Lamunanku terhenti begitu Riska tak sengaja melihatku sedang mengintipnya di balik cela pintu kamar.
"Ngapai kamu di situ.." tanya Riska.
Ku lihat ibu menatapku dengan tajam, setajam silet. Kenapa ibu menatapku begitu, Apakah aku membuat kesalahan?
"Dasar menantu tidak sopan, kamu nguping pembicaraan kami ya." ujar Ibu dengan wajah tegang.
"...."
"Kenapa kamu diam, apa benar kau menguping pembicaran kami." lanjut ibu, karna aku diam.
Diam bukan berarti kalah, tatapanku fokus pada wanita yang bernama Riska itu. Setelah di lihat-lihat lebih jelas lagi sepertinya aku pernah melihatnya, tapi dimana?.
"Kenapa kau menatapku seperti itu?." tanya Riska padaku.
"Mungkin Riana iri kali Ris sama kamu, secara kamukan lebih cantik dan tubuhmu ini indah sekali. Sedangkan wajah Riana kusam dan badannya itu gemuk, wajar sajalah kalau Andre bosan sama kamu dan nik..." sahut ibu terhenti saat Riska menutup mulutnya.
"Nik apa maksudnya bu." tanyaku penasaaran.
"I-tuu.." ucapnya bingung, ku lihat ibu keringetan.
"Sudah lah tidak penting, ngapain kamu kesini.." Tanya Riska mengalihkan pembicaraan.
"Yang di katakan Riska benar, ngapain kamu kesini?." sahut ibu setelah Riska menyelamatkannya.
",,, Ibu karna ini udah sore aku sama Reyna mau pulang, takut mas Andre nyariin di rumah."pamitku , Riska menggempalkan tangan dengan kuat, tatapan benci padaku saat aku berkata 'Mas Andre'..
"Kalau mau pulang, pulang aja sana. Ngapain ngomong segala, gak penting." ucap Ibu ketus.
"Aku datang ke sini dengan baik-baik, pulangpun dengan baik juga dong bu.."sahutku berani, entah mengapa aku berbicara seperti itu, padahal aku selalu sopan berkata dengan ibu.
"Terserah.." ucapnya, tuben ibu tidak marah.
Aku melangkah mendekati mereka berdua yang terduduk di ranjang mas Andre.
"Ngapain kamu mendekat.." tanya Riska.
"Salimlah.." Jawabku singkat, mencium tangan ibu mertua.
"Assalamualaikum..
"Waalaikum Salam.." ucap mereka malas.
Aku ke luar dari kamar tempat aku dulu memadu kasih dengan mas Andre sebelum mas Andre pindah ke rumahku.
"Pak kami pamit pulang dulu ya,,." ucapku menyalami tangan bapak mertua.
"Kalian pulang pake apa? Apa mau bapak anterin." tawarnya.
"Enggak usah pak, Rian sudah pesan taksi online tadi." tolakku jujur.
"Baiklah kalau begitu, kalian hati- hati ya di jalan. " ujarnya lembut mengusap kepalaku, aku melihat mata bapak ada kesedihan yang mendalam di sana.
"Apa bapak baik-baik saja.?." tanyaku ragu.
"Tidak Rian, bapak baik-baik saja. Jangan lupa dengan pesan bapak barusan ya nak." ujarnya.
" Iya pak. Assalammualaikum.."
"Cayamuayaikum kakek.
"Waalaikum Salam cantik.." balas bapak mencium seluruh wajah Reyna.
Aku dan Reyna melangkah ke luar dari rumah orang tua mas Andre secara kebetulan taksi yang sudah aku pesan datang tepat waktu. Bapak mengantarkan kami sampai depan pintu dan memandang sedih melihat kepergian kami.
Entah sedih karna apa, akupun tidak tahu.
Aku memasuki taksi dan menyuruh supir itu mengantarkan kami ke rumahku.
Di persimpangan jalan depan rumah mertua, aku melihat mobil mas Andre memasuki perumahan itu. Apakah mas Andre akan berkunjung ke rumah orang tuanya? Bukankah tadi pagi dia bilang akan kerja lembur malam ini? Kenapa mas Andre membohongiku?
"Pak, puter balik lagi pak ke rumah tadi." ucapku pada supir taksi.
"Baik bu." jawabnya.
Entah kenapa aku penasaran dengan tujuan mas Andre. Aku tahu mereka orang tuanya dan mas Andre berhak berkunjung ke rumah mereka kapanpun. Tapi aku mereasa ini semua ada kaitannya dengan wanita yang bernama Riska itu.
