"Reyna mandi yuk.." ajakku setelah selesai menjemur pakaian.
"Ayuukkkk.." ucapnya kegirangan, paling senang kalau di ajak mandi.
"Mas udah mau berangkat.." tanyaku.
"Heemm.." dehemnya masih sibuk dengan ponselnya.
"Yah lo puyang beyiin Eyna neka anda ya(Ayah kalau pulang beliin Reyna boneka Panda ya)." ucap Reyna menginginkan boneka.
"Gak bisa, ayah sibuk. Ayah kerja dulu." pamitnya keluar dari rumah tanpa mengucapkan salam.
Reyna sedih mendengar penolakan dari ayahnya, aku tak tega melihat wajah sedihnya.
"Sayang setelah kita mandi dan sarapan kita beli boneka Panda kesukaan kamu ya.." ajakku.
"Aciiiikkkk,,, Yo unda petan kita andi teyus li neka anda besal (Asikkkkk... Ayo bunda cepetan kita mandi terus beli boneka Panda besar)" Ucapnya meloncat kegirangan.
Aku akan menggunakan uang yang dulu aku simpan di tempat yang tidak di ketahui suamiku.
Kami mandi bareng dengan canda tawa, melihat tawa lepas dari anakku membuat hatiku tenang dan damai. Setelah di rasa cukup kami keluar dari kamar mandi.
"Sini sayang bunda sisirin rambutnya."ucapku melihat Reyhna kesulitan menyisir rambutnya.
"Ni unda (Ini bunda)" katanya memberikan sisir padaku.
"Rambut anak bunda wangi sekali sayang, panjang, lebat lagi." kataku sambil menyisir rambut Reyna.
"Maacih unda kana unda dah uat ambut Eyna engi (Terima kasih bunda karna bunda udah baut rambut Reyna wangi)" ucapnya tersenyum manis.
"Sama-sama sayang" ujarku mencubit pelan pipi cbubbynya.
"Selesai,, kita sarapan dulu ya cantik."ajakku menggendong Reyna.
"Reyna makan ya, bunda suapin." kataku, Reyna menggelengkan kepala, menolak di suapi.
"Kenapa sayang." Tanyaku bingung, biasanya Reyna tidak pernah menolak saat aku menyuapinya.
" Eyna dah besal unda, Eyna ngen makan diyi dak mau ngeyepotin unda yus (Reyna sudah besar bunda, Reyna pengen makan sendiri enggak mau ngerepotin bunda terus)." Ucapnya dengan wajah serius.
"Sayang enggak ngerepon kok, malah bunda seneng bisa nyuapin Reyna."kataku.
"Eyna ngen makan dili aja (Reyna makan sendiri aja)." ucapnya kekeh menyilangkan kedua tangannya di dada.
"Baiklah, bunda ambilin sarapan dulu buat Reyna ya" ucapku pasrah.
"Oteh unda (Okeh bunda)" jawabnya dengan sangat lucu, aku menoel pipi chubbynya karna gemes.
" Sayang berdo'a dulu sebelum makan" ucapku mengingatkan.
"Allahhuma bariklana fimmarozaktana wakinaadzabannar, amin" ucapku.
"Min (Amin)"sedangkan Reyna hanya mengaminkan saja, karna ia belum haffal.
"Unda masakan unda ngat enak (Bunda masakan bunda sangat enak)" Pujinya mengacungkan dua jempol.
"Terima kasih sayang, abisin ya makanannya" kataku.
Reyna melahap habis sarapannya, sedikit berantakan. Wajar saja kalau Reyna makan berantakan karna belum terbiasa.
"Unda salapan Eyna dah habis, kita beyi neka kayang yuk (Bunda sarapan Reyna sudah habis, kita beli boneka sekarang yuk" ajaknya dengan tidak sabar.
"Iya sayang, bentar ya bunda cuci piring dulu." kataku, Reyna menurut.
"Kayanya ada yang mau jalan-jalan nih" Ucap seseorang masuk dari pintu depan, suaranya seperti...
"Nenek.." teriak Reyna, dugaan ku benar bahwa pemilik suara itu adalah ibu mertuaku.
"Sana sana jangan deket-deket" ucapnya, saat Reyna mendekatinya.
"Ibu boleh tidak suka padaku, ibu boleh membenciku tapi tolong jangan anggap Reyna ini seperti orang lain bu. Dia juga cucu ibu.." ucapku tidak tahan melihat perlakuannya pada anakku.
"Cucu yang tak di inginkan" bentaknya padaku, membuat Reyna menangis mendengar bentakan neneknya.
"Cup-cup sayang jangan nangis ya, bunda ada di sini" ucapku menenangkan Reyna.
"Dasar cengeng"cibirnya tanpa di persilahkan ibu mertua mengambil makanan di meja makan. Seperti biasa dia selalu numpang makan di rumahku.
"Sudah ya jangan nangis lagi, kitakan mau beli boneka Panda, masa sedih sih." kataku menghibur Reyna.
"Eyna dah enda nanis lagi unda, yo kita pelgi (Reyna udah enggak nangis lagi bunda, ayo kita pergi)" ucap Reyna membersihkan sisa air mata.
"Mau kemana kalian" Tanya ibu Erin, mertuaku.
"Mau li neka anda nek(Mau beli boneka Panda nek)" sahut Reyna.
"Ngomong apa sih kamu, saya enggak ngerti. Riana jawab pertanyaan ibu" ucapnya tidak mengerti dengan ucapan cadel Reyna.
" Kita mau ke luar sebentar bu, mau beli boneka Panda yang Reyna inginkan" jawabku.
" Ngapain sih beli barang kaya begituan, enggak penting banget tau gak. Mending uangnya kasih sama ibu buat beli baju" ucapnya acuh.
"Kayanya lagi banyak uang kamu, bagi-bagi dong" lanjutnya.
"Maaf bu enggak bisa, uang ini juga uang bulanan yang di kasih mas Andre. Bukannya ibu juga di jatah perbulan sama mas Andre?.." tanyaku bingung. Semenjak aku mengundurkan diri dari pekerjaan, mas Andre membagi jatah bulanan ku yang tadinya 5 juta perbulan jadi 2 juta perbulan. 3 juta sisanya mas Andre kasihkan pada orang tuanya.
Aneh bukan, seharunya mas Andre menambahakan nominal padaku setelah aku keluar dari pekerjaan bukan mengurani jatah bulananku.
"Uang yang di kasih Andre udah habis di beliin baju sama Linda, lagian uang Andre uang ibu juga, Andre anak ibu jadi wajar saja kalau ibu minta lagi" ucapnya tanpa rasa bersalah.
"Cepetan mana uangnya, ibu mau pergi. Bosan lama-lama di sini" ucapnya setelah perutnya kenyang.
" Maaf bu tapi uangnya mau aku pake" ucapku.
"Berani ya kamu bantah ibu sekarang, mau ibu aduin kamu sama Andre hah" bentaknya.
"Silahkan saja" kataku menangtang.
"Kau....Lihat saja apa yang Andre lakukan setelah kamu menolak permintaanku" geramnya, menunjuk wajahku.
Setelah mengucapkan itu, ibu mertua langsung pergi dengan menghentakan kakinya.
"Nenek napa mayah-mayah teyus ama unda (Nenek kenapa marah-marah terus sama bunda)." tanya Reyna padaku.
"Nenek enggak marah sama bunda kok sayang. Yu, katanya mau beli boneka Panda" kataku mengalihkan pembicaraan.
"Yoooo (ayo)" ucapnya semangat 45.
Aku menggandeng tangan mungil Reyna, karna ia menolak saat aku ingin menggendongnya. Katanya takut bunda cape kalau aku menggedongnya,sungguh pintar sekali anakku ini.
Kami mencari angkutan umum yang biasa lewat di persimpangan. Dulu aku punya kendaraan sepeda motor yang biasa aku pake untuk kerja, tapi setelah aku menikah sepeda motor itu aku jual untuk tambahan mas Andre beli mobil.
Mobil itu mas Andre yang pake, karna aku tidak bisa menyetir.
"hallo anak cantik, kamu mau beli apa" tanya penjual boneka dengan ramah.
"Eyna ngen neka anda yang esal ante antik (Reyna pengen boneka panda yang besar tante cantik)"ucapnya cadel, membuat penjual boneka itu terkekeh mendengarnya.
"Katanya Reyna pengen boneka Panda yang besar mbak" kataku karna melihat wajah penjual boneka itu sedikit binging.
"Ohh jadi anak cantik ini namanya Reyna, nama yang cantik sekali seperti orangnya. Sebentar sayang tante ambilin dulu boneka pandanya, saya permisi mbak" ucapnya, sedangkan aku menggangguk tersenyum.
"Eyna dah enda sabal ngen dendong neka andanya unda (Reyna udah enggak sabar pengen gendong boneka pandanya bunda)." ucapnya tak sabar.
"Iya sabar dulu ya sayang, kan bonekanya di ambilin dulu sama tante cantik" kataku.
Tidak lama penjual itu ke luar dengan membawa boneka Panda warna pink seukuran dengan Reyna.
"Aciiik, neka andanya dah dateng (Asik, bonekanya sudah datang)" ucap Reyna kegirangan.
"Ini sayang boneka pandanya, apa Reyna suka dengan bonekanya" tanya penjual boneka cantik itu.
"Tuta ante antik, nekanya ana pink sukaan Eyna ( Suka tante cantik, bonekanya warna pink kesukaan Reyna)" jawabnya.
"Katanya dia suka banget sama boneka pandanya, apa lagi boneka itu warna pink kesukaannya" sahutku.
"Syukurlah kalau Reyna suka, tante seneng dengernya." ucapnya tersenyum manis.
" Berapa mbak harga bonekanya" Tanyaku.
"Tidak usah di bayar mbak, saya kasih gratis untuk anak cantik ini" ucapnya mencubit pelan pipi chubby Reyna.
"Tapi mbak...." sela aku terhenti.
"Enggak papa, lebih baik mbak simpan uang itu untuk keperluan Reyna lainnya. Saya seneng sekali melihat anak mbak yang cantiik ini.." ucapnya sedih.
" Mbak kenapa" Tanyaku bingung melihat wajah sedih penjual boneka itu..
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments