Setelah mencari di media sosial, akhirnya Bella menemukan rumah yang cocok untuk dihuni nya bersama Noah.
Rumah itu terletak tidak jauh dari tempat Noah bersekolah. Rumah yang minimalis dan memiliki dua kamar itu terlihat begitu asri karena terdapat pepohonan di halaman depannya.
"Gimana sayang, suka gak dengan rumah baru kita?" Tanya Bella pada Noah yang tengah duduk di teras rumah.
"Suka Mah. Tapi lebih suka lagi kalau disini ada papa." Jawab Noah tanpa menoleh pada Bella yang berdiri di pintu rumah.
Deg!
Bella kaget mendengar ucapan puteranya itu.
'Kenapa Noah tiba-tiba menyebutkan kata papa?' tanya Bella dalam hati.
"Mah, sebenarnya dimana papa Noah?" Tanya Noah dengan pandangan tetap lurus ke arah jalanan yang ada di depan rumah.
Bella terdiam tak dapat menjawab pertanyaan Noah.
"Kenapa diam Mah? Apa pertanyaan Noah terlalu sulit untuk dijawab? Noah hanya mau tau dimana papa Noah. Itu saja." Lanjut Noah yang kali ini menatap Bella yang terdiam membisu.
"Itu . . . . . Emmmm . . . . Oh ya mama lupa mau beresin barang-barang kita dulu." Ucap Bella berusaha mengalihkan pembicaraan seraya berjalan masuk ke dalam rumah.
Noah terdiam, kemudian kembali memandang ke arah jalanan. Terlihat seorang laki-laki tengah membonceng anaknya sambil tertawa diatas motor.
"Kapan aku bisa seperti itu?" Ucap Noah.
Tiba-tiba Noah teringat akan Erlan. Pertemuan mereka di taman tadi membuat Noah sangat bahagia. Ia merasa punya ikatan dengan Erlan.
'Apa dia papa ku? Aku merasa mirip dengannya.' pikir Noah.
Noah kemudian masuk ke dalam rumah dan mendapati Bella tengah melamun dengan pakaian Noah yang ada di pangkuannya.
"Mah! Mama kenapa?" Tanya Noah.
"Mama gak apa-apa sayang." Balas Bella seraya melanjutkan kegiatannya yang terhenti.
Bella memasukkan pakaian Noah di dalam sebuah lemari kecil yang memang sudah tersedia di dalam kamar itu.
"Mah. Noah mau tanya mama lagi. Dimana sebenarnya papa Noah? Kenapa selama ini Noah tidak pernah tau siapa papa Noah?"
Bella menghela nafas panjang, lalu memandang Noah yang berdiri di hadapannya.
"Sayang, kenapa kamu tiba-tiba tanya hal itu? Mama kan sudah pernah bilang dan kamu pasti sudah tau sendiri, kalau papa kamu itu sudah lama meninggal." Ucap Bella berbohong.
"Mah, Noah bukan anak kecil lagi yang bisa mama bohongi dan membuat Noah percaya begitu saja. Kalau memang papa meninggal, kenapa mama tidak pernah memperlihatkan Noah foto papa. Tidak mungkin kan mama tidak punya foto papa. Kalian kan pasangan suami isteri mana mungkin mama tidak punya satu pun foto bersama papa."
Bella kaget, ia tak menyangka bocah sekecil Noah bisa mengatakan hal seperti itu.
"Itu . . . . Noah, sebenarnya mama . . . . emm . . . ."
"Atau mama sama papa sudah cerai?"
'Cerai? Darimana Noah dapat mengenal kata itu?'
Bella benar-benar dibuat mati kutu oleh anaknya sendiri.
"Mah, ingat saat kita di taman tadi? Noah pernah bilang sama mama, kalau Noah bertemu sama Om yang sedang main gitar. Om itu punya wajah yang mirip sama Noah. Mungki dia itu adalah papa Noah."
"Noah ! Cukup." Teriak Bella. "Jangan pernah bicarakan tentang papa lagi. Noah tidak punya papa. Dan untuk Om yang Noah bilang mirip dengan Noah itu, dia tidak mungkin papa Noah. Jangan hanya karena wajah kalian mirip, lalu Noah bisa menyimpulkan bahwa dia adalah papa Noah. Banyak orang di dunia ini yang memiliki kemiripan Noah. Pokoknya mama tidak mau tahu, mulai sekarang kamu gak boleh bicarakan hal ini lagi."
Baru kali ini Noah melihat mama nya emosi.
Selama ini Bella selalu bersikap lembut. Tak pernah sekalipun ia memarahi ataupun sekedar membesarkan suaranya pada Noah.
Noah sama sekali tak menunjukkan ekspresi apapun. Dia hanya diam. Hal itu membuat Bella merasa bersalah.
"Maafkan mama Noah. Seharusnya mama tidak berteriak."
"Gak apa-apa Ma, Noah yang salah. Kalau boleh, mulai sekarang Noah mau tidur sendiri. Rumah ini kan punya dua kamar. Jadi kita bisa punya kamar masing-masing." Balas Noah.
"Noah yakin?" Tanya Bella memastikan.
Noah mengangguk berkali-kali.
"Gak takut?" Tanya Bella yang dibalas gelengan kepala oleh Noah.
"Anak hebat. Kalau gitu Noah tidur di kamar yang ini. Sementara mama tidur di kamar yang satunya."
"Iya mah." Balas Noah.
Bella lalu berjalan keluar kamar Noah sambil membawa tas berisi pakaiannya.
'Maafkan mama sayang, mama tak bisa menjawab pertanyaan kamu. Karena sebenarnya mama juga tidak tahu siapa sebenarnya papa kamu.' ucap Bella dalam hati dengan air matanya yang mengalir deras dipipinya.
************
Di ruang rapat Xander Group. . . .
Erlan tengah rapat bersama para bawahannya, namun ia sama sekali tak fokus terhadap rapat tersebut. Yang ada di dalam pikiran Erlan hanyalah Noah.
'Kenapa aku memikirkan bocah itu?' tanya Erlan dalam hati.
Para pegawai dan sekretaris Erlan terdiam karena tak ada respon apapun dari Erlan saat ditanyakan oleh salah seorang pegawai apakah ia sudah setuju dengan hasil rapat itu.
Namun tak ada satupun yang berani menegur Erlan yang terlihat tengah melamun. Pak Bimo, sekretaris Erlan pun berjalan mendekati Erlan.
"Tuan Muda, bagaimana pendapat Tuan Muda tentang hasil rapat ini? Apa Tuan Muda sudah setuju?" Bisik Pak Bimo.
Erlan lalu menatap pada seisi ruangan, kemudian berdiri. Sontak semua karyawan yang ada di ruang rapat ikut berdiri.
"Lanjutkan semua pekerjaan kalian. Kalian semua sudah melakukan pekerjaan yang bagus." Ucap Erlan lalu berjalan keluar dari ruangan rapat.
Pak Bimo menyusul dibelakang Erlan, ia bingung dengan sikap Erlan saat ini.
"Apa yang tengah Tuan Muda pikirkan?" Tanya Pak Bimo setibanya mereka di ruangan Erlan.
"Aku tengah memikirkan anak yang ku temui di taman tadi. Apa kau tidak berpikir bahwa wajahnya sangat mirip denganku?" Ucap Erlan balik bertanya.
"Emm itu . . . Maafkan saya Tuan Muda, saya tidak terlalu memperhatikan anak itu."
"Hah sudahlah. Kau memang tidak bisa diandalkan." Balas Erpan terlihat kesal.
"Begini Tuan Muda, di dunia ini memang ada kemungkinan untuk wajah seseorang mirip dengan orang lain. Hal itu sangat lumrah terjadi Tuan Muda."
Erlan terlihat berpikir.
"Tapi, entah kenapa aku merasa sangat dekat dengannya. Aku ingin bertemu dengannya lagi. Tapi bagaimana caranya?"
Pak Bimo bingung, tak tahu harus berkata apa.
"Bagaimana kalau Tuan Muda pergi ke taman itu lagi. Siapa tahu Tuan Muda akan bertemu dengannya lagi."
"Kau bodoh Pak Bimo, apa ada jaminan kalau dia akan ke taman itu lagi. Bisa jadi dia anak dari daerah lain yang hanya sekedar datang berjalan-jalan di kota ini."
Lagi-lagi Pak Bimo terdiam, tak tahu harus menjawab apa.
'Noah, bagaimana caranya agar kita bisa bertemu lagi.' ucap Erlan dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
❦ℝ𝕒𝕟𝕚❦🍇
bersabar dulu..sabar.. pasti ketemu. kalau udah takdir yaq
2021-10-17
0
Atieh Natalia
mudah2an Noah cepet ketemu bapaknya kasian
2021-09-09
2