Alexander is Cumlaude

Alexander is Cumlaude

Jane POV

Pagi ini aku harus berangkat ke kantor lebih awal. Sebab harus mempersiapkan presentasi perusahaan. Soal peluncuran produk terbaru. Sejak semalam segala persiapan sudah ku tata dengan rapi, berharap tidak mengecewakan atasanku. Tuan, Aldrich Barayeve.

"Pagi Jane," sapa teman sekantorku yang berbeda divisi.

"Pagi juga Mier," jawabku singkat dan terburu masuk ruang meeting.

Semua berkas yang sudah aku copy, ku tata di depan masing-masing meja para dewan direksi beserta investor.

Setelah berhasil mempersiapkan, jam menunjukkan pukul 09.00 pagi. Satu per satu para investor beserta dewan direksi mulai hadir memenuhi meja berbentuk oval.

Semua tampak bersiap, tinggal menunggu Tuan Aldrich saja yang masih dalam perjalanan menuju perusahaan.

"Selamat pagi semua, maaf sedikit terlambat," ucapnya mengulas senyum khas milik pria berwajah blasteran tersebut.

"Selamat pagi, Tuan Aldrich," jawab seisi penghuni ruang meeting bersamaan.

Aku yang tengah duduk tepat di samping Tuan Aldrich beranjak berdiri. Memperkenalkan presentasi ku. Materi yang telah ku persiapkan sejak semalam, tanpa sadar banyak menarik perhatian beberapa investor, dan semua yang ada di ruang meeting tersebut memberikan applause.

"Terima kasih," ucapku melebarkan senyum seraya sedikit membungkukkan badan memberi hormat.

Beberapa saat semua tampak berdiskusi. Tuan Aldrich pun secara langsung memberiku ucapan selamat, atas keberhasilan presentasi barusan.

Diskusi berlangsung sejenak, salah satu investor asal Australia mengacungkan tangan ke atas. Dan tuan Aldrich menanggapinya dengan sopan.

"Ya, silahkan Tuan," serunya.

"Saya tertarik dengan proposal Nona Jane, karenanya Saya bersedia bekerja sama dengan Tuan Aldrich," tandas investor asal Australia tersebut.

Tuan Aldrich terlihat gembira sekali mendengarnya, seketika mengulurkan tangan kepada investor asal Australia sebagai ungkapan menerima kerja sama tersebut.

Melihat wajah bahagia dari tuan Aldrich, aku pun turut gembira. Setidaknya ide dari seorang sekretaris jelek sepertiku bisa diterima.

"Tuan Aldrich, mengenai perjanjian selanjutnya tentang kerja sama ini. Saya menunggu Anda dan Nona Jane di Singapura, lusa nanti," ucap investor asal Australia itu.

"Baik, Tuan. Lusa pasti Saya dan Jane akan berangkat ke Singapura," sahut tuan Aldrich antusias.

Meeting akhirnya berakhir, dan seluruh dewan direksi beserta investor lainnya meninggalkan ruangan meeting. Sementara tuan Aldrich mengantar investor asal Australia itu sampai pintu lobi.

Setelah meeting selesai, jam menunjukkan pukul 01.00 waktu setempat. Seusai membereskan semua pekerjaan ku. Aku pun beranjak ke kantin, karena sejak pagi perutku belum terisi sama sekali.

Sepertinya selepas mengantar investor asal Australia, tuan Aldrich kembali ke ruang meeting mencari ku. Mendapati ruang meeting yang kosong beliau menelpon ku.

Ku raih ponsel yang berdering keras, ternyata benar tuan Aldrich lah yang menelepon.

"Selamat siang, Tuan. Jane di sini," sapaku.

"Jane, kamu di mana?" tanya tuan Aldrich.

"Maaf, Tuan. Saya sedang makan siang sebentar. Sejak pagi perut saya kosong," sahutku sedikit ketakutan.

"Oh, baiklah lanjutkan saja. Selesai makan siang, aku tunggu kamu di ruangan saya," ujarnya.

