"Pak, kenapa saudara bapak nempati kamar Mas Andre, bukankah di sini juga ada kamr tamu yang kosong." tanyaku.
'Uhukkh
'Uhukkh
Bapak mertua terbatuk saat mendengar pertanyaanku.
"Ini pak minum dulu.." ucap ibu mertua memberikan segelas air putih.
"Maaf pak.." kataku menyesal.
"Kalau lagi makan jangan tunya tanya bisa gak sih, jadi batuk kan bapakmu." sahut ibu menepuk punggung bapak.
"Maaf buk, aku tidak berniat bikin bapak kaya gini.." ucapku merasa bersalah.
"Sudahlah bapak tidak apa-apa, bapak hanya keselek makanan saja, soalnya masakan kamu enak bikin bapak tidak mau berhenti.." sahut bapak tersenyum.
"Enak apanya, biasa aja tuh." sahut ibu melahap habis masakanku.
"Biasa aja, tapi kenapa sampai habis tak tersisa begitu." sindir bapak menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Ibu kan laper, lagian kan sayang juga kalau gak di habisin.." belanya.
"Terserah ibu saja.."
"Katanya biasa saja, kenapa ngambil makanan lagi.." tanya bapak bingung sama sepertiku.
"Ini buat men,,, maksudnya buat Riska, anak itukan orangnya pemalu banget sama orang asiiing, makannya ibu mau nganterin makanan ini ke kamarnya.."Jawab ibu menegaskan kata Asing sambil menatapku.
Apakah aku orang asing di matanya, bukankah aku termasuk keluarganya juga.
Padahal menurutku wanita itu tidak terlihat pemalu saat membuka pintu tadi, apa hanya perasaanku saja ya, mungkin iya.
"Oh.." ucap bapak cuek, sepertinya bapak tidak menyukai saudaranya itu.
Ibu mertua melangkah pergi menuju bekas kamar mas Andre, sedangkan Reyna sibuk dengan makanannya.
"Makan yang banyak sayang, biar cepat tumbuh tinggi kaya bunda." ucap bapak pada cucunya.
"Oteh kakek, Eyna kan makan banyak paya ingi aya unda (Okeh kakek, Reyna akan makan banyak supaya tinggi kaya bunda)" jawabnya.
"Pintar banget cucu kakek." pujinya.
Aku tersenyum melihat perhatian bapak mertua pada anakku, mungkin kalau ayah sama bundaku masih ada pasti mereka sangat menyayangi Reyna melebihiku.
"Rian, kenapa wajahmu berubah sedih.." tanya bapak.
"Aku hanya mengingat Alm. ayah sama bundaku pak.." jawabku menunduk.
"Rian jangan sedih lagi nak, biarkan mereka tenang di sana. Pasti mereka juga senang karna punya cucu cantik serta pintar ini."ujar bapak.
"Iya pak, pasti mereka bangga dengan kepintaran Reyna.." sahutku mengusap air mata.
"Unda napa nanis? Unda dangan nanis don entar Eyna kutan nanis uga (Bunda kenapa nangui? Bunda jangan nangis dong entar Reyna ikutan nangis juga)" ucapnya siap-siap akan menangis begitu aku sedih.
"Sayang bunda gak nangis kok, bunda hanya mengingat Alm. orang tua bunda.", ucapku.
"Ini olang tua unda, kenapa nanis.." ucapnya menunjuk bapak mertua.
"Mereka bukan orang tua bunda sayang, tapi mereka orang tua ayah Reyna." ucapku memberi pengertian pada Reyna.
"Oh ditu, belalti Eyna unya kakek 2 nenek uga 2 donk. Tapi olang tua unda kemana?Eyna ngen temu sama meleka (Oh begitu, berarti Reyna punya kakek 2 nenek juga 2 dong. Tapi orang tua bunda kemana? Reyna pengen ketemu sama mereka)." ujarnya
"Entar bunda kenalin Reyna sama mereka ,, nanti kita jenguk orang tua bunda sama ayah, ok.." ajakku, pernah dulu mengajak Reyna ke makan ke dua orangtuku saat berumur 2 bulan.
"Acikk, oteh unda ( Asikk, oke bunda)" jawabnya.
"Eemmm pak, tidak ada yang bapak sembunyikan kan dariku.." tanyaku hati-hati.
Ku lihat bapak tidak terkejut seperti tadi saat aku bertanya.
"Riana tolong dengarkan bapak, kalau sampai terjadi sesuatu hal sama pernikahan kamu sama Andre, kamu tolong jangan menghindar dari bapak apapun yang terjadi. Karna bapak sangat menyayangi kami begitu juga dengan Reyna, kalian permata indah yang bapak miliki. Tapi maaf, bapak tidak bisa berkata lebih banyak lagi, mungkin kamu akan tau sendiri pada akhirnya. Kamu harus ingat pesan bapak ya." jawabnya serius,
Deggg...Entah apa yang di maksud bapak aku tak mengerti sedikitpun. Apakah ini pertanda bahwa akan ada masalah di rumah tanggaku? Ku mohon Tuhan jangan sampai itu terjadi.
"Baik pak, aku akan ingat pesan bapak. Tapi apakah masalah ini ada kaitannya dengan wanita itu.." tanyaku penasaran.
Bapak menghela nafas panjang, ku lihat bapak meremas jari-jarinya dengan kuat.
"Iya.." jawabnya singkat.
Sudah ku duga, pasti ini ada kaitannya dengan wanita itu. Aku akan menyelidiki semua ini, apakah benar dugaanku selama ini soal mas Andre yang bermain di belakangku. Kalau sampai itu terjadi bagaimana dengan nasib Reyna?.
Setelah itu kami berbincang ringan, bapak mertua menemani Reyna sedang memainkan boneka Panda kesukaannya.
Sedangkan ibu aku tidak tahu keberadaannya, setelah selesai makan siang aku tak pernah lagi melihat batang hidungny.
Kalau aku,, Entahlah pikiranku masih tertuju pada perempuan asing itu. Wanita itu terlihat gemuk di bagaian tertentu, karna aku pernah merasakan yang namanya masa-masa kehamilan.
Apa hamil? Jangan-jangan....? Tidak Riana, kau jangan berpikir terlalu jauh dulu, lebih baik kau selidiki kebenarannya dengan mata kepalamu sendiri.
Mas Andre, andai kau terbukti bermain di belakangku. Aku tidak akan pernah mau memaafkanmu sampai kapanpun mas.
*******
"Reyna, kita pulang yuk sayang..Bentar lagi ayah pulang loh.."ajakku.
"Ahh, Eynakan macih ngen main ma kakek, unda. ( Yahh, Reyna kan masih pengen main sama kakek bunda.)" jawabnya cemberut.
"Tapi Reyna...", ucapku terhenti melihat kode dari bapak mertua untuk diam.
"Sayangnya kakek, Reyna pulang ya nanti kakek besok atau lusa main ke rumah Reyna. Dan kakek akan menemani Reyna main sampai puas, gimana?." bujuk bapak mertua tersenyum.
"Eemm, mana ya...Oteh deh, tapi kakek dangan boong ya, lau boong Eyna mayah ma kakek (Eemmm, gimana ya. ..Okeh deh, tapi kakek jangan bohong ya, kalau bohong Reyna marah sama kakek)." ucapnya.
"Kakek enggak bohong sayang, kakek janji." ujar bapak.
"Anji ( Janji)" ucap Reyna.
"Janji sayang,, pulang yah, nanti ayah Reyna nyariim.."ujar bapak.
"Oteh.."
"Reyna tunggu bentar sama kakek ya, bunda mau pamit dulu sama nenek."kataku.
"Ya unda ( Iya bunda )."katanya.
Aku melangkah ke kamar ibu dan bapak mertua, hanya untuk berpamitan padanya.
Tok
Tok
Tok
"Ibu mana ya ko gak ada, apa ibu masih di atas ,,,"Ujarku bingung, membuka kamar ibu tapi tidak ada orannya.
Mungkin masih di atas sama perempuan itu, apa aku kesana aja ya? Tapi aku malas bertemu dengan perempuan sombong itu.
Setelah aku pertimbangkan akhirnya kakiku melangkah ke atas, tujuanku adalah kamar yang dulu di tempati mas Andre karna feelingku mengatakan bahwa ibu masih di sana.
Aku mengetuk pintu itu pelan, mungkin karna pintunya tidak tertutup rapi sehingga dengan sekali ketukpun pintu itu langsung terbuka sedikit.
Aku melihat ibu tengah mengusap perut wanita itu dengan sayang, bahkan ibu memandang wanita yang bernama Riska itu dengan senyum manisnya.
'Apakah ibu sangat menyayangi wanita itu? Apa benar dugaanku bahwa dia tengah hamil? Tapi siapa ayah dari bayi itu? "batinku bertanya-tanya hingga pada saat ibu berkata.
"Sayang semoga anak kamu laki-laki ya, ibu dan Andre ngebet banget pengen punya cucu laki-laki." kata ibu pada Riska.
Degg..
Cucu.? Mas Andre, apa maksudnya.?
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments