Teman Pelampiasan
Bira Dewara, seorang pria muda biasa saja yang ingin menikmati hidup lajangnya. Dia Memiliki kriteria pria sempurna. Bagaimana tidak, dia memiliki wajah tampan di atas rata-rata, kulit eksitos dan body atletis yang selalu didambakan oleh setiap pria. Kekayaannya pun bukan main. Di usianya yang masih 25, dia sudah memiliki kekayaan yang begitu fantastis.
Bisnisnya dimiliki oleh dirinya sendiri. Tidak ada sangkut paut dengan keluarganya atau apapun itu, murni atas kerja kerasnya. Bahkan bisnisnya sudah menjadi yang nomer 3 paling besar dan hebat di dunia.
Namun di balik semua kesempurnaannya, dia memiliki sifat yang cukup aneh, yaitu dia sangat suka menyendiri. Menyendiri di sini berarti dia tidak suka menonjol. Tidak suka keramaian, dan membenci sesuatu yang berisik. Bahkan dalam bisnisnya pun dia tetap menyembunyikan jati dirinya. Bahkan jika melihat dia di jalan pasti akan mengira dia adalah model atau seorang aktor, bukan seorang pebisnis yang kaya. Padahal kenyataannya, dia merupakan orang yang begitu di takuti di dunia bisnis.
Satu hal lagi hal aneh yang menjadi sifatnya, sederhana. Mungkin bukan hal yang aneh bagi orang awam yang melihatnya. Tapi bila tahu dia memiliki semua kekayaan itu, pastinya kita akan menganggapnya orang yang tidak waras. Hal ini karena dia selalu tampil sederhana bahkan tidak terlalu menyukai hal-hal yang mahal. Lalu untuk apa susah payah mendirikan perusahaan terbesar ketiga di dunia? jawabannya hanya Bira seorang yang tahu.
Seperti pagi ini di sebuah cafe kecil di pinggir kota, dia duduk sambil menikmati makan paginya. Tak lama datanglah seseorang mendekatinya. Pria itu membungkuk memberi hormat padanya. Bira mengangguk dan mempersilahkan pria itu duduk di kursi kosong tepat di depannya.
"Bacakan laporan pagi ini, Jay," perintah Bira pada pria di depannya yang tak lain adalah Jay sekretarisnya. Jay kemudian mengambil tablet yang ia bawa dari dalam tasnya. Tak perlu basa-basi Jay menjelaskan apa yang diminta Bira dengan sangat rinci tanpa tertinggal sedikit pun.
Mereka berdua berbicara di ujung cafe tersebut jadi tidak ada yang mendengar percakapan mereka. Terlebih cafe ini hanya cafe biasa, jadi orang yang melihat mereka berdua hanya menganggap mereka adalah sahabat yang membicarakan omong kosong, seperti bola atau kehidupan para selebriti saat ini. Padahal jika mereka tahu, pembicaraan mereka ini sangat penting. Bahkan bisa menghasilkan triliuan uang jika kau menjual informasi mereka berdua ada disana.
Tapi hal itu percuma, karena memang tidak banyak yang mengenal mereka berdua. Bira memang pengusaha besar, namun hanya orang tertentu yang tahu akan itu. Mereka pun hanya orang dari kalangan atas. Dia selalu mengerjakan semuanya dari balik layar, sementara anak buahnyalah yang akan nampak pada permukaan.
"Jadi semuanya lancar?" tanya Bira pada Jay.
"Iya, Tuan. Semua berjalan lancar, tapi nampaknya anda harus datang ke sana, Tuan." Kini Jay memasang wajah takut. Setelah bekerja dengan jay selama 10 tahun membuatnya tahu betul prangai bosnya.
"maksudmu aku harus datang ke pesta itu?" Bira sudah selasai dengan makan paginya, kini dia menatap Jay dengan serius. Yang ditatap hanya bisa menengguk salivanya berharap untuk tetap hidup.
"Iy, iya, Tuan. Pesta itu cukup penting untuk menjalin hubungan dengan pebisnis negara ini. Dengan itu kita bisa dengan damai dan nyaman untuk tinggal di sini, Tuan," jawab Jay menyakini Bosnya dengan penuh keberanian. Memang, Bisnis mereka sudah begitu besar tapi entah mengapa Bira sangat tertarik untuk mengembangkan bisnisnya di Indonesia.
Baginya Indonesia begitu indah dan memiliki banyak sekali hal yang membuatnya bahagia. Sehingga dia memutuskan untuk menetap di Indonesia 2 tahun yang lalu. Dan memang benar bisnisnya berkembang pesat di Indonesia, hanya saja begitu banyak saingan yang tidak suka padanya. Mungkin lebih tepatnya ingin mengambil keuntungan pada perusahaan besar Bira.
Selama 2 tahun itu pula dia menutup telinganya dan tidak mempedulikan mereka. Namun nampaknya pesta ini cukup bagus baginya agar tidak terus-terusan diganggu oleh lalat kecil. "Baiklah, aku akan datang. Untuk kerja sama atau apapun itu, suruh Donny yang bertanggung jawab. Aku hanya akan menikmati pestanya."
"Baik, Tuan. Akan saya beritahu Donny untuk mengurusnya. Saya sendiri akan mengurus persiapan tuan. Apa ada yang kurang, tuan." Jay memastikan dia melakukan dengan benar karena bosnya memang sangat kejam bagi para karyawan yang dianggapnya tidak becus.
"cukup, kau boleh pergi. Untuk masalah perusahaan kau bisa kirimkan padaku pagi ini." Bira mempersilahkan Jay untuk pergi dan dengan hormat Jay pergi meninggalkan bos besarnya disana.
sepeninggal sekretarisnya, Bira tetap duduk santai di cafe itu dan menikmati secangkir kopi paginya. Beginilah kehidupan yang Bira sukai, tenang dan damai. Tapi dia tidak tahu bahwa keputusannya akan membuat dia harus merasakan hidup yang selama ini dia hindari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Imas Maela
mampir
2022-12-15
1
MEMEY
salam kenal kak dari terbayang kenangan mantan dan wanita simpanan
2022-06-17
1
Cut Nyak Dien
kyaknya asyik
2021-09-15
0