Tok… tok… tok
Tante Ilaa membuka pintu ketika terdengar ada yang mengetuk.
“Selamat malam tante. Nisa nya ada tan?” sapa Aldi ke Tante Ila.
“Eh Aldi. Ada kok Nisa. Mungkin lagi siap – siap. Tunggu sebentar ya tante panggil dulu.” Ucap Tante Ilaa mempersilakan Aldi duduk di ruang tamu.
“Nisa.. udah dijemput Aldi dibawah.” Kata Tante Ilaa dibalik pintu kamar Nisa.
Nisa membuka pintunya, “Tante, Nisa bingung mau pake baju yang mana.” Keluh Nisa. “ Tante bantu Nisa ya.. ya.” Pintanya.
Tante Ilaa membantunya memilihkan baju yang ada di lemarinya. Mengambil satu dress dengan warna earth tone selutut. Nisa dengan segera memakai dress yang disodorkan Tante Ilaa agar Aldi tidak menunggu lama.
Setelah selesai, Tante Ilaa juga membantunya berdandan agar tidak terlihat pucat.
“Udah cepat pakai sepatumu.” Perintah Tante Ilaa yang memberikan lip balm di bibir Nisa sebagai sentuhan terakhir. Nisapun bergegas memakai sepatu booth dengan warna senada dengan dress yang digunakan dan mengambil tas kecil di nakas. Lalu ia berpamitan ke Tante Ilaa dan menuju ke ruang tamu.
“Maaf Kak Aldi, Nisa lama yaa.” Ucap Nisa meminta maaf.
Nisa kali sangat berbeda. Terlihat begitu cantik dan sedikit anggun. Bahkan membuat Aldi melongo saat menatapnya.
“Ayok kak.” Nisa membuyarkan tatapan Aldi.
“Ehh iya. Yuk” Kaget Aldi.
Aldi memasangkan helm Nisa sebelum dia melakukan untuknya sendiri. Nisa tak canggung dengan apa yang dilakukan Aldi, tidak seperti saat dia bersama Faiz. Mungkin karena dia sudah terbiasa dengan kehadiran Aldi, mulai dari pulang – pergi sekolah sampai kadang makan bersama.
“Kamu hari ini cantik banget Nis. hehe” Puji Aldi sambil senyum – senyum di depan Nisa.
“Kak Aldi!” seru Nisa malu. Kali ini pipinya yang sudah sedikit merah karena make up, semakin merah ditambah dengan pujian Aldi.
Aldi merasa Nisa sudah mulai terbiasa dengannya, gadis itu sudah tidak malu malu dengannya. Bicaranya pun sudah tidak sekaku dulu. Keduanya menyibak dinginnya malam menuju perayaan ulang tahun mamah Faiz.
Ternyata sudah ada Deni dan Lana disana, mereka sibuk membantu Faiz dan mamahnya menyiapkan pesta sederhana itu.
“Selamat datang Aldi.” Sapa mamah Faiz yang mengetahui kedatangan Aldi.
“Malam tante. Wahh sudah pada siap ini.” Jawab Aldi sambil menengok makanan yang sudah terhidang di meja yang terletak di taman depan rumah.
“Iya nih. Deni sama Lana yang bantu tante. Ini siapa Al?” Tanya mamah Faiz dengan melirik ke arah Nisa.
“Oh iya kenalin ini Nisa tante.” Aldi mengenalkan Nisa ke mamah Faiz.
“Halo Nisa, Saya Dila, mamahnya Faiz.”
“Nisa tante.” Nisa menjabat tangan mamah Faiz.
“Aldi pinter banget ya milih cewek hehehe,” goda mama Faiz pada Aldi.
“Masih temen tan. Doain jadi ya, heheh.” Jawab Aldi sambil senyum ke arah Nisa, sedangkan Nisa jadi merasa kikuk atas obrolan itu.
“Ya amsyongg Nisaaa.. Asli lo cantik bet dah.” Teriak Lana sambil melotot melihat Nisa dari ujung rambut sampai ujung kakinya.
Nisa rasanya ingin langsung menjitak kepala sahabatnya itu karena kelakuannya yang membuatnya semakin malu. Tapi tak bisa ia lampiaskan karena di sana masih ada Tante Dila. Yang bisa dilakukan hanya melotot protes.
Faiz yang mendengar teriakan Lana pun kini melihat Nisa. Tak berkedip sekalipun. Kedua kalinya, Nisa membuatnya terpana. Namun ia segera tersadar atas apa yang dilakukannya dan melanjutkan kegiatannya yaitu meletakkan kue sederhana yang dibuat mamahnya sendiri untuk ulang tahunnya sendiri juga di meja.
“Tau lo datang cantik gini gue harusnya dandan yang cantik juga hehe.” Puji Lana lagi.
“Gausah dandan. Lo udah cantik dek. Abang ngga rela lo dilihatin sama cowok – cowok buaya di luar sana.” Cerocos Deni.
“Deni.. Posesif banget ya jadi abang. Bener Na, kamu juga cantik kok. Semua wanita itu cantik.” Ucap Mamah Faiz.
Mamah Faiz yang melihat Nisa sudah tidak nyaman karena candaan itu, mempersilakan semuanya untuk duduk di karpet melingkari meja. Memulai acara dengan menyanyikan lagu selamat ulang tahun seperti yang biasa dinyanyikan orang - orang kemudian dilanjutkan dengan memakan kue ulang tahun dan makanan berat dan ringan lainnya yang disediakan oleh Mamah Faiz. Hal itu selalu membuat mamah Faiz bahagia tiap tanggal lahirnya.
“Mamah udah gak kuat makan lagi, kalian lanjutin aja ya. Mamah mau ke dalam dulu.” Mamah Faiz pamit pada mereka karena jam menunjukkan pukul sepuluh malam. Badannya sudah tidak kuat lagi jika harus berhadapan dengan angin malam yang semakin dingin.
“Iya tante tenang aja, nanti biar kita yang beresin.” Ucap Aldi saat Mamah Faiz sudah berdiri. Sedangkan Deni dan Lana hanya mengacungkan kedua jempol mereka dengan mulut yang masih dipenuhi makanan ringan.
Deni, Faiz, Aldi, Lana, dan Nisa, mereka kini saling bercerengkama. Membahas hal - hal seru dan konyol. Kalau ada Deni dan Lana pasti suasana jadi lucu.
Hingga bernyanyi bersama yang diiringi dengan petikan gitar Faiz. Lana sengan suaranya yang pas – pasan bernyanyi seolah olah sedang mengadakan konser tunggal. Ditambah dengan suara yang dihasilkan dari toples kosong yang dipukul Deni semakin menjadikan suasana lucu. Membuat semuanya tertawa, juga Nisa.
Sembari memetik gitarnya, Faiz juga melihat dalam - dalam Nisa yang ketawa duduk di sebelah Aldi, melihatnya memakai gelang yang diberikannya kemarin, membuatnya senyum - senyum sendiri. Baru kali ini dia melihat Nisa yang bisa ketawa lepas.
Setelah semuanya lelah, mereka mengemasi dan membersihkan semuanya.
“Bang habis ini langsung pulang yuk. Entar pasti dimarahin mamah nih” Kata Lana pada abangnya sambil melihat jam tangannya.
“Siap. Kalo mamah marah kita tinggal aja, gampang.” Seru Deni tak mau ambil pusing dengan omelan mamahnya nanti. Dan lana hanya menyeringai, menyutui perkataan Deni.
“Akhirnya selesai..” ucap Deni merasa lega. “Pulang dulu ya Iz, salam buat mamah lo ya,” Deni dan Lana siap pulang.
“Bentar Al, tunggu dulu.” Kata Faiz sebelum Aldi dan Nisa pulang.
Ternyata Faiz mengambil jaketnya. Dia meminjamkannya pada Nisa yang tak membawa jaket.
“Nih Nis pake, biar Aldi gausah ngasih jaketnya ke lo. Bisa – bisa dia nanti masuk angin lagi.” Faiz meyodorkan jaketnya ke Nisa.
“Makasih ya Iz.” Jawab Aldi, Faiz memang selalu perhatian dengan orang – orang yang dekat dengannya.
Aldi membantu Nisa memakai jaket dari Faiz. “Gelang kamu bagus Nis,” puji Aldi yang melihat gelangnya.
“Makasih kak.” Jawab Nisa dengan menatap Faiz.
***
Ting… Bunyi Hp Aldi.
Aldi memicingkan matanya, tumben sekali Adel mengirim pesan kepadanya sepagi ini. Aldi melihat foto yang dikirim Adel. Dia tidak tahu maksud Adel mengirimkannya itu untuk apa. Dia tidak menghiraukannya. Terlebih itu dari Adel, perempuan yang bahkan tidak pernah Aldi percaya.
Adel marah karena Aldi hanya membacanya, tak ada respon apapun darinya.
“Lo rela seseorang yang lo suka malah bersama dengan sahabat lo sendiri?
Atau mungkin lo tidak pernah menyukai Nisa?” kirim Adel lagi.
Adel mengirimkan pesan kepada Aldi lagi. Namun tak kunjung dibaca oleh Aldi. Padahal responnya sudah Adel tunggu tunggu.
Sampai pulang sekolahpun Aldi tak berniat membuka pesan dari Adel. Dia baru membukanya kembali di malam hari.
“Bukan urusan lo!” Aldi menjawab pesan Adel dengan ketus.
Tak putus asa, Adel kembali mengirimkannya foto. Yang bisa membuat Aldi merasa kecewa.
“Tak mungkin. Dia tak akan pernah melakukan ini pada sahabatnya sendiri.
Besok akan aku tanyakan langsung. Ini tak mungkin!” pikirnya setelah melihat foto terakhir yang dikirim Adel padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments