...~ Chapter 7 ~...
Dimas dengan mata elangnya menatap tajam ke arah gadis tersebut"Emang telinga kamu budeg apa ? kamu nggak denger apa, kalau aku barusan bilang. Semenjak aku ketemu sama kamu, hidup aku tuh selalu dalam masalah." Teriak Rara dengan emosi yang meledak-ledak
"Dasar cewek nggak nggak tau terimakasih, masih mending aku nggak bikin perhitungan sama kamu dan bawa kamu kekantor polisi sekarang dengan pasal tuduhan kejahatan terencana." Celoteh Dimas panjang lebar
"Ya udah laporin aja sana, biar aku bisa nuntut balik kamu dengan tuduhan penganiayaan. Biarin kita sama-sama masuk penjara sekalian" Balas Rara dengan sengitnya
"Kita ? kamu aja kali. Aku mah ogah masuk penjara apalagi bareng gadis cerewet seperti kamu, bisa-bisa telinga aku panas dengerin celotehan kamu setiap hari."Ketus Dimas
Tak lama kemudian Vivi pun datang menghampiri Rara. Ia sedikit kaget ketika melihat pria yang waktu itu mengejar mereka berdua
"Loh ini kan pak satpol PP kemarin yang habis ngejer aku sama Rara. Dia ngapain ada disini, semoga aja nggak nuntut aku sama Rara kekantor polisi," Batin Vivi sambil menoleh kearah Dimas dengan perasaan was-was
"Ra kamu nggak papa kan ? Duh Ra Kenapa lutut dan kaki kamu berdarah sih ?" Tanya Vivi sedikit panik
"Biasa lutut sama kaki gue habis nyium aspal, jadi kek gini deh. Mungkin dia kangen kali yah lama nggak saling ketemu mereka." Rara masih sempat-sempatnya bercanda di tengah kondisinya yang sedang terluka itu
"Duh Ra kasihan banget sih kamu. Ra kenapa nih satpol PP bisa ada disini ?" Berbisik pelan kearah Rara
"Eh ini lagi Curut satu datang, jangan-jangan kamu yang bantuin Nih cewek Mak Lampir buat ngempesin ban mobil aku. Ngaku Nggak sekarang." Sentak Dimas dengan memasang ekspresi garanhya
"Eh Emang kalau aku yang bantuin dia kenapa ? masalah buat Loh. Asal kamu tahu seorang sahabat harus membantu temannya dalam suka dan duka jadi aku pasti bakalan ngelakuin hal itu dong buat bantuin sahabat aku ini." Kata Vivi dengan jujur, maklum dia anaknya sedikit polos dan kadang otaknya suka ngelag gitu.
"Sumpah aku gemesss banget pengen ngarungin kalian berdua dan melempar kalian kelaut lepas supaya jadi santapan Hiu sekalian !" Dimas mengusap wajahnya dengan kasar saking gemesnya sama tingkah menyebalkan dua bersahabat itu
"Seenaknya aja kalau ngomong, sebelum kamu ngelakuin hal itu ke kita bersua, aku akan hajar kamu duluan sampai babak belur." Sahut Rara yang tak mau kalah
Dimas pun menendang botol minuman yang ada didekatnya sampai ringsek sebagai bentuk pelampiasan kekesalannya yang tidak bisa diungkapkan lagi dengan kata-kata
"Eh kok marah, kan kasian botolnya jadi korban." Rara sedikit terkejut melihat Reaksi Dimas
"Masih mending botolnya yang gue penyok, untung belum kalian berdua." Jawab Dimas dengan ketus
"Eh udah-udah berantemnya kita pending dulu, entar kita lanjutin lagi kalau ketemu. Aku mau pulang dulu, nanti aku dimarahin kalau pulang terlambat lagi."
