"Freya, nanti malam keluarga kamu mau datang, kita akan mengadakan makan malam bersama, ini dress untuk kamu," Elya meletakkan dress berwarna putih itu di atas kasur. Gadis itu tetap fokus dengan laptopnya. Tangannya dengan terampil mengetik, sesekali tersenyum pias dengan apa yang sedang dia kerjakan.
Elya menghela nafas, lalu ke luar tanpa menunggu menantunya itu memberi tanggapan, karena dia tahu itu akan sia-sia saja.
Tidak lama kemudian Arby masuk, dia langsung duduk di sofa sebelah Freya, dilihatnya Freya sedang membaca artikel tentang salah satu universitas yang ada di luar negeri.
Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Yang lain sudah bersiap di ruang tamu, sedangkan Freya masih sibuk sendiri dengan aktifitasnya.
Tidak lama kemudian kedua orang tua Freya dan kakak adiknya datang.
"Freya mana?" tanya mama.
"Coba kamu panggil, Ar."
Arby mengangguk, dia langsung ke kamarnya. Dibukanya pintu kamar dan melihat Freya yang sedang membaca buku.
"Kenapa masih di sini dan belum siap-siap? Keluarga kamu sudah datang, tuh."
Arby benar-benar gregetan dengan Freya yang tidak mempedulikannya, ingin sekali dia ******* Freya dalam arti yang sebenarnya, sayangnya dia bukan kanibal.
"Turun enggak, kalau enggak aku cium, nih."
"Jangan macam-macam, deh!"
"Makanya turun!"
"Bodo amat."
Arby langsung menutup buku Freya.
"Ayo turun!"
"Enggak."
"Turun!"
"Enggak."
"Aku cium nih, ya!"
Arby mendorong tubuh Freya ke kasur, dia mendekatkan wajahnya ke wajah Freya. Namun sebelum bibirnya menyentuh bibir Freya ....
"Arrggghhh ... Freya, pelan-pelan, sakit anjir!"
"Gimana rasanya? Enak, kan?"
"Ahhhh ...."
Elya mendengar suara-suara misterius dari kamar anaknya yang sedikit terbuka. Dari tadi mereka sudah menunggu Arby dan Freya, namun keduanya tidak juga datang, akhirnya Elya menyusul Arby ke kamarnya.
"Aauuhhh ... Fff ... Frey!"
"Stop Frey! Nanti ada bekasnya dan merah."
Apa mereka lagi begituan, Ya? pikir Elya.
Elya mengetok pintu kamar Arby, namun yang ada di dalam tentu saja sibuk semgan aktifitas mereka.
"Auuu ...."
Apa tunggu mereka selesai saja, ya?
Elya sedikit menyandarkan tubuhnya pada pintu, dia lupa kalau pintu kamar itu tidak tertutup rapat, membutnya terhuyung ke dalam.
Dia melihat Freya yang duduk di atas perut Arby, badannya condong ke depan, lebih tepatnya ke wajah Arby.
"Arrrggg sakit, Frey!"
Elya berdeham, membuat kedua muda mudi itu menengok ke arahnya.
Arby langsung mendorong tubuh Freya, membuat gadis itu terpental ke lantai.
Brugh!
"Sakit, bego!"
"Kamu kira leher aku enggak sakit apa, digigit sama kamu. Dasar cewek serigala!"
Ternyata mereka berantem, kirain lagi proses bikin anak. Kecewa, aku!
"Sudah, sudah. Kalian ditunggu tuh di bawah, cepat turun, ya!"
Arby mendelik tajam pada Freya, sedangkan Freya memeletkan lidahnya pada Arby.
Arby dan Freya akhirnya turun berdampingan, namun tak bergandengan. Mereka saling lirik, mungkin mencari sela untuk mendorong satu sama lain. Freya tidak turun dengan memakai dress pemberian Elya, dia hanya memakai celana pendek selutut dengan kaos gombrong andalannya, wajahnya terlihat judes.
"Kamu apa kabar, Ya? Kok enggak pernah ke rumah?"
Ami mendekati Freya dan ingin memeluknya, namun Freya mundur dan memalingkan wajahnya. Freya tahu bahwa mereka hanya mencari muka di hadapan kedua orang tua Arby.
Mereka kini ada di ruang makan.
"Ya, ambilkan makanan untuk Arby, dong. Belajarlah menjadi istri yang baik!"
Mode tuli.
"Ya, jangan lupa siapkan air mandi dan pakaian untuk Arby setiap hari. Layani suami kamu dengan baik."
Mode bisu.
"Ya, tuangkan air minum untuk Arby!"
Mode buta.
"Kalau mau ke mana-mana, jangan lupa minta izin, salim tangannya saat berpamitan."
Mode ngantuk.
"Bla bla bla ...."
"...."
"Bla bla bla ...."
"...."
