Secercah harapan

Sejak mendapat telpon dari mas Febri,hatiku jadi tak tenang. Ingin mengikhlaskan apa yang dulu pernah kuperjuangkan,tapi aku bingung darimana aku mendapatkan uang untuk biaya sekolah Alif yang sebentar lagi masuk SMP, kemudian melanjutkan ke jenjang lebih tinggi. Harapan satu-satunya cuma rumah yang ku kontrakan itu. Kalau sampai dijual oleh mas Febri,aku tidak akan dapat bagian kecuali Alif kuserahkan padanya. Tidak mungkin aku mempercayakan Alif diasuh mas Febri yang kasar dan suka mabuk-mabukan,belum lagi kalau nanti dia punya istri. Otomatis anakku akan diasuh istri baru mas Febri.Aku lebih tidak mengikhlaskan Alif diasuh mereka.

Tring....bunyi messenger di handphoneku.

"Kemana aja,kamu udah dua hari gak online."

"Sakitkah"

"Kenapa gak ngabarin sih"

"Hai,aku bingung tau...kamu gak jawab inbokku"

Leo memberondong dengan beberapa tulisan di messenger.

" Aku baik-baik aja,cuma lagi gak males buka hp" jawabku.

Tak lama kemudian hp bunyi lagi."Ada masalah apa?"

Aku diam saja. Tak mau kuceritakan masalahku padanya. Kami cuma bersahabat di dunia Maya,aku tak tau sebenarnya siapa dia. Aku gak mau terlalu dalam dia tau masalahku.

Tapi dia terus bertanya ada apa.

Telpon berdering..terus,aku malas angkat.

"Amy,angkat teleponku,please...jangan bikin aku bingung!"

Aku tetap diam.

Handphone terus berdering tak henti-hentinya."Aku gak akan brenti sampai kamu angkat teleponku" ancamnya.

Akhirnya aku angkat juga telponnya.

"Maaf Leo aku gak bisa cerita sama kamu". Jawabku langsung tanpa menunggu dia membujukku.

" Kamu gak percaya aku,kamu anggap persahabatan kita main-main."

" Bukan begitu,aku gak mau orang lain tau masalahku" jawabku lagi.

"Hai,kita udah berteman hampir setahun,aku selalu cerita apapun sama kamu. Gak ada rahasia antara kita. Kamu ingat,kita pernah janji itu". dia nyerocos,nada bicaranya agak kesal.

"Tapi aku gak mau kamu ikut bingung karena masalahku" aku bersikeras untuk tidak bercerita.

"Oke,kalau kamu gak percaya aku...blokir aja aku.Kita gak usah bicara lagi". ups dia serius.

"Leo...." baru aku bicara,langsung dia matikan hp nya.

Apa salahnya kalau aku cerita sama Leo. Selama ini dia selalu bersikap baik,dia selalu ceritakan apapun padaku.Ya,dulu kami sepakat untuk selalu berbagi cerita,gak ada rahasia diantara kita.

"Oke,aku mau cerita sama kamu,biar sedikit lega pikiranku" tulisku di messenger.

Setelah dia baca,telpon berdering lagi. Langsung ku angkat.

Akhirnya aku ceritakan semua masalahku padanya. Tidak ada yang kusembunyikan lagi,aku percaya Leo tak akan menceritakan ini pada siapapun,setidaknya beban pikiraku agak ringan dengan bercerita kepada orang yang dipercaya.

"Kamu tenang aja,aku bantu kamu menyelesaikan masalah ini. Aku punya teman pengacara,nanti aku bicara sama dia. Laki-laki itu emang brengsek,udah ninggalin anak istri sekarang malah mau ambil rumah yang harusnya jadi milik kamu dan anakmu." katanya.

"Aku gak punya uang buat bayar pengacara,Leo " kataku.

" Udah tenang aja,dia teman baikku,dulu aku pernah nolong dia bantu bikinin rumahnya.Dia baik,pasti mau nolong kamu." Ucapannya membuatku lebih tenang.

" Leo, ternyata kamu emang sahabatku. Kamu mau menolong aku padahal kita belum pernah bertemu." seruku girang.

"Sssssttt jangan dulu memuji,ntar aja kalau udah berhasil kamu boleh bilang...Leo,teman yang ganteng,yang baik,yang selalu ada buat aku..."

"Stop....keenakan dipuji kayak gitu" jawabku memotong ucapannya.

"Hahahaha...oke aku mau kerja lagi,kamu istirahat sana! Jangan telat makan,ntar kalau kurus aku jadi sedih"Candanya mengakhiri percakapan telponnya.

Hhhhmmm....aku menghela nafas lega. Secercah harapan muncul dibenakku.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!