunjunginya!" ujar Jessica tersenyum. Ara menyeka sisa air mata di pipi Jessica tanpa melunturkan senyum itu dari wajah cantiknya.
"Nah begini 'kan cantik, kau terlihat jelek saat menangis!" Jessica merenggut mendengar ucapan Ara. Lagi-lagi Ara mengejeknya.
"Eonni, jahat!" seru Jessica masih dengan menekuk wajahnya. Namun detik berikutnya gadis itu tersenyum dan kembali memeluk Ara.
Ken dan Hans tidak mampu berkata-kata ketika melihat pemandangan di depan mereka. Mereka begitu terharu. Kemudian Hans menghampiri mereka berdua.
"Boleh aku ikut berpelukan juga??" seru Hans sambil membuka lebar kedua tangannya. Ara dan Jessica menggeleng, Hans mengerutkan dahinya. Bingung dengan penolakan Istri serta adik iparnya.
"Wae??" Jessica mendengus geli, "Karena oppa belum mandi!!!" jawabnya sambil menutup hidung.
"APA???"
"Hahahahah!!!"
Suara tawa menggema di rumah itu. Sedangkan yang di tertawakan langsung menceritakan bibirnya. Dia kesal karena istri dan adik iparnya malah menertawakan dirinya. Mereka memang selalu kompak dalam membuat dirinya kesal.
Sementara itu, Ken yang juga berada di ruangan itu hanya bisa mengurai senyum setipis kertas. Melihat kedekatan dan keharmonisan mereka membuat Ken merindukan keluarganya yang saat ini berada di China.
Lalu pandangan Ken bergulir pada Jessica. Ada sesuatu istimewa dalam diri Jessica yang tidak bisa Ken lihat dan Ken temukan dari kebanyakan gadis yang pernah ia temui. Dan Jessica adalah satu-satunya dan gadis yang tidak menunjukkan ketertarikannya ketika mereka bertemu untuk pertama kalinya. Bahkan gadis itu bersikap dingin dan sedikit tak bersahabat.
-
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Anita Tumundo
wow ken kecil ya..semoga mereka saling ingat🤗
2021-10-21
0
anggita
mampir sja.,👏
2021-09-09
1
Franda Frans
bev kalo ada cerita tentang sang ibu yg meninggal aku pasti mewek ke inget mamaku yg udah ga ada ,,,,😢😢😢😢
2021-08-25
1