"Ba-baik, Tuan," sahutku terbata dan ku akhiri panggilan tersebut.

Ku nikmati makan siang dengan lahapnya, dan sedikit terburu-buru, sebab aku tidak berani membuat tuan Aldrich menungguku terlalu lama. Tepat sepuluh menit semenjak beliau menelepon aku telah selesai. Segera bergegas kembali ke ruangan.

"Tok.... Tok.... Tok...."

"Masuk!" jawab tuan Aldrich dari dalam.

Dengan berjalan sedikit mengendap aku berdiri di depan putra tunggal pemilik perusahaan ini.

"Duduklah!" seru tuan Aldrich tanpa menatapku.

Aku pun duduk di depan meja beliau memberanikan diri menatapnya.

Wajah dengan jambang di sekeliling rahang, mata coklat, dan hidung mancung serta alis yang tebal. Terlihat begitu sempurna di mataku.

"Benar-benar makhluk sempurna," batinku takjub.

Tuan Aldrich sepertinya menangkap tatapanku, dan tersenyum miring. Merasa malu tertangkap basah si empunya wajah. Aku pun tertunduk seketika.

"Besok kamu bisa ambil cuti urus paspor mu. Lusa biarkan Adam menjemput dan mengantar kamu ke bandara, kita ke Singapura dengan jet pribadi," ujar tuan Aldrich kini balas menatapku.

"Ba-baik, Tuan. Terima kasih," sahut ku.

Aku beranjak berdiri meninggalkan ruangan tuan Aldrich, namun langkah kakiku terhenti.

"Satu lagi, pergi lah ke butik sepulang kantor nanti," ujar tuan Aldrich.

"Ta- tapi, Tuan," protes ku.

"Pergi saja, jangan pikirkan soal uang. Ambil lah ini, sebagai hadiah keberhasilan kamu dalam presentasi tadi," imbuh tuan Aldrich, seraya menyodorkan black card kepada ku.

Dengan tangan gemetar aku pun mengambil kartu debit warna hitam tersebut. Dan pergi meninggalkan ruangan tuan Aldrich.

****

Jam kantor telah berakhir, aku bergegas berbenah dan bersiap meninggalkan kantor, berdiri di seberang jalan menunggu taksi pesanan ku datang.

"Ting," bunyi notif pesan masuk. Ternyata pesan dari taksi yang aku pesan, sedang menuju ke tempatku.

Dan benar saja tak lama kemudian taksi yang aku pesan datang, tapi sayang. Mobil tuan Aldrich lebih dulu berhenti tepat di depanku.

Seorang pria berwajah blasteran yang duduk di bangku belakang, membuka kaca jendela mobil, "Masuklah!"

Aku pun bingung harus memilih naik taksi yang sudah aku pesan atau masuk ke mobil atasanku.

"Cepat masuk," hardiknya kesal, karena aku kelamaan berpikir.

Ku ambil uang lembaran warna biru, dan ku berikan kepada sopir taksi yang berhenti di belakang mobil tuan Aldrich. Sebagai permintaan maaf pembatalan ku. Dan aku langsung masuk duduk di samping tuan Aldrich.

Dak dik duk irama jantungku saat itu, keringat dingin pun mulai mengucur di jidat. Tangan dan kaki pun gemetar, saat duduk berdekatan dengan atasanku.

"Tenang, Jane. Santai," batinku menguatkan mental ku saat itu.

Tiap kali di hadapkan dengan tuan Aldrich, aku selalu mengalami senam jantung. Karena aku sadar, hanyalah seorang wanita jelek yang karena keberuntungan terpilih menjadi sekertaris tuan Aldrich. Walau saat interview dulu para pesaing ku semuanya cantik nan molek, berbeda terbalik denganku.

****

Mobil yang di kendarai oleh pak Adam berhenti persis di depan sebuah pusat perbelanjaan kota. Dan aku pun bergegas turun sebelum tuan Aldrich mentitah ku hal lain.

"Terima kasih, Tuan," ucapku berpamit dan membuka pintu mobil.

