Kejujuran membawa petaka

Darel hanya ingin mempermainkan Meira, membuat gadis itu ketakutan, tentu saja menyenangkan baginya.

Suasana macam apa ini? Darel dan Meira masih saling membalas tatapan penuh makna, Meira masih mengikuti langkah lelaki itu yang terus saja menuntunnya untuk mundur. Mata itu, senyuman itu, sepertinya mereka saling tersihir dengan pesona masing-masing. Darel tak henti-hentinya mengumpat dalam hati, ketika dia merasa kalah. Padahal, dia pernah angkuh dan berkata bahwa sampai detik ini belum ada wanita yang bisa membuatnya kehilangan kendali.

“Pak!” hentak Meira sambil berhenti, menghentikan langkah Darel seketika. “Jangan begini, bu-bukan begini, maksud saya.” ucap Meira terbata.

“Jadi, kamu maunya gimana?” Darel menaikkan alisnya. “Aku cuma mau nuntun kamu, supaya kamu rebahan di tempat tidur. Kamu bisa istirahat, Mei. aku mau pulang.” Darel membelai kepala Meira pelan, hanya dengan belaian singkat seperti itu saja, membuat perasaan Meira tidak karuan.

Sama halnya dengan Darel, Meira juga memegang prinsip bahwa dia tidak akan sempat mengurus urusan cinta-cintaan, dia tak akan mau berurusan dengan lelaki yang penuh modus, apalagi, banyak yang hanya memanfaakan sesaat, jika sudah bosan lalu pergi. Tapi, bagaimana dengan lelaki ini? yang akan dia hadapi setiap hari, dan selalu berkaitan dengan pekerjaannya. Meira tak yakin, hatinya akan kuat.

“Iya, Pak. Silakan pulang, hati-hati,” ucap Meira tanpa ragu, dia bisa bernapas lega karena Darel masih berpikir waras. Hampir saja mereka kehilangan kendali. Harus Meira akui bahwa Darel adalah lelaki paling tampan yang pernah dia kenal dan bisa mengobrol sejauh ini. Dia juga lelaki pertama yang menginjakkan kaki di kamar kosnya. Sungguh luar biasa.

Darel berbalik arah dan kembali memijat keningnya, rasa kantuk dan lemas menerpa seketika, rasanya tidak tertahan lagi. Darel berangkat menggunakan taksi, dari bar tempat mereka berkumpul tadi, dia sengaja tidak menggunakan sopir karena urusannya pasti akan panjang. Dia tidak yakin, akan bertahan sampai di rumah, karena kepalanya masih terasa pusing.

“Tapi, Mei. Biarkan aku bermalam di sini, aku janji nggak akan ganggu kam—“ Darel merasa tidak sanggup lagi. rasanya semakin sempoyongan, pandangannya seakan berputar.

Meira menuntun lelaki itu untuk kembali berbaring di sofa. Karena sofa adalah tempat yang paling dekat dengan posisinya saat itu. “Pak!” Meira mencoba membangunkan lelaki itu, namun matanya sudah terpejam begitu saja.

“Pak Darel!” Memberanikan diri menggoyangkan lengannya, namun usahanya sia-sia. Lelaki itu benar-benar tertidur.

Meira menatapnya sekilas, bahkan sepasang sepatunya pun belum terbuka. Kali ini Meira yakin lelaki itu tidak berpura-pura, dia benar-benar tidur, apalagi terdengar suara dengkuran halus. Dengan rasa iba, Meira membuka kedua sepatu Darel, meletakkannya di rak sepatu miliknya. Tak hanya itu, Meira juga membenarkan salah satu kakinya yang terjulur ke bawah. Meski sofa itu tidak cukup untuk menampung tubuhnya yang tinggi, setidaknya posisi tidur Darel kini, terlihat lebih layak.

Jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam, tak terasa, ternyata mereka sudah menghabiskan waktu selama satu jam dengan kegiatan yang abstrak. Berdebat, mengobrol ringan, saling tatap, sampai pada akhirnya Darel benar-benar tumbang. Meira tersenyum, membayangkan andai tadi mereka benar-benar melakukan sesuatu, akan sangat lucu jika Darel justru tertidur di tengah-tengah permanian.

Ish, mikirn apa sih, nih otak nggak bisa di ajak kerja sama. Meira merutuki dirinya sendiri. Setelah menurunkan suhu AC di ruangannya agar lebih dingin, Meira meraih sebuah selimut dari dalam lemari, menutupi sebagian tubuh lelaki itu. Lalu, dia pun beranjak tidur karena dia juga butuh istirahat.

Malam ini, Meira mempercayai lelaki itu, Darel tak seburuk yang dia kira, lelaki itu juga punya sisi baik dan manis, seperti… kepala Meira yang di usapnya dengan lembut beberapa menit lalu.

Jangan baper Meira, almarhum bapak lo juga dulu sering usap kepala, tapi lo nggak sesenang ini.

Meira mengingatkan dirinya sendiri.

Lantas dia berbalik arah, menatap Darel yang sedang tidur dengan damai dan tenang, seperti tanpa beban. Meira pun mulai memejamkan matanya perlahan, berharap semoga malam ini dia bisa tidur nyenyak.

Baru sekitar lima belas menit Meira terlelap, dia kembali di kagetkan dengan suara ponsel yang terus berdering. Meira membuka mata karena itu terasa sangat menganggu, dan setelah dia sadar, deringan itu bukan berasal dari ponselnya. Meira mengikuti arah suara ponsel, ternyata mikik Darel yang sepertinya sudah berdering berulang kali.

Meira memberanikan diri merogoh saku jaket kelaki itu. Tertera nama ‘bunda’ pada layar ponselnya.

“Pak, angkat dulu telponnya!” titah Meira, dengan sangat sengaja dia mendekatkan ponsel yang masih berdering itu pada telinga Darel, namun sayangnya lelaki itu tidak merasa terusik sama sekali.

“Tidur, pingsan atau mati, sih?” Meira menggerutu, dia duduk tepat di sisi sofa, masih memandangi ponsel Darel.

Beberapa detik kemudian, panggilan berhenti, namun terlihat sebuah pesan tertera pada layar.

El, kamu di mana, Nak? jangan bikin bunda khawatir.

Meira dapat membacanya tanpa membuka, dia ingin tertawa rasanya. Ternyata lelaki se keren Darel, tidak boleh pulang terlambat dan masih di awasi oleh ibunya.

“Pak! Pak Darel, ini bundannya nyariin.” Meira menepuk-nepun pipi Darel dengan sangat kuat, bahkan seperti menamparnya. Tapi lelaki itu tak kunjung membuka mata.

“Pingsan kali ya?”

Meira membolak balikkan, ponsel Darel, “Keren juga nih hape, gini ya kalau horang kayah. Eh, malah nelpon lagi.” Meira terlonjak kaget, ponsel dalam genggamannya kembali berdering.

“Apa gue angkat aja? tapi, nanti gimana kalau bundanya malah mikir yang macam-macam. Duh, kasihan sih.” Meira yang juga sebagai seorang anak, tentu tahu bagaimana tidak enaknya membuat seorang ibu khawatir.

Tidak berpindah dari tempatnya, Meira masih duduk di lantai, tepat di samping Darel berbaring. Modal nekat, dia menerima panggilan itu dengan sangat hati-hati. “Ha-halo, Assalamualaikum, selamat malam…” sapa Meira dengan sangat ramah.

“Walaikumsalam, KAMU SIAPA?” suara di sebereng sana terdengar sangat tidak ramah, membuat Meira gemetaran.

Ini, satu keluarga pada galak semua kayaknya. Meira membatin.

“Ibu, Tante, eh maaf… Nyonya… Pak Darelnya lagi-“

“Euh Meira…” suara berat dan serak milik Darel, lelaki itu terdengar seperti sedang mengerang, mungkin sedang mengingau, namun Darel terlihat berusaha membuka matanya.

“MEIRA? Kamu MEIRA sekretaris anak saya? kenapa El belum pulang dan kenapa kamu yang terima telponnya, di mana dia? dan kalian sedang apa?”

Meira benar-benar ketakutan, tamatlah sudah riwayatnya sebentar lagi, bagaimana ini? di tengah lamunannya, Meira kembali kaget, sebab Darel tiba-tiba merampas ponsel dari genggamannya.

“Ehem, Bunda, aku… aku malam ini nggak pulang ke rumah, tidur di kos nya Meira. Telpon besok lagi ya! aku lelah dan ngantuk.”

Mata Meira membulat seketika melihat kejujuran itu, kejujuran yang akan membawa petaka untuknya. Setelah berucap jujur tanpa rasa bersalah, Darel kembali melepaskan ponselnya secara asal dan matanya kembali terpejam. Alkohol sebanyak dua gelas benar-benar membuatnya susah mengendalikan diri.

😋😋😋

Bantu vote ya seikhlasnya, makasih 😘

Terpopuler

Comments

Selvianti María

Selvianti María

bakalan kawin paksa nih

2025-03-29

0

anisa f

anisa f

mgkn g bakal tidur mei..krn situasi "panas" kalian 😂

2023-02-04

0

Yani Cuhayanih

Yani Cuhayanih

Anak mamy uluk2 ....

2023-01-10

0

lihat semua
Episodes
1 Awal dari semuanya
2 Buah tak jauh jatuh dari pohonnya
3 Kamu yang nabrak, kenapa kamu yang nangis?
4 Alkohol dan Hansaplast
5 Oke, kamu boleh pulang!
6 Direktur gondrong, kok bisa?
7 Kopi
8 Awalnya berdebar, lama kelamaan gemetar
9 Dia, nggak suka perempuan?
10 Saatnya kita buktikan!
11 Akan menerima hukuman
12 Anda mau memecat saya? silakan!
13 Saya nggak sengaja menciumnya
14 Sangat Merepotkan
15 Supaya kita nggak canggung lagi
16 Kejujuran membawa petaka
17 Tolong, saya mohon, jangan pecat saya
18 Aku nggak akan menolak
19 Karena First kiss ku, ada di kamu
20 Darel atau Dimas?
21 Wanita seribu alasan
22 Ucapanmu adalah motivasiku
23 Besok kita ke KUA
24 Belum membuka hati untuk siapapun
25 Saya belum menyentuhnya sejauh itu
26 Bukan Update
27 Seperti lamaran sungguhan
28 Aku Siapa?
29 Ya ampun…
30 Membuatmu Menangis
31 Mau jalan sendiri, atau aku gendong?
32 Dosis obatnya masih kurang
33 Pemberi Harapan Palsu
34 Foto Kesayangan
35 Tentang Kanaya
36 Supaya hidupku lebih baik, setelah kamu pergi
37 Kita jalani saja
38 Berkenalan
39 Apa itu cemburu?
40 Dasar Penyihir
41 Makan Hati
42 Menanti kabar baik
43 Tertawalah sepuasnya
44 Mari kita belajar saling mencintai
45 Apa kamu siap?
46 Ahli dalam segala hal
47 Boneka cantik yang bernyawa
48 Posesif akut
49 Mengakui dan menyesali
50 Ibu Bos
51 Aku nggak akan membawamu pulang!
52 Memastikan Perasaan
53 Perasaan yang rumit
54 Menyingkirkan masa lalu
55 Akibat kesalahpahaman
56 Tindakan Darel
57 Prasangka Nia
58 Sebuah keputusan
59 Persahabatan Palsu
60 Saling menyindir
61 Menjelang resepsi pernikahan
62 Menantu yang baik
63 Beruang kutub yang hangat
64 Asinan Mangga
65 Rasa kesal tanpa alasan
66 Membeli sesuatu
67 Ingin pindah ke planet lain
68 Yes
69 Hamil anak orang lain
70 Lebih suka kamu yang polos
71 Tamu tak diundang
72 Pembohong yang manis
73 Memutuskan Pergi
74 Permintaan terakhir
75 Bawa dia kembali ke sini
76 Kehilangan
77 Pergi!!!
78 Tak akan kembali ke dalam kehidupanmu
79 Meski mencintai, namun sulit memaafkan
80 Wanita berhati iblis
81 Memulai perjuangan
82 Janda kembang
83 Perang batin
84 Terkunci
85 Mulai luluh?
86 Tidak semudah itu
87 Lebih dari cukup
88 Pendekatan yang halal
89 I love you more
90 Jangan khawatirkan dia
91 Kembali
92 Membuat tidurku lebih tenang
93 Memperbaiki
94 Setitik harapan
95 Tiga Bulan
96 Suami Laknat
97 Derita penuh nikmat
98 Bekerja sama
99 Sebuah kesempatan
100 Mesra sampai tua
101 Drama di pagi hari
102 The second ‘yes’
103 Menyerahkan seluruh hidupku, padamu (END)
104 Stuck With You
105 Ekstra Part 1
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Awal dari semuanya
2
Buah tak jauh jatuh dari pohonnya
3
Kamu yang nabrak, kenapa kamu yang nangis?
4
Alkohol dan Hansaplast
5
Oke, kamu boleh pulang!
6
Direktur gondrong, kok bisa?
7
Kopi
8
Awalnya berdebar, lama kelamaan gemetar
9
Dia, nggak suka perempuan?
10
Saatnya kita buktikan!
11
Akan menerima hukuman
12
Anda mau memecat saya? silakan!
13
Saya nggak sengaja menciumnya
14
Sangat Merepotkan
15
Supaya kita nggak canggung lagi
16
Kejujuran membawa petaka
17
Tolong, saya mohon, jangan pecat saya
18
Aku nggak akan menolak
19
Karena First kiss ku, ada di kamu
20
Darel atau Dimas?
21
Wanita seribu alasan
22
Ucapanmu adalah motivasiku
23
Besok kita ke KUA
24
Belum membuka hati untuk siapapun
25
Saya belum menyentuhnya sejauh itu
26
Bukan Update
27
Seperti lamaran sungguhan
28
Aku Siapa?
29
Ya ampun…
30
Membuatmu Menangis
31
Mau jalan sendiri, atau aku gendong?
32
Dosis obatnya masih kurang
33
Pemberi Harapan Palsu
34
Foto Kesayangan
35
Tentang Kanaya
36
Supaya hidupku lebih baik, setelah kamu pergi
37
Kita jalani saja
38
Berkenalan
39
Apa itu cemburu?
40
Dasar Penyihir
41
Makan Hati
42
Menanti kabar baik
43
Tertawalah sepuasnya
44
Mari kita belajar saling mencintai
45
Apa kamu siap?
46
Ahli dalam segala hal
47
Boneka cantik yang bernyawa
48
Posesif akut
49
Mengakui dan menyesali
50
Ibu Bos
51
Aku nggak akan membawamu pulang!
52
Memastikan Perasaan
53
Perasaan yang rumit
54
Menyingkirkan masa lalu
55
Akibat kesalahpahaman
56
Tindakan Darel
57
Prasangka Nia
58
Sebuah keputusan
59
Persahabatan Palsu
60
Saling menyindir
61
Menjelang resepsi pernikahan
62
Menantu yang baik
63
Beruang kutub yang hangat
64
Asinan Mangga
65
Rasa kesal tanpa alasan
66
Membeli sesuatu
67
Ingin pindah ke planet lain
68
Yes
69
Hamil anak orang lain
70
Lebih suka kamu yang polos
71
Tamu tak diundang
72
Pembohong yang manis
73
Memutuskan Pergi
74
Permintaan terakhir
75
Bawa dia kembali ke sini
76
Kehilangan
77
Pergi!!!
78
Tak akan kembali ke dalam kehidupanmu
79
Meski mencintai, namun sulit memaafkan
80
Wanita berhati iblis
81
Memulai perjuangan
82
Janda kembang
83
Perang batin
84
Terkunci
85
Mulai luluh?
86
Tidak semudah itu
87
Lebih dari cukup
88
Pendekatan yang halal
89
I love you more
90
Jangan khawatirkan dia
91
Kembali
92
Membuat tidurku lebih tenang
93
Memperbaiki
94
Setitik harapan
95
Tiga Bulan
96
Suami Laknat
97
Derita penuh nikmat
98
Bekerja sama
99
Sebuah kesempatan
100
Mesra sampai tua
101
Drama di pagi hari
102
The second ‘yes’
103
Menyerahkan seluruh hidupku, padamu (END)
104
Stuck With You
105
Ekstra Part 1

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!