"Bla bla bla ...."
Eerrgghhh ... suara Freya yang kenyang. Tanpa ucapan dia langsung meninggalkan ruang makan itu menuju kamarnya.
"Freya, kapan-kapan kamu pulang ya, ke rumah."
Freya menghentikan langkah dan tanpa menengok ke bepakang, dia berkata, "Sejak aku diusir dari rumah itu, aku sudah bersumpah apapun yang terjadi tidak akan pernah menginjakkan kaki lagi ke rumah itu. Jadi kalian tidak perlu berpura-pura baik kepadaku, tuan dan nyonya yang terhormat!"
Freya melangkahkan kakinya kembali, meninggalkan orang-orang yang ada di ruang makan tersebut yang tertegun dengan perkataan gadis itu.
Freya kembali mengunci pintu kamarnya, lalu menyetel lagu dengan suara keras.
Di ruang makan, Arlan dan Wildan saling pandang. Mereka bicara melalui tatapan mata, ada ketegangan di antara keduanya, namun tak ada satu pun dari mereka yang angkat bicara.
Sedangkan Arby sibuk dengan pikirannya sendiri, sesekali dia menghela nafas berat. Sampai kapan semua ini akan terjadi, pikirnya.
Gadis itu semakin keras.
🍁🍁🍁🍁
Arby berdecak kesal, lagi-lagi dia terusir dari kamarnya sendiri. Dia lalu meminta kunci cadangan unyuk membuka pintu kamarnya. Dia melihat Freya yang sudah tidur nyenyak dengan diiringi lagu yang suaranya sangat nyaring, dia langsung mematikan lagu itu sebelum gendang telinganya rusak. Arby langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya, setelah itu ikut bergabung dengan Freya di kasur. Jangan harap dirinya akan mengalah dan memilih tidur di sofa, ini kan kamarnya.
Kedua insan itu tak dapat tidur dengan anteng. Mereka saling tendang meski dilakukan tanpa sadar. Tidur mereka memang tak ada indah-indahnya. Posisi kaki Freya ada di atas perut Arby, sedangkan lengan Arby ada di atas dada Freya. keduanya terbangun karena merasakan ada sesuatu yang berat menimpa tubuh mereka.
Mereka saling pandang cukup lama, lalu melanjutkan kembali tidur mereka tanpa ada pertengkaran. Sepertinya keduanya sama-sama berpikir bahwa mereka sedang bermimpi dan salah lihat, bahkan mereka membenarkan posisi tidur mereka. Freya menjadikan lengan Arby sebagai bantalnya, sedangkan Arby menjadikan Freya sebagai gulingnya.
Hujan turun dengan deras, membuat udara semakin dingin. Keduanya saling merapatkan diri, nafas Arby terasa di wajah Freya, membuat gadis itu sedikit geli dan bergumam pelan namun tidak sampai membuatnya terbangun.
Arby sendiri juga merasa ada hembusan di lehernya, membuatnya menggeliat pelan, tapi tidak melepaskan pelukan dari guling hidupnya.
Keduanya sama-sama tidur dengan nyenyak.
Matahari mulai menampakkan dirinya, sinarnya yang tembus melalui kordeng membuat silau. Arby mulai menggerakkan tubuhnya, gerakan itu membuat Freya terbangun. Mata mereka sama-sama terbuka.
"Arrrrggghh ... Arby sialan, dasar mesum. Kamu apakan aku, hah?"
"Dih, ada juga kamu yang ngapa-ngapain aku."
Freya menimpuk Arby dengan guling. Tidak ingin kejadian tadi malam terulang, Arby kini mendorong Freya dengan kencang dan langsung duduk di atas perutnya.
"Diam, gak!"
Freya ingin menendang Arby, namun Arby sudah lebih dulu mengunci kedua kaki Freya. Begitu juga dengan kedua tangan Freya yang sudah ditahan oleh Arby.
"Mau apa, hah?"
"Praktek jadi drakula," jawab Arby santai.
"Dasar gila!"
Sebelum Arby mendekatkan wajahnya pada leher Freya, pintu sudah diketok.
"Arby, Freya ... kalian masih tidur? Enggak ke sekolah? Sudah siang loh. Apa lagi bikin anak, ya?"
Arby dan Freya saling pandang, seperti sedang mencerna perkataan Elya yang masih ada di depan pintu kamar.
Entah apa yang mereka cerna.
Sekolah?
Sudah siang?
Atau bikin anak?
Memang ini hari apa, sih?
Gawat, ini hari Senin. Mereka melihat jam yang ada di dinding.
"Arrgggghh ... sudah jam sembilan!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
Rhima Erdhina
ya ampun....
2022-07-18
0
Anisnikmah
ya ampun jam 9. intinya kenyamanan
2022-03-07
0
Desak Reni
kok nggak up 2 lagi thor
2021-09-04
0