Lagi-lagi jantung ku kembali senam, saat tuan Aldrich ikutan turun bersama ku. Dan menuntunku masuk ke sebuah butik.

"Ya, Tuhan," gumam ku merinding disko.

Bak mayat hidup aku saat itu, berdiri dan bergandengan tangan dengan tuan Aldrich. Bagai mimpi di siang bolong. Tanpa basa-basi beliau mengambil beberapa setel pakaian dan menyuruhku mencoba di ruang ganti.

Hampir seluruh pakaian yang di pilih tuan Aldrich, seperti baju yang kurang bahan. Sangat kecil dan ketat di tubuhku. Tapi yang namanya perintah terpaksa harus ku turuti. Aku pun mencoba gaun berwarna merah menyala yang terlihat kontras dengan kulitku, gaun tanpa lengan dan menonjolkan bagian dada.

Sungguh membuatku canggung mengenakannya. Aku keluar dari ruang ganti dengan malu-malu, menutupi bagian dadaku yang sedikit terbuka. Berjalan menuju tuan Aldrich, apa yang terjadi??

*****

BERSAMBUNG....

Terpopuler

Comments

Langitⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈N⃟ʲᵃᵃ࿐

Langitⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈N⃟ʲᵃᵃ࿐

mampir kak vica.. semangat ya Jane

2022-01-18

1

☣️istri Aa teduh💘

☣️istri Aa teduh💘

semoga menarik nih🙏😘

2022-01-15

1

🏁BLU⭕

🏁BLU⭕

SALAM 🙏🙏
Era Berdarah Manusia
I Firmo

🙏🙏👍👍👍👍

2021-12-25

1

lihat semua
Episodes
1 Jane POV
2 Hilangnya Keperawananku
3 7 Tahun Kemudian....
4 Tangis Haru Jane
5 Cyril POV
6 Penyesalan Aldrich
7 Daren POV
8 Obrolan Rahasia Nyonya Madison
9 Sindiran Nyonya Madison
10 Daren Mengantar Jane Pulang
11 Daren Dan Jane Tersipu Malu
12 Pertemuan Gordon Dengan Jane
13 Perkenalan Visual Tokoh
14 Gordon POV
15 Masa Lalu Jane Terungkap
16 Drama Mengharukan Di Tengah Jalan
17 Kado Gordon Untuk Alexander
18 Kejutan Tak Terduga
19 Kecemburuan Gordon
20 Tamasya Bersama
21 Kecemburuan Daren
22 Kekhawatiran Daren
23 Ungkapan Masa Lalu Aldrich
24 Rahasia Besar Aldrich Terungkap
25 Gordon Berkunjung Ke Apartemen Jane
26 Ungkapan Isi Hati Jane Dan Gordon
27 Gordon Kaget
28 Terbakar Cemburu
29 Kemarahan Daren
30 Kekagetan Daren Akan sosok Alexander
31 Dilema
32 Data GD COMPANY Hilang
33 Alexander New
34 Prustrasinya Gordon
35 Sandiwara Gordon
36 Badai Salju
37 Jane Dibawa Ke Rumah Sakit
38 Sadarnya Jane
39 Kemarahan Daren
40 Ungkapan Sedih Daren
41 Wawancara Alexander
42 Ultimatum Nyonya Madison
43 Musim Dingin Penuh Haru
44 Kekesalan Jane
45 Roti Kasih Sayang
46 Si Biadab Mr. V
47 Dewi Penyelamat
48 Kecurigaan Si Genius
49 Ketakutan Jane
50 Kabar Kebangkrutan Vintron Company
51 Aksi Si Genius
52 Serangan Telak Satu Jari
53 Permintaan Maaf
54 Aksi Penyelamatan Gordon
55 Surprise Gordon
56 Lamaran Gordon Untuk Jane
57 Hari Bahagia Jane Dan Gordon Ramsay
58 Murka Vincent
59 Debat Nyonya Madison
60 Makan Malam Di Restoran
61 Makan Siang
62 Makan Siang Versi Daren Fiola
63 Trauma Kembali Jane
64 Kasih Sayang Seorang Ayah Sambung
65 Haru Biru Jane Bersama Alexander
66 Jane Bercerita
67 Berangkat Ke Kota Kelahiran
68 Balas Dendam Fiola
69 Batin Aldrich Mulai Tergugah
70 Kagetnya Aldrich
71 Pingsannya Nyonya Madison
72 Kemarahan Jane
73 Amarah Alexander
74 Pertemuan Kedua Aldrich Dengan Jane
75 Sikap Kasar Alexander
76 Sadarnya Nyonya Madison
77 Permintaan Mustahil Madison
78 Murka Aldrich
79 Hilangnya Alexander Dari Hotel
80 Meeting Bersama Tuan Pablo
81 Senyuman Licik
82 Sakit Hati Aldrich
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Jane POV
2
Hilangnya Keperawananku
3
7 Tahun Kemudian....
4
Tangis Haru Jane
5
Cyril POV
6
Penyesalan Aldrich
7
Daren POV
8
Obrolan Rahasia Nyonya Madison
9
Sindiran Nyonya Madison
10
Daren Mengantar Jane Pulang
11
Daren Dan Jane Tersipu Malu
12
Pertemuan Gordon Dengan Jane
13
Perkenalan Visual Tokoh
14
Gordon POV
15
Masa Lalu Jane Terungkap
16
Drama Mengharukan Di Tengah Jalan
17
Kado Gordon Untuk Alexander
18
Kejutan Tak Terduga
19
Kecemburuan Gordon
20
Tamasya Bersama
21
Kecemburuan Daren
22
Kekhawatiran Daren
23
Ungkapan Masa Lalu Aldrich
24
Rahasia Besar Aldrich Terungkap
25
Gordon Berkunjung Ke Apartemen Jane
26
Ungkapan Isi Hati Jane Dan Gordon
27
Gordon Kaget
28
Terbakar Cemburu
29
Kemarahan Daren
30
Kekagetan Daren Akan sosok Alexander
31
Dilema
32
Data GD COMPANY Hilang
33
Alexander New
34
Prustrasinya Gordon
35
Sandiwara Gordon
36
Badai Salju
37
Jane Dibawa Ke Rumah Sakit
38
Sadarnya Jane
39
Kemarahan Daren
40
Ungkapan Sedih Daren
41
Wawancara Alexander
42
Ultimatum Nyonya Madison
43
Musim Dingin Penuh Haru
44
Kekesalan Jane
45
Roti Kasih Sayang
46
Si Biadab Mr. V
47
Dewi Penyelamat
48
Kecurigaan Si Genius
49
Ketakutan Jane
50
Kabar Kebangkrutan Vintron Company
51
Aksi Si Genius
52
Serangan Telak Satu Jari
53
Permintaan Maaf
54
Aksi Penyelamatan Gordon
55
Surprise Gordon
56
Lamaran Gordon Untuk Jane
57
Hari Bahagia Jane Dan Gordon Ramsay
58
Murka Vincent
59
Debat Nyonya Madison
60
Makan Malam Di Restoran
61
Makan Siang
62
Makan Siang Versi Daren Fiola
63
Trauma Kembali Jane
64
Kasih Sayang Seorang Ayah Sambung
65
Haru Biru Jane Bersama Alexander
66
Jane Bercerita
67
Berangkat Ke Kota Kelahiran
68
Balas Dendam Fiola
69
Batin Aldrich Mulai Tergugah
70
Kagetnya Aldrich
71
Pingsannya Nyonya Madison
72
Kemarahan Jane
73
Amarah Alexander
74
Pertemuan Kedua Aldrich Dengan Jane
75
Sikap Kasar Alexander
76
Sadarnya Nyonya Madison
77
Permintaan Mustahil Madison
78
Murka Aldrich
79
Hilangnya Alexander Dari Hotel
80
Meeting Bersama Tuan Pablo
81
Senyuman Licik
82
Sakit Hati Aldrich

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!