Takdir Seorang Gadis Desa
Gadis cantik itu masih sibuk menyiapkan makan malam untuk kedua adik adik nya , hari ini ia sedikit terlambat sampai di rumah, lantaran harus bekerja kelompok terlebih dahulu, mungkin mulai hari ini dan seterusnya ia akan sering pulang terlambat karena ini semester akhir ia duduk di bangku sekolah menengah. Gadis itu bernama Viona Larasati.
Viona Larasati anak pertama dari almarhum bapak Rendi dan ibuk Sinta. Viona mempunyai dua orang adik Riko dan Reno. Kalau Viona tahun ini tamat dari sekolah menengah atas, sedangkan Riko baru kelas 2 SMP, dan Reno masih kelas 5 sekolah dasar.
"Ayo dik dimakan, maaf ya kaka hanya bisa masak telor dadar dan goreng tempe, biar cepat dan praktis biar adik adik kaka ngak lama menahan laper " ucap viona kepada adik adiknya
"iya kak ngak apa yang penting bisa makan , telur dan tempe juga banyak vitamin nya kok kak, enak lagi" ucap Riko sedikit menghibur, dijawab senyum oleh viona
" Reno kok ngak di makan sayang, kenapa dik ada yang kamu pikirkan" tanya viona ke adik bungsunya
"kak, ibu ngak mau makan bareng kita kak? selagi ibu di rumah kak, Reno udah lama ngak makan bareng ibu kak" ucap Reno sedih, karena rindu suapan dari ibunya
"Reno dengarkan ...." Viona belum selesai bicara
" Viona, jaga adik adik mu dan ini uang untuk keperluan kalian selama ibu tinggal kan" ibu Viona keluar dari kamar tidur , memotong omongan viona serta meletakan berapa lembaran uang berwarna merah di atas lemari
"ibu, ayok makan malam bersama dulu buk, sudah lama kita ngak pernah makan malam buk, Reno bahkan udah kangen banget tuh makan bareng ibu" ucap Riko kepada ibunya
"Kalian saja, ibu sudah terlambat nanti kemalaman sampai kota " jawab ibu Sinta , ya memang dari kampung tempat mereka tinggal , membutuhkan waktu 4 jam sampai ke kota.
" tapi buk, cuma sebentar kok buk, lagian ini kab masih jam 7 malam buk" jawab Riko
"tidak bisa ya tidak bisa, kamu ngeyel ya di bilangin, kalau mau makan makan sendiri aja sana, tinggal makan kok repot" ucap ibu Sinta dengan suara yang tinggi
" buk, ibuk tidak usah marah marah buk, mungkin karena adik adik sudah sangat rindu dengan ibuk , apa salah nya ibuk kasih mereka waktu ibu sebentar saja buk" ucap viona sedih
"kamu lagi, tugas kamu tu jagain adik kamu bukan ngajarin ibuk, kan sudah ibuk bilang ibuk sudah terlambat , dan tidak punya waktu lagi" ucap ibu Shinta
"terlambat kemana sich buk, terlambat untuk menjual diri ibu? iya buk? Viona dan adik adik malu buk , kami malu selalu di ejek sebagai anak pelac** buk, sampai kapan buk , mau sampai kapan ibuk seperti ini, disini masih ada pekerjaan yang halal buk, jangan ibu beri kami makan haram lagi buk" ucap Viona menangis bersimpuh di kaki ibunya
" sudah la Viona jangan cengeng, ngak usah dengarin kata orang, emang orang yang kasih kamu makan, yang bayar sekolah kamu , yang beliin kamu tas sepatu dan samua keperluan kalian apa ada orang orang tersebut membantu kalian memenuhi kebutuhan hidup ha'. Tidak kan " jawab ibuk Viona marah
"Pekerjaan apa Viona, pekerjaan apa yang bisa memenuhi kebutuhan kita disini, apa pekerjaan nya, bukan kah kamu tahu dan melihat bahkan sudah merasakan ketika ibuk bekerja sebagai buruh tani setelah ayah kalian meninggal, bagaimana kehidupan kita saat itu viona jangankan untuk membayar listrik , beras untuk makan saja kita tak punya, apa keadaan seperti itu yang kau mau Viona, apa kau lupa viona saat adik mu sakit, apa ada yang membantu kita ,apa ada yang meminjamkan kita uang, mereka takut kita tidak sanggup membayangkan, cuma rentenir dengan bunga selangit yang bisa membantu kita pada saat itu, apa kamu ingat saat itu ha' " ucap ibu viona dan beliau segara pergi dari rumah tersebut, dengan membanting pintu dengan keras .
POV Viona
Dulu , aku adalah salah satu anak yang tak kekurangan kasih sayang dari ibu dan ayah ku, hmm begitu pun dengan Riko dan Reno , adik adik ku yang tampan. Meskipun hidup dengan sederhana tapi kami tak pernah kekurangan karena ayah selalu mengajarkan cara bersyukur. Kami bisa menerima semua keadaaan apa pun itu, yang penting bersyukur dan selalu bersama itulah kata ayah ku.
Ayah seorang petani biasa, sedangkan ibu cuma ibu rumah tangga, tapi tak ibu selalu membantu pekerjaan ayah. Ayah mengolah sawah, ladang bahkan perkebunan milik almarhum nenek dan kakek ku, orang tua ayah ku.
Tapi semenjak ayah meninggal kan kami karena sakit yang di deritanya 5 tahun silam , kehidupan kami berubah drastis, sawah ,ladang dan perkebunan yang biasanya di kelola ayah di ambil alih oleh saudara saudara nya ayah. Ibu sangat tertekan saat itu, ibu tidak hanya sedih dan jatuh atas kepergian ayah tapi ia juga risau dengan kehidupan kami, bagaimana cara melanjutkan hidup, ibu tak punya ijazah, beliau hanya tamat SD.
Buruh tani, itulah pekerjaan ibu semenjak ayah meninggal, tapi sayang tawaran pekerjaan tidak setiap hari hingga sering kami merasakan kelaparan hingga gelap gulita karena tidak sanggup membayar tagihan listrik.
Puncak disaat Reno , si bungsu kami jatuh sakit, demam tinggi dan harus di rawat di puskesmas terdekat dari desa kami. Malangnya kami tak punya biaya , ada orang yang bilang kepada kami, urus terlebih dahulu surat gratis berobat dari pemerintah, namun sayang nya surat tersebut tidak bisa langsung pakai, sedangkan si bungsu kami sudah 3 hari panas nya tak turun turun.
Tak satu pun yang mau meminjamkan kami uang karena mereka takut kami tak akan mampu membayar, sungguh menyakitkan mendengar itu bukan? saya masih ingat berlari ke rumah saudara saudaranya ayah, tapi tak satu pun yang mau meminjamkan saya uang, jangan kan mengasih pinjaman, menawarkan saya untuk masuk saja tidak.
Hingga akhirnya ibu nekat meminjam uang ke rentenir di kampung kami, kami terpaksa menerima pinjaman tersebut walaupun dengan bunga selangit , yang terpenting si bungsu kami dapat penanganan medis.
Saya masih ingat percakapan malam itu, satu hari Reno pulang dari rumah sakit
Flashback on
"Vin, ibuk harus cari kerja ke kota untuk membayar uang pinjaman dari rentenir kemarin, kalau di kampung mana mungkin kita bisa membayar hutang tersebut nak, yang ada kita tak punya rumah karena rumah ini adalah jaminan nya"
"iya buk, tapi ibuk mau kerja apa besok buk kalau di kota" tanyaku kepada ibu
"apa aja nak, kalau di kota banyak pekerjaan, seperti rumah makan atau jadi pembantu nak, apa ajalah yang penting hutang kita lunas dan kalian tak kekurangan makan lagi" jawaban ibu
"kamu jaga adik adik mu ya vin, jangan keluyuran pulang sekolah, adik adik mu adalah tanggung jawab mu nak ketika ibu tidak di rumah" sambung buk Sinta sambil memegang dan mengelus tangan viona, tanpa mereka sadari mereka sama sama meneteskan air mata dan berpelukan.
flashback off
Hingga sampai saat ini saya tak tahu dan selalu bertanya-tanya mengapa ibu menjual dirinya bukan kah ibu yang bilang kalau banyak pekerjaan di kota.
Viona pov end
terimakasih yang telah mampir di novel ke dua author ..Jangan lupa kasih like , vote dan hadiah nya ya..
🙏❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Nurwana
sedih.... jadi anak yang Sholeh ya Vin...
2023-09-21
0
Ummu Sakha Khalifatul Ulum
Sesek dadakku thor, baca novel 😥
Lanjut thor semangat 💪💪💪
2023-09-12
0
mamayot
sedih bikin novel baru tapi gak ada yang mau baca, sudah oromo di mana-mana, siapa tau di sini ada yang minat mampir judulnya
-GURU ES KU
2022-12-09
0