Untung Reyna tidur, kalau enggak mungkin dia akan bertanya kenapa balik lagi ke rumah kakek neneknya.
"Stop pak di sini saja.." kataku.
"Tapi rumahnya masih agak jauh bu."tanya pak supir bingung.
"Gak apa-apa pak, di sini saja.." kataku kekeh.
Aku melihat mas Andre ke luar dari mobilnya dengan tas kerja di tangan kirinya. Tak lama perempuan itu ke luar dari rumah, mungkin untuk menyambut kepulangan mas Andre.
Tunggu.!
Deg..
Hatiku seperti di hantam batu melihat pemandangan yang sungguh menyakitkan di depan sana. Saat melihat Mas Andre mencium kening wanita yang di anggap saudara bapak dari kampung dengan lama, bukankah itu aneh.
Bahkan mas Andre mengusap perut Riska yang terlihat datar dengan lembut. Setelah itu mereka masuk dengan bergandengan tangan.
Apakah benar wanita itu hamil? Apa jangan-jangan bayi yang di kandung wanita itu benar anak mas Andre.?
Ya Allah.
Tak terasa air mataku menetes melihat itu semua. Jangan menangis Riana, kau harus lihat dulu kebenarannya.
"Pak, saya titip anak saya sebentar ya pak, ada yang ketinggalan di rumah itu. Hanya sebentar kok pak" ucapku.
"Silahkan bu.." jawbnya.
"Terima kasih.." ujarku tulus, sedangkan pak supir itu tersenyum di balik topinya.
Aku ke luar dari taksi dengan langkah buru-buru.
Sayup-sayup ku mendengar teriakan bapak, aku buru-buru mempercepat langkahku menghampiri pintu depan yang terbuka setengah.
"Kalian berdua pergi dari rumahku sekarang juga.." Bentak bapak sangat emosi.
"Pak jangan seperti ini, jangan usir mereka dari rumah kita. Apa bapak tega mengusir anak dan mantu kita dari rumah ini." ku lihat ibu mertua menangis sambil memegang tangan bapak. Sedangkan mas Andre bersimpuh di kaki bapak, begitupun juga dengan wanita itu ia meremas dress yang di badannya dan menundukan kepala mendengar teriakan bapak.
Jeedaarr...
Mantu? Apakah yang ibu sebut mantu itu Riska perempuan itu?Ya Allah cobaan apa lagi ini?
"Aku khilaf pak, tolong maafkan aku. Andre janji akan memperbaiki semua ini."ucap mas Andre.
"Jangan usir mereka pak, ibu mohon.." sahut ibu.
"Bapak tidak peduli sama mereka bu. Yang jelas bapak kecewa sama kamu Andre, tega-teganya kau bermain di belakang wanita yang sudah mentaruhkan nyawanya hanya untuk bisa melahirkan anakmu. Bahkan Riana di vonis Dokter bahwa ia tidak bisa memberikan keturunan lagi karna ada masalah di rahimnya setelah melahirkan anakmu. Tapi sekarang apa balasanmu Dre terhadap meraka? Kau mencampakan anakmu selama ini, bahkan kau berpura-pura manis di depan Riana supaya wanita lemah itu tidak mencurigaimu kan...." ucap bapak menangis sesegukan.
Mas Andre membulatkan mata mendengar kalimat terakhir dari mulut bapak.
"Ba-agaimana bapak tahu.." tanya terbata.
"Jadi benar yang bapak katakan, bahwa mas Andre berlaku manis padaku hanya untuk menutupi kebejatannya supaya aku tindak mencurigainya. Tega kamu mas.."batinku, hatiku sungguh sakit.
"Bukankah kita sudah membahas ini dari 3 minggu yang lalu? Bahkan bapak menyetujui Riska mantu kita untuk tinggal di sini sampai melahirkan, tapi kenapa bapak mengungkitnya lagi.?" teriak ibu.
'Jadi selama ini mas Andre sudah menikah lagi, dan sekarang apa katanya 'melahirkan' berarti wanita itu tengah mengandung anak mas Andre. bahkan mereka semua menutupi masalah ini dariku. Ya Allah sungguh teganya mereka padaku" batinku menangis dalan diam.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Nona
makanya jd istri jgn naif tapi perbaiki diri makan tuh kebodohan
2022-05-03
1