"Ra kamu yakin bunda kamu nggak bakalan marahin kamu lagi, kalau liat kamu pulang dalam kondisi luka-luka kek gini ?" Sahut Vivi dengan ekspresi khawatir, ia tahu betul bagaimana sikap protektif dan khawatir berlebihan yang dimiliki oleh Bundanya Rara
"Aku nggak yakin sih Vi, aku hanya takut mama nggak bakalan ngizinin aku main skateboard lagi" Ekpresi Wajah Rara langsung berubah jadi sendu
"Dasar anak mami, masa gitu aja harus takut. Manja banget sih Nadia orang." Dimas tiba-tiba menyahut tanpa diminta
"Eh bisa diam nggak disitu, kamu tuh nggak tau bunda aku seperti apa. Gue kan udah aku bilang tadi, aku lagi malas berantem sekarang. Nanti kapan-kapan kita lanjutin lagi, aku mau pulang."Ucapnya tanpa basa-basi lagi
"Vi bantuin gue berdiri dong, lutut gue sumpah sakit banget." Rara pun menyerah buat berdebat dengan Dimas
Dimas sekilas melirik Rara yang nampak kesusahan berdiri dengan kondisi lututnya yang lecet dan terluka itu
"Eh mau aku bantuin berdiri nggak ? mumpung aku lagi baik nih." Karna kasihan Dimas pun akhirnya menawarkan untuk membantu Rara yang terlihat kesulitan berdiri
"Nggak usah, aki nggak sudi disentuh sama orang seperti kamu." Sahut Rara dengan bar-barnua
"Yaudah kalau nggak mau ditolongin, aku nggak bakalan rugi juga kok."
"Ra kamu yakin bisa pulang bawa motor dalam kondisi kek gini ?" tanya Vivi memastikan
"Akan gue usahain Vi, gue kuat kok. Luka ini nggak seberapa sakitnya" Rara berusaha berbohong, padahal aslinya dia pengen menangis sekencang-kencangnya apalagi setelah dikasih obat merah yang ada damage sakitnya malah nambah. Cuman dia tidak mau terlihat lemah di depan Dimas
"Dasar cewek munafik, aku nggak percaya kalau dia sekuat itu. Aku aja pas kecil pernah jatuh dari sepeda, butuh waktu satu hari baru bisa berhenti menangis. Masa dia nggak sih ?," Batin Dimas menatap ragu pada gadis tersebut
"Oke untuk sementara, aku lupain dulu dendam aku sama kamu. Mending aku antarin kamu pulang dulu, kayaknya kondisi kamu nggak memungkinkan bawa motor untuk pulang yang ada kamu bisa mati konyol dijalanan." Ujarnya menawarkan
"Ra gimana nih, kamu tau sendirikan aku nggak bisa bawa motor. Jadi kita terima tawarannya atau tidak ?" Sahut Vivi
"Nggak usah ngantarin aku, lagian teman aku nggak bisa bawa motor. Nggak mungkin juga aku ninggalin motor aku disini, yang ada motor aku bisa digondol maling."
"Ya udah terserah kamu aja, yang penting aku udah niat baik buat nolongin kalian. Huh... buang-buang waktu aku aja." Sungut Dimas dengan kesal sambil meninggalkan mereka berdua dengan ekspresi dongkol
Tapi saat setengah perjalanan, Dimas berbalik lagi ke mereka untuk menawarkan dirinya
"Yakin beneran nggak mau aku anterin pulang kerumah ? ," Tanya Dimas lagi, jiwa kemanusiaannya merasa terpanggil maklum dia anak relawan dikampusnya
"Eh ngapain balik lagi sih, kalau aku udah bilang enggak usah yah enggak. Kenapa jadi kamu yang nyolot banget sih, udah pergi aja sana." Ketus Rara sambil mengusir Dimas
"Dasar Mak Lampir, harga dirinya tinggi banget sih dibandingkan rasa sakitnya. Makan tuh harga diri, Huh nyesel tahu aku mau nolongin dia tadi. Udah, aku mau cabut beneran. Bodoh amat sama keaadaanya...,"Umpat Dimas ambil berbalik meninggalkan Rara dan sahabatnya itu
Dengan tertatih-tatih Rara yang dirangkul sama Vivi mulai berjalan ke arah motornya.
