Pagi ini kami makan dengan tenang, sesekali tertawa mendengar coletehan cadel Reyna. Mas Andre pun sesekali menyuapiku dan Reyna, sungguh sangat senang dengan perubahan mas Andre saat ini.
'Semoga kau seperti ini seterusnya mas, sungguh bahagianya aku melihat perubahanmu. Ya Allah terima kasih, karna Engkau telah mengabulkan permohonan hamba 'batinku.
"Riana, mas malam ini kayanya gak pulang." ucap Mas Andre setelah selesai sarapan.
"Emangnya kenapa mas? Apa pekerjaan mas banyak lagi?."tebakku.
"Ya seperti yang kamu bilang, tugas mas makin hari makin banyak dan segera harus di selesaikan hari ini juga.."jawabnya.
"Heeemm,,,, baiklah, tapi jangan lupa makan ya mas." ujarku.
"Ok sayang.." ucapnya manis, setelah itu mas Andre mencium keningku lama, rutinitas kami setiap hari.
"Ya sudah mas berangkat kerja dulu ya, hati-hati di rumah kalau ada apa-apa hubungi mas segera.,,, Assalamualaikum.."pamitnya.
"Iya mas,, Waalaikum salam.."
Aku memandangi mas Andre yang sudah masuk ke dalam mobilnya lalu melajukan mobil itu perlahan. Aku melambaikan tangan melihat kepergian mas Andre.
"Unda, apa ayah udah pelgi (Bunda apa ayah sudah pergi)" tanya putri kecilku.
"Sudah sayang, emangnya kenapa?" tanyaku mengusap rambutnya.
"Eyna ngen di ateyin ke umah kakek ama ayah, Eyna kangen ama kakek (Reyna pengen di anterin ke rumah kakek sama ayah, Reyna kangen sama kakek)"jawabnya sedih.
"Ohh,, rupanya anak bunda ini sudah kangen ya sama kakek. Tapi ayahnya sudah berangkat, gimana kalau sama bunda aja, mau gak.." Tanyaku.
"Mau unda, hoyee Eyna mau ke umah kakek (Mau bunda, horee Reyna mau ke rumah kakek)" jawabnya meloncat-loncat kegirangan.
"Jangan loncat-loncat sayang, entar jatuh." kataku khawatir.
"Ya unda (Iya bunda)"
"Sekarang kita siap-siap dulu yu.."ajakku.
"Oteh..,"
Aku memasukan beberapa makanan ke dalam rantang yang sudah aku masak tadi pagi. Pasti bapak kangen sama masakan aku.
Sudah 3 minggu ini bapak ataupun ibu mertua tidak pernah berkunjung lagi ke rumah, entah apa penyebabnya akupun tidak tahu, tidak biasanya mereka seperti ini. Apa lagi ibu sama Linda biasanya setiap pagi kesini, seperti biasa ikut sarapan di rumahku.
"Reyna yuk kita berangkat." ajakku setelah semuanya rapi.
"Ita mau nek apa unda (Kita mau naik apa bunda)"tanya Reyna.
"Kita naik Taxi aja ya sayang, kalau naik angkot jam segini takut enggak ada.." jawabku.
"Yu bangkat (Yu berangkat)" ajaknya tak sabar.
Taxi pesanan ku sudah datang tepat di depan rumah.
"Mau saya anterin kemana bu." Tanya supir Taxi itu ramah.
"Ke umah kakek pak supil (Ke rumah kakek pak supir)"Sahut Reyna.
"Maaf pak, tolong antarkan kami ke jalan C ya.." kataku.
"Tidak apa-apa bu,,, baik." ujarnya.
Tak lama kami sampai di depan rumah mertuaku, Reyna buru-buru turun dari Taxi karna sudah tak sabar ingin segera menemui kakeknya.
"Terima kasih pak, ini ongkosnya.."ucapku memberikan 2 lebar uang pecahan 100 Ribu.
"Tapi ini kebanyakan bu.." ujarnya.
"Tak apa, sebagiannya untuk bapak beli makan siang." kataku.
"Terima kasih bu, semoga rezeki ibu di limpahkan sama Allah SWT." ucapnya tulus.
"Amin, terima kasih pak do'anya. Kalau begitu saya masuk dulu, mari..", kataku.
"Ya bu silahkan, sekali lagi terima kasih.." ujarnya.
Sedangkan aku tersenyum menanggapi bapak supir itu, Aku segera melangkah ke depan pintu rumah orang tua mas Andre dan menekan bellnya.
Tak lama pintu terbuka, aku menautkan alis melihat yang membuka pintu seorang wanita muda cantik yang sangat asing di mataku. Siapakah wanita ini? Apa dia saudara mas Andre dari kampung? Tapi kenapa aku tidak mengenalinya.
"Maaf mbak, anda cari siapa." Tanya wanita itu menatap tak suka padaku.
"Apa bapak sama ibu ada." tanyaku balik, entah apa yang di pikirkan wanita itu, sepertinya dia tengah melihat penampilanku dari atas sampai bawah.
"Ada.." katanya singkat.
"Siapa yang datang Ris..?"Tanya ibu mertua dari dalam.
"Gak tau, katanya cari ibu sama bapak,.." Jawab wanita itu.
Ku lihat wajah ibu mertua terkejut melihat aku yang berdiri di depan pintu, wajahnya pucat pasi memandangiku. Aku menyalimi ibu, entah mengapa tangan ibu bergetar. seperti sedang ketakutan.
"Oh kamu rupanya, ad-a apa kesini.?"tanyanua terbata mengusap keringat di keningnya.
"Tadi pagi Reyna pengen kesini, katanya kengen sama kakeknya." Jawabku jujur, menatap gerak gerik ibu seperti cacing kepanasan.
"Kakek.."Panggil Reyna masuk begitu saja ke dalam rumah.
"Riska kamu istirahatlah,."Titah ibu pada wanita yang bernama Riska itu.
"Baiklah."jawabnya melengos pergi.
"Ehh ada Rian, masuk Rin.." ajak bapak mertua, ku lihat bapak tidak jauh beda dengan ibu saat melihatku.
"Iya pak.." aku masuk ke rumah itu melewati ibu yang masih mematung di depan pintu.
'Ya Allah ada apa ini, kenapa hatiku tidak tenang setelah melihat wanita itu' batinku.
"Cucu kakek yang cantik pasti merindukan kakek ya, maaf ya kakek gak sempet jenguk kamu minggu-minggu ini karna.." Ucapnya terhenti, sepertinya bapak bingung mau ngomong apa.
"Kalna apa kek (Karna apa kek).?,"tanya Reyna menatap bapak.
"Akhir-akhir ini kakek sibuk sayang." jawabnya setelah berpikir, sepertinya ada yang di sembunyikan bapak dari kami.
"Cucu kakek yang cantik gimana kabarnya,.?" tanya bapak mengalihkan pembicaraan.
"Eyna baik kek (Reyna baik kek)" jawabnya bergelayut manja di pangkuan kakeknya.
"Pak aku mau tanya." kataku.
"Ta-anya soal apa?." ujarnya membulatkan mata, aku sangat yakin ada yang mereka sembunyikan dariku.
"Siapa perempuan yang membuka pintu pak, apa dia saudara bapak dari kampung.." jawabku.
"Oh itu,,,, kamu benar dia saudara bapak dari kampung." ujarnya terbata.
"Bukankan aku sudah mengenal keluarga bapak semua, tapi kenapa aku tidak mengenali wanita ini?." Tanyaku penasaran.
"Eemm, itu.." Ucapnya, seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Itu anak saudara bapak dari kampung yang kuliah di Amrik, ya wajar lah kau tak kenal, secara Riska itu baru pulang setelah melanjutkan pendidikan S2 di sana.." Sahut ibu mertua.
"Iya, yang di katakan ibu benar Rian.." sahut bapak, ku lihat bapak tenang setelah ibu menjawab pertanyaanku.
"Tapi kenapa tinggal di sini.."tanyaku.
"Dia kangen sama kami, makannya tinggal di sini sementara, lagian dia juga ada kerjaan di kota ini kok. Emang kenapa kalau dia tinggal di sini, kamu tidak suka, iya." sahut ibu.
"Bukan itu maksudku bu.."kataku.
"Sudahlah jangan ribut, gak malu apa sama Reyna.." sahut bapak menengahi.
Kecurigaanku makin kuat saat melihat tingkah mereka yang terlihat sangat aneh di mataku, tapi aku tidak bisa bertanya langsung pada mereka, aku akan menyuruh orang untuk menyelidiki masalah ini.
"Kau bawa apa.." tanya ibu menyadarkan aku dari lamunan.
"Oh iya sampai lupa, tadi pagi aku masak banyak, sekalian deh aku bawa untuk ibu sama bapak juga." kataku.
"Wahh pasti enak kebetulan bapak mau makan siang, sudah lama juga bapak tidak makan masakanmu nak, jadi rindu.." ujar bapak menatap senang makanan buatanku.
"Ya sudah mari makan, jangan ngobrol mulu." sahut ibu mengambil rantangnya.
Aku mengikuti mereka dari belakang, mataku tak sengaja melihat wanita itu yang mengintipku dari kamar yang dulu mas Andre dan aku tempati saat malam pertama di lantai dua. Saat aku melihatnya wanita itu buru-buru menutup kembali pintu kamar penuh kenangan indah itu.
'Kenapa dia menempati kamar mas Andre, padahal di sini tersedia kamar tamu juga. Pasti ada yang tidak beres.' batinku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments