Kaili, adalah seorang gadis yang sangat cantik wajahnya, tubuhnya, serta hatinya. Cantiknya memancarkan kesempurnaan, yang bukan hanya terlihat cantik dari luar, tapi juga cantik dari dalam. Mungkin karena dirinya terlalu sempurna. Hingga dia diberikan sebuah kekurangan yaitu tidak bisa melihat.
Kekuarangan, bagi Kaili—tidak bisa melihat bukanlah sebuah kekuarangan. Baginya, tidak bisa melihat adalah cara Tuhan untuk menguji sekuat apa dirinya. Tidak bisa melihat—bukan berarti tidak bisa melakukan apa pun. Hanya matanya yang ditutup oleh Tuhan, agar tidak melihat betapa buruknya orang yang berbuat buruk. Tapi hatinya, hatinya jelas terbuka. Hatinya jelas bisa melihat lebih jelas dan bisa merasakan lebih dalam. Baginya, lebih baik buta mata daripada buta hati.
"Sudah waktunya aku masak makan siang," ujar Kaili sambil mengusap wajahnya.
Turun dari ranjang, tak lupa membawa serta tongkatnya sebagai petunjuk jalannya agar tidak menabrak.
Dengan hatinya, Kaili merasakan dimana letak sendalnya. Begitu mendapatkannya, Kaili langsung memasukkan kakinya.
Kaili berdiri, dengan tongkat terus berada di tangan kanannya sedangkan tangan kirinya dia julurkan kedepan untuk meraba-raba.
Dunia Kaili tidak hitam seperti saat kalian menutup mata. Duniannya hanya berwarna putih polos. Tapi dengan hatinya—Kaili bisa mengingat jelas setiap bagian-bagian disetiap sudut rumahnya. Tak pernah sekalipun Kaili tersesat.
Kaili mengalami buta baru sekitar 2 tahun. Tepatnya, sebulan setelah kematian Ayahnya.
Diawal-awal memang begitu banyak kesulitan yang Kaili alami. Tapi, berkat bantuan Ibu dan Adik tiri yang begitu baik kepadanya. kaili tidak pernah merasa sedih apalagi kesepian. Hidupnya, dia jalani seperti biasa.
Karena dulu Ibunya sangat suka melakukan pekerjaan rumah. Kaili pun juga suka melakukan pekerjaan rumah. Seperti saat ini. Kini, Kaili telah berada di dapur. Membuka kulkas lalu meraba-raba untuk mengetahui apa saja yang ingin dia ambil.
Daging dan berbagai jenis sayuran. Satu persatu, Kaili keluarkan dari dalam kulkas, langkah awalnya adalah membersihkan daging. Begitu selesai, Kaili langsung membersihkan sayuran. Selanjutnya, Kaili memotong wortel, daun kale, dan jenis sayuran lainnya. Dengan Indra peraba dan penciumannya, Kaili dapat dengan mudah mengetahui sayuran apa yang kini dia potong.
Memanaskan panci, lalu menuangakan sedikit minyak zaitun.
Seerr, serrr
Suara minyak yang menolak kehadiran daging. Tapi lama kelamaan, daging meresap semua minyak dan membuatnya menjadi matang sempurna. Dari wanginya, Kaili paham betul bahwa daging yang dia panggang telah matang seutuhnya.
Memejamkan matanya, Kaili menikmati wangi rempah yang telah menyatu dengan daging, yang sah merubah nama menjadi steak—yang terlihat begitu nikmat bila bertemu dengan Indra perasanya.
Setalah menyajikan steak hasil karyanya ke dalam Piring. Kaili langsung mengantarkannya ke atas meja di ruang makan—yang berada tepat didepan ruang masak. Hanya bersekat separuh dinding saja.
Setalah meletakkan steaknya satu persatu. Kaili pun segera kembali ke dapur untuk membuatkan sup sayur kesukaannya. Hanya sekitar 15 menit, Sup sayuran telah matang dan langsung dia letakkan di meja makan.
"Hemm ... Wangi sekali. Kak Kaili yang masak ya, wah, pasti enak banget ini." Puji Jia langsung mengambil posisi duduk.
Jika Jia langsung melahap steak yang tersaji di meja makan, berbeda halnya dengan Nyonya Howin yang masih harus melanjutkan aktingnya untuk berbuat baik di depan Kaili.
"Sayang, sudah ya. Biar Ibu yang bereskan dapurnya, kamu langsung makan gih, pasti kamu lelah'kan." Ucapnya kembali berakting.
"Iya, Ibu." Jawab Kaili menuju ruang makan dengan tongkatnya.
"Ibu, abis makan. Aku akan pergi ke pemakaman Ayah dan Ibuku." Ucap Kaili meminta Izin.
"Ibu antarin ya," tawar Nyonya Howin sambil melahap makanannya.
"Tidak perlu, Ibu. Kaili bisa naik taksi." Tolak Kaili. Nyonya Howin tak menjawab tapi dia memberi kode pada Putrinya Jia.
"Aku saja, aku saja yang temani Kakak, ya?" Tawar Jia dengan wajah kesalnya.
"Tidak usah, Jia. Bukankah kamu akan pergi jalan-jalan bersama Jeno." Tolak Kaili.
"Kakak tau aja," jawab Jia berpura-pura akrab.
"Yasudah kalau begitu, kamu berangkatnya hati-hati ya, Sayang. Ibu tunggu kamu di rumah." Sambung Nyonya Howin.
Sore harinya, setelah mandi dan berpakaian rapi. Kaili, langsung keluar dari rumahnya menuju jalan raya untuk menunggu taksi lewat.
Hanya berdiri saja, biasanya akan ada taksi yang menghampirinya.
"Nona Kaili, Nona mau ke pasar ya?" sapa seorang sopir yang biasanya mengantar Kaili ke pasar.
"Ah tidak, Pak. Saya ingin kepemakaman. Bisa antar saya?" Tanya Kaili.
"Tentu saja, Nona. Ayo silahkan naik." Ucap supir taksi itu sopan.
Hanya 10 menit perjalanan. Kini, Mobil berhenti didepan sebuah toko bunga.
"Nona Kaili, ingin membeli bunga dulu bukan?" Tanya sang supir.
"Iya, pak. Kita sudah sampai di toko bunga ya?" Tanya Kaili.
"Iya, Nona. Kita sudah sampai. Saya akan membeli bunganya untuk Nona." Tawar sang supir.
"Tidak perlu, pak. Saya bisa sendiri." Tolak Kaili lembut.
Kaili segera keluar dari mobil menuju toko bunga. Begitu mendapatkan bunganya, Kaili langsung berbalik badan akan kembali ke mobil.
"Aw!" Teriak seorang anak kecil yang tak sengaja Kaili tabrak.
"Eh, siapa ya? Maaf saya tidak sengaja." Ucap Kaili panik sambil meraba mencari dimana tongkatnya.
"Aw! Lututtu satit," ringis anak kecil yang masih cadel.
"Maafin saya ya, nak. Saya tidak sengaja." Bujuk Kaili.
"Ibu!" Teriak anak kecil itu langsung memeluk erat Kaili.
"Eh, ada apa ini? Dewa, maaf Nona. Anak saya memang sering mengangap semua wanita yang ditemuinya sebagai Ibunya." Ujar seorang pria bule berwajah tampan.
"Tidak apa-apa, Tuan. Sepertinya Dewa sangat merindukan Ibunya." Saut Kaili tersenyum manis walau salah menatap karena dia tidak bisa melihat.
"Ayah, ayo tita bawa pulang Ibu," mohon anak kecil berusia 4 tahun itu. Kaili tersenyum mendengar ucapan Dewa yang terdengar sangat menggemaskan karena bocah lelaki itu tidak bisa menyebutkan huruf k.
"Sayang, dengar Ayah baik-baik. Tante ini bukak Ibu, Ibumu sudah tenang dialamnya." Bujuk Sang bule tampan yang bernama Gerod.
"Tidat mau, Ayah. Dia Ibutu, Ayo bawa pulang Ibu!" Teriak Dewa histeris tak Ingin melepaskan Kaili dan terus memeluk Kaili erat.
"Ayo, sayang. Kita harus pulang, Nenek sudah menunggu kita lama." Ujar Gerod mengambil paksa Putranya. "Sekali lagi saya mohon maaf atas nama Putra saya, Nona." Ucap Gerod tulus.
"Ibu! Ibutu!" Teriak Dewa terus histeris.
"Iya, Tuan. Tidak apa-apa." Jawab Kaili kembali menuju mobil yang telah lama menunggunya.
"Maaf, bapak jadi menunggu lama." Ucap Kaili ketika masuk kedalam mobil.
"Tidak apa-apa, Nona." Jawab sang supir.
5 menit kemudian, Kaili telah berada di hadapan kuburan kedua orang tuanya.
Sedangkan supir yang dulunya adalah adalah supir pribadi Ayahnya. Masih betah berada tak jauh dari Kaili. Biasanya dia akan menunggu hingga Kaili selesai dan mengantarkan lagi Kaili pulang ke rumahnya. Dia melakukan semua itu hanya untuk memenuhi janji kepada almarhum Tuannya. Dia tidak lagi bekerja untuk Kaili—karena Kaili sendiri yang memecatnya dengan alasan tidak punya lagi penghasilan. Perusahaan Ayahnya sudah tidak sesukses dulu, penghasilan perusahaan hanya cukup untuk membayar gaji dan hutang yang menumpuk di bank. Tentu saja semua itu palsu, karena jelas perusahaan Ayahnya bangkrut karena ulah Ibu dan Adik tirinya yang bergaya hidup begitu boros.
"Ibu, Ayah. Kaili datang. Maaf, karena Kaili baru sempat berkunjung. Bagaimana kabar Ibu dan Ayah? Baik-baik saja bukan? Apa dingin dibawah sana?" Tanya Kaili sambil mengelus kedua batu nisan milik Ayah dan Ibunya.
Kaili menarik napas dalam, lalu menghembuskannya lewat mulut. Setelahnya, berulah Kaili kembali melanjutkan ucapannya.
"Ibu dan Ayah kenapa pergi tanpa membawa Kaili. Hidup Kaili begitu berat tanpa Ayah dan Ibu menemani. Sudah dua tahun Kaili tidak lagi bisa melihat seperti dulu, Kaili kangen Ibu dan Ayah." Ujar Kaili tak dapat menahan buliran bening yang sedari tadi meronta ingin keluar.
"Ibu, Ayah. Kaili akan menikah. Tga hari lagi, Kaili tidak tau neraka seperti apa lagi yang akan Kaili masuki. Kaili juga belum melihat seperti apa rupa Suami Kaili kelak. Apakah dia baik dan mau menerima kekurangan Kaili, Kaili tidak tau. Tapi, Kaili yakin, jika Ibu dan Ayah merestui pasti Kaili mampu melewati sebesar apa pun cobaan hidup yang akan Kaili jalani. Ayah ingin bertanya apakah Kaili bahagia? Tentu saja Kaili sangat bahagia, setidaknya ada Ibu dan Adik tiri yang baik dan mau menerima Kaili. Kaili tidak berbohong Ibu, Ayah. Mereka berdua memang baik, mereka tidak seperti Ibu tiri di dongeng yang sering Ibu ceritakan. Ibu tiri yang Kaili punya memang sangat baik. Adik tiri Kaili juga sangat baik, setiap hari dia tidak pernah lupa membuatkan susu bervitamin untukku. Ayah juga tanang saja, Perusahaan yang dulunya Ayah banggakan serta Ayah perjuangan tidak akan jadi bangkrut. Mertua Kaili mau membantu Perusahaan dengan memberikan investasi yang besar. Mereka sangat baik bukan? Kaili yakin, Kaili akan bahagia nantinya. Seburuk apa pun hal yang akan terjadi kedepannya. Kaili akan kuat, Ibu dan Ayah lihat saja nanti. Lihat bagaimana Kaili kalian yang kini sudah sangat dewasa. Kaili berjanji pada Ibu, Kaili akan menjadi istri yang baik seperti Ibu yang melayani Ayah dengan baik. Kalian berdua tidak usah khawatir, sungguh, Kaili baik-baik saja. Walaupun tidak bisa melihat, tidak apa. Kaili masih punya hati yang bukan hanya dapat melihat tapi juga dapat merasakan. Kaili janji akan menjadi Putri Ibu dan Ayah yang sangat kuat dan tidak akan mudah menyerah. Kaili sayang Ibu dan Ayah. Sepertinya hujan akan turun. Kalau begitu Kaili pamit pulang, sampai berjumpa lagi Ayah dan ibu." Ucap Kaili menyeka perlahan air matanya yang tumpah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Nur Lizza
kasihn kIli puny ibu dn adik tiri yg purk2 baik pdhl htny busuk
2023-04-09
0
Devi triandani
kayaknya yg membuat kaili buta itu ini tirinya
2022-07-18
0
SUSANA WIDYASTUTIEK
mohon maaf part ini tdk saya baca, terlalu panjang, tanpa jeda, membosankan 🙏🏻
2022-07-15
0