"Vi nanti gue bawa motornya agak pelan yah, semoga aja gue kuat bawanya sampai rumah. Doain gue juga semoga Bunda gue nggak kasih gue ceramah lagi pas pulang."
"Iya Ra pasti, yaudah kita pulang gih nanti keburu masuk magrib."
Mereka berdua pun pulang kerumah. Namun ditengah perjalanan menuju rumahnya, Rara tak berhenti menangis sambil mengigit bibirnya. Luka dilututnya terasa nyut-nyutan hingga terasa sampai diotaknya.
"Ya Allah, sumpah ini perih banget.... aku kira nggak bakalan sesakit ini. Kalau yang ini mah perihnya sampai ke tulang Hiks....hiks....hiks." Rara kembali menangis
"Ra Loh beneran nggak papa kan ? kok aku dengernya kamu kek nangis gitu." Tanya Vivi
"Beneran gue nggak papa, mata gue hanya kelilipan doang kok."Dalih Rara
Akhirnya tak lama kemudian Rara pun berhasil mengantarkan Vivi Sampai dirumahnya dengan selamat.
"Terimakasih Ra udah nganterin aku sampai rumah, kamu pulangnya hati-hati yah jangan ngebut-ngebut."
"Oke Vi, sampai jumpa."
Rara pun segera membawa motornya dengan pelan-pelan kerumahnya, untung saja rumahnya tidak jauh dari rumah Vivi sahabatnya.
Rara pun berjalan dengan cemas masuk kedalam rumahnya, dan benar saja Ayah dan ibunya sudah ada di ruang tamu menunggunya. Sepertinya mereka juga baru pulang dari kantor.
Saat melihat anaknya datang dalam kondisi memprihatinkan, ibunya Rara langsung berteriak.
"Ya Allah anak kesayangan Mama, Apa yang terjadi sama kamu nak ? Kenapa lutut sama kaki kamu sampai luka-luka begini sih."Langsung berlari memeriksa keadaan putrinya
"Ini lukanya agak parah sayang, jangan bikin Bunda khawatir dengan keadaan kamu yang seperti ini jangan terluka lagi yah sayang." Sahut ibunya menambahkan
"Anu bund, tadi Rara habis jatuh dari papan skateboard dan akhirnya kebentur sama aspal dijalanan, tapi kondisinya lagi dalam keadaan terdesak nolongin bocil yang hampir ditabrak mobil truk bund," jawab Rara dengan jujur
"Kalau kamu nggak bisa jaga diri kamu dengan baik, lain kali mama nggak akan memberikan kamu izin untuk main skateboard lagi. Kamu ini tidak memikirkan keselamatan diri sendiri" Omel mamanya
"Tapi Bunda, ...,"
"Tidak ada tapi-tapian, apalagi besok malam calon besan mama dan anaknya ingin bertemu sama kamu. Kalau dia lihat keadaan kamu seperti ini bisa-bisa mereka menurunkan uang panaik (mahar pernikahan) untuk kamu sayang." Sahut ibunya sambil mengelus kepala anaknya
"Ihh...Bunda ini ! kenapa malah mentingin uang panaik sih daripada kondisi anaknya sendiri. Lagi pula kalau mereka tidak suka sama Rara, yah Alhamdulillah Rara malah bersyukur banget Bunda."
"Kamu nggak boleh bilang begitu sayang, yasudah kamu segera ke kamar sana. Nanti Mama akan bantu buat ngobatin luka kamu.Pokoknya besok kamu nggak boleh kemana-mana, istirahat full di kamar kamu yah sayang," Sahut ibunya menambahkan.
...~~~...
Keesokan Harinya.....
Dimas dan ketiga temanya berlarian dengan cepat menuju kelasnya, pasalnya mereka ada ujian pagi ini dengan materi bahan presentasi dari kelas Si Dosen Killer Pak Kevin.
Untung saja Pak Kevin belum datang, namun betapa terkejutnya mereka saat yang masuk adalah Dosen lain yang jauh lebih muda daripada Pak Kevin.
"Halo selamat pagi semua perkenalkan nama Saya Pak Bryan, karna untuk sementara Ayah saya sedang tugas ke luar kota jadi saya yang akan menggantikan beliau untuk sementara mengajar." Sapa Dosen baru itu sambil memperkenalkan dirinya
Semua mahasiswa saling melempar pandangan nampak tidak percaya, tenyata Dosen tampan nan muda yang berdiri didepan mereka adalah anaknya Pak Kevin. Mereka berharap semoga saja anaknya nggak sekiller bapaknya wkwkwk.
"Oke karna bahan ujian hari ini adalah materi presentasi dari masing-masing kelompok. Jadi saya persilahkan kelompok yang mau maju pertama kali untuk presentasi naik kedepan, dengan membawa bahan presentasi dan makalah dari kelompoknya."
Namun mahasiswa hanya saling pandang, tak ada yang mau naik pertama kali untuk presentasi. Karna merek belum tahu seperti apa sosok Pak Bryan ini.
"Baiklah kalau tidak ada yang mau maju, maka saya akan menyebutnya sendiri. Kelompok yang saya sebut otomatis harus maju kedepan."
"Baik Pak.....!," semua mahasiswa menjawab serentak bersamaan.
"Karna saya suka angka 5, maka kelompok lima silahkan maju kedepan," Titah Pak Bryan tanpa bisa ditawar lagi
Semua mahasiswa nampak sibuk mengecek kesiapan bahan presentasinya, ada juga yang bahkan tidak tahu dia masuk di kelompok mana. Tak terkecuali Dimas, iapun mulai memeriksa catatannya, ah sial ternyata Dimas, Bima dan Rizky adalah kelompok 5.
Merekapun saling beradu pandang." Bima Loh udah ngerjain PPT nya belum ?," Tanya Dimas
"Ya belumlah, tadi malam gue nggak sempat ngerjain karna gue nonton pertandingan Barcelona sama Real Madrid sampai dini hari, jadi kelupaan deh sampai pagi," Jawab Bima dengan senyum tampa dosa
Mereka bertiga pun akhirnya memilih maju kedepan untuk berterus terang kepada Pak Bryan.
"Pak mohon maaf sebelumnya, kami bertiga ternyata belum sempat ngerjain PPT nya." Kata Rizky dengan ekspresi wajah takut
"Terus kalian ngapain masih berdiri disitu ? emangnya kalian mau baku liat-liat sampai kembar disitu Hah..," Jawab Pak Bryan dengan ekspresi datar
"Jadi pak boleh kami kembali ke tempat duduk kami lagi ?.Tanya Bima memastikan
"Tidak boleh, mahasiswa yang tidak menyiapkan bahan presentasinya. Silahkan meninggalkan kelas ini dengan hormat" Kata Pak Bryan dengan aura dinginya
"Tapi pak kita bisa error di mata kuliah ini pak, kalau tidak mengikuti ujian akhir ini." Keluh Dimas
"Saya akan memberikan tugas pengganti kepada kalian untuk mereview sebanyak 20 Jurnal tentang materi kelompok kalian dan harus di kumpul diruangan saya besok sebelum jam 08.00, diatas itu saya tidak terima lagi. Oh ya satu lagi, tidak ada boleh yang sama diantara anggota kelompok mengerti....!,"
"Apa pak .....? Teriak mereka bersamaan.
...~Bersambung~...
Jangan lupa tekan like,vote dan komentar yang banyak. Kalau likenya banyak Author juga akan semakin rajin updatenya hehehe. Happy Reading 😄❣️❣️❣️🍃🍃🍃🍃🍃🍃
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Ann.
Bukannya Rara punya saudara laki-laki yah diawal episode. Kok sekarang dia jadi anak satu-satunya bearti gak punya saudara dong?
2021-12-01
2
Tutik Sriwahyuni
dosennya ajib dah 🤣
2021-10-23
2
Nindira
Semangat lanjut thor likenya nyicil ya
2021-10-12
1