Riana'S Household Story (Cerita Rumah Tangga Riana)
"Dasar wanita tidak berguna, bisanya malu-maluin keluarga saja. Kau itu tidak pantas berada di pesta pernikahan keluarga ibu, lagian kenapa si Dre kamu ajak wanita ini segala, malu-maluin tau gak. Seharusnya kamu tinggalkan saja istrimu ini di rumah sama anakmu itu. Anakmu juga rewel terus waktu di pesta tadi, bikin ibu tambah kesal..." selalu itu yang ibu mertuaku ucapkan, bila aku ikut menghadiri pesta keluarganya.
Dulu waktu pertama menikah, Ibu mertua sangat baik padaku, penuh perhatian dan tutur bahasa yang lembut. Bahkan ibu selalu mengajakku kemanapun ia pergi dan mengenalkanku ke teman-teman arisannya.
Tapi setelah aku mempunyai seorang putri cantik yang bernama Reyna Anastasya, dari situ ibu mertua berubah karna aku melahirkan anak perempuan bukan anak laki-laki yang mereka
Setelah aku melahirkan anak perempuan, aku di vonis dokter bahawa aku tidak bisa memiliki anak lagi. Kemungkinan sangat kecil untuk mendapatkan keturunan . Karna pada saat aku melahirkan putriku, terjadi sesuatu yang sangat membuatku terpukul saat rahimku bermasalah.
Berita itu membuat ibuku sangat murka, karna dia tidak bisa memiliki seorang cucu laki-laki..
Bahkan mas Andre yang dulu sangat mencintaiku dan memperlakukanku layaknya seorang Ratu. Perlahan semua itu hilang saat ibu mertuaku mengompori pikirannya dengan menuduhku dalam segala hal, termasuk soal anak yang aku lahirkan berjenis kelamin perempuan.
Bukankah sama saja, perempuan ataupun laki-laki yang penting mereka sehat. Selama anakku lahir selama itu pula ibu mertua tidak pernah menggendong, boro-boro menggendongnya menyentuhnya saja dia tidak sudi.
"Sudahlah bu, aku pusing dengerin ibu setiap hari marah-marah mulu..Lagian kalau Reyna rewel itu wajar, dipesta tadi sangat berisik hingga membuatnya tidak nyaman. Kalau aku ninggalin Riana di rumah, apa kata keluarga bapak nanti. Ibukan tau sendiri kalau keluarga bapak sangat menyayangi Riana dan anaknya, mana mungkin aku ninggalin mereka berdua." bela Andre kesal pada ibu kandungnya.
"Terserah kamu lah, ibu tidak peduli." jawabnya ketus.
"Sebenernya apa yang keluarga bapakmu sanjungi sihh dari wanita seperti ini. Udah kumel, jelek, malu-maluin pula.
Aneh deh sama mereka.."cibirnya.
"Maaf.." hanya itu yang terlontar dari mulut ku, aku menundukan kepala dengan menepuk bokong putriku yang tertidur pulas di tanganku.
Sakit sungguh sakit, mendengar hinaan yang terlontar dari mulut mertuaku. Tidak ada air mata untuk menangisinya, mungkin karna sudah sering membuatku kebal mendengar hinaan serta cacian dari mertua.
"Percuma kau meminta maaf, sekali-kali lah urus tubuh serta wajahmu itu, supaya kalau di bawa kemana-mana enggak malu-maluin." Ucapnya.
" Iya bu." Ujar Riana, gimana mau ngurus tubuh ngurus pekerjaan rumah saja sudah membuatku lelah, apa lagi aku mempunyai anak kecil di tambah mas Andre tidak pernah membantuku untuk menjaga si kecil.
Lagian uang bulanan yang mas Andre berikan hanya pas-passan, gimana aku mengurus tubuh untuk makan saja aku berhemat.
Untung ASIku banyak hingga aku tak perlu memberi susu formula untuk putri kecilku, lagian ASI lebih bagus dari dari susu lainnya.
Mas Andre memberiku jatah bulanan sebesar 2 juta, aku gunakan uang itu untuk membayar listrik, air, bayar sampah serta lainnya. Uang bulanan tersisa 500 ribu setelah aku membayar tagian setiap bulannya.
Mana cukup uang segitu untuk makan sehari-hari, belum lagi ibu mertua serta adik mas Andre selalu ikutan makan di rumahku, dengan alasan mereka malas masak. Padahal itu hanya akal-akalan mereka saja supaya uang bulanan yang di kasih suamiku utuh, dan membelikannya pada barang yang tidak penting menurutku.
"Mas aku duluan ya, mau letakin Reyna di kamar.." pamitku pada mas Andre setelah mengantarkan ibunya, kami langsung pulang ke rumah yang kami bangun dengan keringat sendiri.
"Heemm..".jawabnya acuh, tanpa melihatku dan anakku.
Aku meletakan Reyha di ranjang kamarku, setelah itu aku menemui mas Andre yang sedang di ruang tamu.
"Mas, apa mau aku buatkan kopi?" Tanyaku basa basi.
"Heemm.." jawabnya singkat.
Selalu itu yang mas Andre ucapkan setiap aku bertanya.
"Ini mas kopinya." Aku meletakan kopi panas di hadapan suamiku yang tengah memainkan ponselnya.
"Heemm.." jawabnya lagi.
Mas Andre meminum kopi panas itu tanpa meniupnya terlebih dahulu.
"Huuuhhhh panas.." ucapnya menyemburkan kopi panas itu tepat mengenai kakiku.
"Aahhhwww." Rintihku pelan.
"Mas tak apakan."Tanyaku memastikan keadaan mas Andre.
"Apa kau tidak melihat lidahku merah karna meminum kopi buatanmu hah.."Bentaknya.
"Seharusnya kau memberitahuku kalau kopi ini masih panas, apa kau sengaja ya ingin membuat mulutku sakit.." lanjutnya mencengkram kuat daguku.
"Lepas mas,, sakit.." keluhku meringgis.
"Tolong lepas mas. "lanjutku. Padahal salah dia sendiri meminum kopi tanpa meniupnya.
"Dasar istri tidak berguna, bener kata ibu kalau kamu hanya bisa menyusahkan kami saja. Pergi sana, jijik aku melihat wajah jelekmu itu." ucapnya padaku, tanpa rasa berasalah karna sudah menghinaku.
Mas Andre melepaskan tangannya dari daguku dengan kasar, membuatku terhuyung beberapa langkah ke samping.
"Maaf.." Ucapku tercekat, menahan tangis.
"Apa dengan kata maaf bisa membuat mulutku seperti semula, tidak kan?. Maafmu tidak di butuhkan di sini, sana pergi. Sekalian bawa kopi buatanmu kembali, aku sudah tak selera meminumnya.." Titahnya emosi.
Tanpa melawan, aku melangkahkan kaki ke dapur untuk menyimpan gelas bekas kopi. Setelah itu aku memasuki kamarku kembali untuk mengistirahatkan badan lelahku ini.
"Putri bunda yang cantik, sehat- sehat terus ya nak. Bunda sangat menyayangimu." Ucapku mencium kening putriku, tanpa terasa air mata lolos dari mataku mengenai kening Reyna. Sungguh sakit mendengar hinaan dari orang yang kita cintai.
'Mas kenapa kau berubah, apa salahku padamu hingga membuatku selalu salah di matamu.." batinku menangis.
'Sayang, kau harapan bunda satu-satunya. Jadilah anak yang sholehah serta berbakti kepada orang tua." batinku menatap putri semata wayangku sedih.
Aku menatap wajah putri kecilku dalam-dalam hingga membuatku terlelap.
Aku terbangun saat putriku menangis karna lapar, aku segera menyedorkan susu yang aku hangatkan ke dalam mulut lucunya.
Aku melirik jam dingding, ternyata pukul 1 dini hari, Aku menoleh ke samping tapi tidak mendapati suamiku disana.
Sudah 1 bulan kami tidak tidur sekamar, mas Andre selalu beralasan. Tidurnya selalu terganggu ketika Reyna terbangun tengah malam, hingga membuatnya untuk memutuskan tidur di kamar sebelah. Tak apa aku tak mempermasalahkannya.
Aku turun dari ranjang, karna merasa tenggorokanku kering.
"Yahh habis.." ucapku pada botol minum kosong.
Aku ke luar dari kamar untuk mengisi ulang botolku dengan air minum. Aku terkejut mendapati mas Andre masih di ruang tamu dengan posisi sama sebelum aku meninggalkannya.
"Mas kok belun tidur, ini sudah malam loh mas. Tak baik kalau tidurnya malam-malam." Ucapku memperingati, sedangkan yang di tanya hanya menatap ponselnya dengan serius.
"Mas.." panggilku.
"Apa hah, kau ini mengganggu saja. Sana pergi." bentaknya padaku.
"Mas kenapa belum tidur, ini sudah malam.." tanyaku lagi.
"Mau aku tidur atau enggak, itu bukan urusan kamu. Urus saja urusanmu sendiri, ganggu saja.." jawabnya melengos masuk ke kamar sebelah kamarku dengan menutuo puntu dengan keras.
'Braakkk...
"Astagfiraallah.. Sabar Ri mungkin rumah tanggamu sedang di uji sama Tuhan. Kau harus sabar menghadapi ibu mertua serta suamimu, semoga pintu hati mereka di buka kembali seperti semula. Amin." ucapku kaget, mengusap dada. Aku melangkahkan kakiku kembali ke kamar.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Kirana Mahestri
ni othor nya kemana ya ko ga up lagi
2024-11-22
0
Inonk_ordinary
😭😭😭😭😭😭😭😭miris
2024-11-10
0
Wina Wien
sampai segitunya😓😓😓
2022-04-07
0