Seperti biasa mas Andre akan berlaku manis padaku dan Reyna saat di rumah, ia akan memperlakukan kami dengan segala caranya supaya aku tak mencurigai kelakuan busuknya di belakangku.
Sungguh pintarnya dirimu mas membohongiku, dan bersandiwara di depanku.
"Mas antar aku ke salon yu, sudah lama sekali aku tidak melakukan perawatan.." ucapku bergelayut manja.
"Tumben kamu pengen ke salon, biasanya kan kalau mas suruh kamu ke salon kau pasti akan menolak dengan alasan 'sayang kalau uangnya di pake begituan mending aku simpan uang itu untuk masa depan anakku nanti'. Bukankah begitu.."ujarnya menirukan suaraku saat menolak permintaannya. Tapi itu dulu sebelum aku melahirkan Reyna, setelah melahirkan Reyna boro-boro aku di suruh ke salon di ajak bicara saja tak pernah.
"Sudahlah kalau mas gak mau.." kataku pura-pura ngambek.
"Eehh,,, jangan ngambek dong sayang, mas hanya becanda kok, oke kita pergi sekarang.." katanya merayuku.
Sebenarnya aku dongkol dengan sikapku sendiri, tapi tak apalah aku harus menyampingkan egoku terlebih dahulu. Yang penting aku harus menikmati uang mas Andre lebih dalu sebelum wanita itu menikmatinya.
Tadi pagi setelah aku memandikan Reyna, aku mengetuk pintu kamar sebelah untuk mengajak mas Andre sarapan bersama.
"Mass,,"panggilku sambil mengetuk pintu.
"Mas sarapan yuk." lagi.
"Uka aja unda intunya ( Buka aja bunda pintunya)" ucap Reyna, ada benarnya juga.
"Ok sayang.."
Cekleekk
Pintu terbuka, aku melihat sekeliling kamar itu tapi tak mendapai mas Andre di sana. Dari arah kamar mandi aku mendengar suara gemercik air dari sana. Mungin mas Andre masih mandi, pikirku.
Ting...
Sepertinya ada pesan di ponsel mas Andre, aku buka ah.." kataku.
Aku membuka pesan itu, sepertinya dari kantor. Aku membulatkan mata saat melihat nominal yang di kirimkan pihak perusahaan pada rekening mas Andre.
"Ya ampun, apa gaji mas Andre sebesar ini. Masya Allah mas, ternyata kamu sudah naik jabatan mas? Dari kapan? Pantas saja akhir-akhir ini mas Andre sangat royal pada kami." kataku sangat pelan.
'Tidak salah bukan jika aku mengambil sebagian dari gaji mas Andre, toh uang suamikan uang istri juga'' batinku mengutak atik ponsel mas Andre.
"Selesai, sebaiknya aku hapus dulu jejakku..
"Lumayan, buat tambah-tambah modal.." aku berniat akan membuka toko kue setelah aku memberi mas Andre dan selingkuhannya pelajaran setimpal.
************
"Ayo mas aku sudah siap.." ucapku setelah ke luar dari kamar, ku lihat mas Andre menatapku dari atas sampai bawah. Mungkin dia takjub dengan penampilan baruku.
"Cantik.." katanya, tanpa berkedip memandangku.
"Kenapa mas.." aku sengaja pura-pura mendengar.
"Kamu cantik dan badanmu itu indah sekali seperti kita pertama bertemu dulu.." jawabnya, entah itu termasuk dari triknya atau apalah aku gak tahu, gak penting juga.
"Masa sih, menurutku gendut kok mas..."
Sudah 3 minggu ini aku menjalani program diet dengan mengurangi porsi makanku. Tidak perlu minum obat pelangsing, cukup makan buah-buahan dan susu untuk mengganti nasi di siang hari dan di malam harinya.
"Und ayo, Eyna dah siap (Bunda ayo, Reyna udah siap)" katanya.
"Anak bunda udah gak sabar ya pengen jalan-jalan sama ayah." ucapku mensejajarkan dengan Reyna.
"Ya unda ( Iya bunda)" jawabnya.
"Lets go.."Kata mas Andre menggendong Reyna.
'Andai kamu tulus mas menyayangi kami.."batinku menatap punggung mas Andre.
Aku sengaja ngajak mas Andre ke mall hanya untuk menghabiskan uangnya, setelah ke salon dan melakukan beberapa perawatan membuat mas Andre geleng-geleng kepala melihat nominal yang harus ia bayar.
"Mas marah ya, gara-gara aku uang mas habis.." kataku pura-pura sedih.
"Heyy, mas gak marah kok sayang. Mas senang kalau melihat istri mas ini senang.." katanya penuh muslihat.
"Setelah ini kita mau kemana.." tanyanya.
"Sebenernya aku ingin membeli beberapa bajuku dan Reyna mas, tapi..." gantungku sengaja.
"Ayo kita belanja.." ajaknya.
'Yesss, berhasill.." batinku bersorak gembira.
"Terima kasih mas..." kataku tersenyum manis.
"Tapi ini tidak gratis loh.." katannya membuatku bingung.
"Maksudnya.." tanyaku.
"Kau harus membayarnya dengan.." belum sempat Mas Andre bicara aku segera membungkam mulutnya dengan tanganku.
"Mas, ada Reyna.." ucapku, bukankah tidak baik berkata vulgar di depan anak kecil.
"Maaf, mas lupa.."katanya cengengesan.
"Tapi kamu ngerti kan.." tanyanya mengkerlingkan mata.
"Ya aku ngerti.." jawabku pura-pura malu. Sebenarnya aku jijik melayani kebutuhan biologis mas Andre, kalau aku menolaknya kan dosa. Sudahlah biar aku pikirkan saja nanti soal itu, yang penting sekarang aku harus mengfaatin kebaikan mas Andre dulu.
"Ayo mas kita kesana.." ajakku menunjuk sebuah butik.
"Ya.."jawabnya singkat, mengutak atikkan poncelnya.
'Sepertinya wanita itu..' batinku menyipitkan mata.
"Reyna sayang, kamu mau pilih yang mana.." kataku.
"Eyna ngung unda, muanya ada agus-agua ( Reyna bingung bunda, semuanya pada bagus-bagus)" jawabnya.
" Kalau bagus ya ambil saja sayang.." kataku.
"naykah unda? ( Benarkah bunda)" dengan mata berbinar.
"Iya sayang.."jawabku.
Setelah mendapat izin dariku, Reyna mengambil beberapa baju di bantu sama pegawai butik itu. Sedangkan aku memilih dres dengan harga di atas 500rb ke atas.
"Apa kalian sudah selesai.." tanya Mas Andre mendatangi kami.
"Sudah mas.."jwabku.
"A-apa ini se-emua belanjaan kalian.." tanya mas Andre, sepertinya terkejut melihat belanjaan ku banyak.
"Iya mas,, apa mas marah.." tanyaku dengan berakting.
"Tidak, mari kita bayar.." katanya, sepertinya mas Andre tidak ikhlas.
"Ayo sayang kita tunggu saja di situ, biar ayah yang bayarnya.."katamu menunjuk sebuah sofa.
"Oteh unda (Okeh bunda)" patuh.
Aku dan Reyna menunggu mas Andre yang tengah mengantri di depan kasir untuk membayar belanjaan kami.
Dari ke jauhan ku lihat mas Andre memijat keningnya, mungkin pusing dengan nomonal belanjaanku dan Reyna yang cukup lumayan menguras dompet. Tapi aku tidak memeperdulikannya.
"Rey..." panggilku menoleh ke samping.
"Reyna.." panggilku lalu ke luar dari butik itu.
"Reyna, kamu kenapa sayang? Apa ada yang sakit.." ucapku, menggambil Reyna dari gendongan seorang pria.
"Maaf nona, apa anak kecil ini anak anda..?",,Tanya pria yang di belakang pria yang menggendong Reyna.
"Iya tuan,." jawabku menunduk.
"Syukurlah, tadi kami menemukan nona kecil ini sedang mematung di depan pintu butik ini.." kata pria yang menggunakan pakaian formal.
Sedangkan pria yang di satunya lagi, ku lihat ia diam-diam menatapku dengan ekor matanya. Apakah aku terlihat aneh di matanya.? Aku tak peduli.
"Lain kali jaga anaknya, jangan biarkan anak sekecil ini keluyuran di mall sebesar ini." ucap pria yang menggendong Reyna, ia lebih tampan dari pria yang di belakangnya, mungkin itu sekertaris dan di depan tuannya.
"Iya tuan, terimas kasih. Saya tidak akan mengulanginya lagi.."kataku.
"Riana, mas cariin di dalam ternyata kamu di sini.." kata mas Andre mendekati kami.
"Tu-uan Raymond.." lanjutnya, mas Andre terkejut menatap laki-laki yang di depanku.
"Tuan Raymon, sekertaris Han sedang apa disini.." tanyanya ramah, mengulurkan tangan.
"Han apa kau mengenalinya.." tanya pria itu.
"Kenal tuan, Pak Andre ini yang bulan kemaren di naikan jabatannya dari pegawai biasa menjadi Kepala Staff di kota ini tuan.."jawabnya tanpa menerima uluran tangan mas Andre, sedangkan aku jadi pendengar yang baik.
'Rasain loh mas, emang enak di cuekkin.,"batinku puas melihat wajah malu suamiku...
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments