"Sayang, Apa kamu ada didalam. Kaili sayang," panggil Nyonya Howin sambil mengetuk pintu kamar Kaili.
"Iya, Ibu. Maaf, tadi aku masih mandi." Ucap Kaili ketika membuka pintu kamarnya.
"Baguslah kalau kamu sudah mandi. Ini, pakai gaun ini. Kita diundang untuk makan malam di Mansion keluarga Tuan Shilin. Kamu dandan yang cantik ya, Sayang." Ujar Nyonya Howin sambil memberikan gaun ketat berwarna putih milik Jia.
"Baik, Ibu. Terima kasih Gaunnya." Jawab Kaili.
"Iya, cepat sedikit ya. Supir yang dikirimkan Tuan Besar Shilin sudah menunggu di depan." Seru Nyonya Howin.
"Baiklah, Ibu." Jawab Kaili langsung menutup pintu kamarnya untuk cepat-cepat bersiap.
"Astaga, gaun ini ketat sekali. Ah iya, tubuhku dan Jia sangat jauh berbeda. Sepertinya aku semakin gemuk." Ucap Kaili sambil meraba tubuhnya yang ia rasa semakin gemuk. Padahal dia tidaklah gemuk sama sekali, hanya saja tubuhnya memanglah sangat ideal bak gitar spanyol. Demgan tinggi 168 cm, lingkaran dada ukuran D dan CD berukuran L, benar-benar sempurna. Siapa saja yang melihatnya tidak akan dapat menolak pesona tubuhnya yang begitu indah.
Dengan menggunakan Gaun ketat berwarna putih itu, semakin memperlihatkan komolekan tubuh idealnya.
Jika tubuhnya begitu seksi, berbanding terbalik dengan wajahnya yang oriental terkesan begitu imut. Hasilnya dia memiliki wajah imut perpaduan cantik. Benar-benar sempurna, kita lihat sebatas apa Presdir Lee yang terkenal dingin itu mampu menahan hasratnya, ketika berhadapan dengan Kaili yang pastinya lebih cantik daripada kekasihnya itu.
Kaili sengaja menggerai rambut panjang gelombangnya agar menutupi bagian punggungnya yang terbuka. Ah, gaun malam ini bukanlah seleranya. Tapi apa boleh buat, dia tidak punya gaun yang indah. Ada sih beberapa. Tapi Kaili yakin, kalau gaunnya sudah tidak sebagus dulu lagi—karena sudah lama sekali. Kaili tidak ingin membuat Ibu dan Adik tirinya malu dengan menggunakan pakaian yang tidak layak. Dia juga tidak ingin direndahkan oleh calon Suaminya nanti bila melihat dia tidak tampil cantik.
30 menit perjalanan. Kini, Kaili, Nyonya Howin, dan juga Jia pastinya. Sudah berada didepan Mansion mewah milik Tuan Besar Shilin pemilik Mou Grup yang sudah mendunia.
"Waw, Kakak benar-benar beruntung akan jadi ratu di istana mewah ini." Ucap Jia kagum akan kemegahan Mansion keluarga Mou.
"Ayo kita masuk," ajak Nyonya Howin menggandeng Kaili sambil melewati barisan pengawal yang berdiri tegak di samping kanan dan kiri mereka.
"Silahkan masuk, Nyonya dan Nona-Nona, Tuan Shilin sekeluarga sudah menunggu di ruang makan." Sapa seorang Nupu yang menyambut mereka dan mengarahkan kemana mereka akan melangkah.
Kaili, Jia dan Nyonya Howin mengekor dibelakang Nupu itu, melewati ruangan besar dengan sofa berwarna gold. Tiang demi tiang besar juga mereka lewati. Lihatlah betapa binar kekaguman begitu terlihat di raut wajah Nyonya Howin dan Juga Jia. Berbeda dengan Kaili yang diam karena memang tidak bisa melihat apa pun. Cukup lama mereka berjalan, hingga tibalah disebuah ruang makan dengan meja dan kursi yang begitu mewah.
"Selamat datang, Nyonya Howin dan selamat datang juga untuk kedua Putrimu yang cantik-cantik." Sambut Nyonya Aeri ramah.
"Ayo salahkan duduk." Sambung Nyonya Aeri lagi. Aeri adalah Ibu dari Presdir Lee, meski sudah paruh baya. Tapi, kecantikannya masih terpancar hingga saat ini.
"Terima kasih, Nyonya Besar Aeri." Jawab Nyonya Howin mengambil posisi duduknya.
"Nyonya Aeri saja, rasanya aku sudah sangat tua bila dipanggil Nyonya besar." Ujar Nyonya Aeri berkelakar.
"Sayang berbicaralah, ah kau kenapa sangat dingin." Ujar Nyonya Aeri pada Suaminya Tuan Shilin.
"Selamat datang calon menantuku Kaili, selamat datang Nyonya Howin dan Jia. Perkenalkan ini Istriku tercinta, Aeri. Dan ini Putriku namanya Yeji, usianya 21 tahun. Dan ini dia Putra pertamaku, namanya Lee Yin Mou. Kalian bisa memanggilnya Lee." Jelas Tuan Shilin memperkenalkan satu persatu anggota keluarganya.
"Hallo, Nyonya Aeri, Nona Yeji, dan Hallo juga Presdir Lee." Sapa Nyonya Howin memasang raut wajah seramah mungkin.
Nyonya Howin tersenyum kecut, saat sapaan ramahnya tidak di jawab atau mendapatkan anggukan kepala dari Yeji ataupun Presdir Lee. Tampaknya mereka berdua sama-sama dingin dan tidak suka banyak bicara.
"Kalau begitu, silahkan dimakan hidangannya." Seru Nyonya Aeri ramah.
Nyonya Howin dan Jia, tanpa merasa malu—langsung mengambil beberapa jenis makanan laut yang terlihat begitu lezat. Keduanya sekatika melupakan Kaili yang masih terdiam, karena tidak hapal dimana letak hidangannya.
"Kaili kenapa tidak makan, Sayang?" Tanya Nyonya Aeri heran.
"Ehm, maaf ... Saya tidak bisa melihat dimana makanannya. Saya takut salah pegang." Jawab Kaili jujur.
"Cih! Mengambil makanannya sendiri saja dia tidak bisa. Bagaimana dia akan menjadi Istriku. Dan melayaniku, Ayah benar-benar sudah gila." Umpat Presdir Lee dalam hatinya.
"Ah iya. Maafkan Ibu, Sayang. Ibu sampai melupakanmu." Ujar Nyonya Howin segera mengambilkan makanan untuk Kaili. "Ayo makanlah, Sayang. Makanya sangat-sangat enak. Pasti Nyonya Aeri yang memasaknya bukan?" Sambungnya memuji Nyonya Aeri—mencari muka.
"Bukan, bukan saya yang memasak. Ini masakan Nupu kami." Ralat Nyonya Aeri membuat Nyonya Howin—terdiam tak enak hati karena salah menebak.
Selesai makan malam, semuanya menuju ruang tamu untuk berbincang-bincang.
"Kamu sangat cantik, Sayang. Beruntung sekali Putraku." Puji Nyonya Aeri mendekati Kaili. "Bukankah kita punya kesamaan, nama kita berdua hampir mirip, Sayang." Sambung Nyonya Aeri lagi.
"Hanya nama, Ibu tidak buta sepertinya." Saut Presdir Lee terlihat begitu tidak menyukai Kaili.
Demi apapun, hati Kaili begitu sakit mendengar hinaan pemilik suara baritone itu. Sudah biasa baginya mendapat hinaan seperti itu. Tapi biasanya dia kebal. Entah kenapa air matanya merontak ingin keluar kala mendengar hinaan itu keluar dari mulut calon Suaminya sendiri.
"Lee jaga ucapanmu. Kaili ini adalah calon Istrimu!" Bentak Nyonya Aeri tak suka mendengat ucapan Putrannya. Lee tampak diam, dia tidak suka membantah kedua orangtuanya. Sedangkan Nyonya Howin dan Jia saling senggol menyenggol. Dari raut wajahnya—mereka berdua tampak begitu senang sekaligus terkejut. Keduanya tidak menyangka bahwa Presdir Lee akan menyatakan ketidaksukaannya secara terbuka didepan semua orang. Mereka berdua begitu yakin kalau Presdir Lee tidak akan menyukai Kaili.
"Kamu baik-baik saja'kan, Sayang. Maafin Lee ya, dia memang seperti itu. Jangan diambil hati ucapannya tadi." Bujuk Nyonya Aeri.
"Tidak apa-apa, Nyonya. Saya baik-baik saja." Jawab Kaili berusaha menunjukan senyuman manisnya walau jelas tampak terpaksa.
"Mommy, mulai sekarang jangan panggil aku Nyonya. Tapi, panggil Mommy." Saut Nyonya Aeri.
"Baik Nyon—eh Mommy." Ucap Kaili gugup membuat Nyonya Aeri tersenyum gemes.
"Mommy, saya permisi ke toilet sebentar." Pamit Kaili akan berdiri.
"Tentu saja, Sayang. Nupu, tolong antarkan menantu saya!" Titah Nyonya Aeri.
"Baik, Nyonya." Jawab sang Nupu sopan sambil membungkukkan badannya.
"Kanan Nona kanan," ujar sang Nupu mengarahkan langkah Kaili yang hampir menabrak pintu toilet.
"Terima kasih, Nupu. Maaf merepotkan." Ujar Kaili.
"Tidak sama sekali, Nona." Balasnya ramah. Karena tak tahan Kaili pun segera menunaikan hajatnya. Begitu selesai, Kaili kebingungan mencari tongkat petunjukkannya. Karena terburu-buru—hingga melupakan dimana dia meletakkan tongkatnya.
"Kau mencari ini," ucap Suara baritone yang Kaili kenal.
"Tu-tuan Lee. Se-sejak ka-pan anda disini!?" Tanya Kaili gugup.
"Astaga, apa dia melihatku tadi. Kenapa aku lupa mengunci pintunya. Ah! Memalukan." Batin Kaili panik.
"Sejak kau membuka celanamu. Boddymu boleh juga." Goda Lee.
"Tuan tidak seharusnya melakukan itu. Ini pelecehan seksual, saya bisa menjerat Tuan dengan undang-undang!" Kesal Kaili.
"Wah! Kalau begitu aku akan masuk penjara. Nanti beritanya begini, Presdir Lee dipenjarakan oleh Istrinya, karena tak sengaja melihat tubuh Istrinya sendiri. Ahahaaha ... Kau lucu juga. Tidak akan bosan juga kalau aku menikah denganmu, aku tidak sabar ingin melihatmu tak berdaya dibawah tubuhku." Ujar Tuan Lee terlihat begitu senang membuat Kaili panik.
"Tuan jangan macam-macam padaku!" Seru Kaili bersiap mengangkat tongkatnya untuk memukul Presdir Lee. Sudah tidak ada apapun dihadapnnya. Hanya udara kosong yang dia pukul dengan tongkatnya.
"Apa dia sudah pergi?" Ucap Kaili meraba menggunakan tongkat di tangan kanannya.
"Astaga, dengan pria seperti apa aku akan menikah. Sepertinya dia sangat mengerikan. Ah, dia sudah melihatku saat pipis, itu benar-benar memalukan." Sambung Kaili lagi.
"Apa ada orang!" Teriak Kaili berusaha mencari seseorang untuk mengantarkannya menuju ruang tamu. Tidak ada sautan, akhirnya Kaili memutuskan untuk mencari jalan sendiri.
"Aku belum hapal tempat ini, kemana dindingnya? Tiang juga apa tidak ada? Astaga, sebesar apa rumah ini! Dimana aku sekarang?" Ucap Kaili frustasi.
Catatan penting
Nupu : Pelayan (China)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Nur Lizza
smg kaili cpt sembuh dn bs melihat kembali.krn kai gk bt dr lahir
2023-04-09
0
ZaeV92
wah asik nih cerita ny😄😄
2021-11-10
0
Yunia Afida
awas tar masuk kamar Lee
2021-08-24
0