“Lin.. Gue serasa udah gaada harapan lagi sama Faiz. Gue gabisa kalau jauh gini sama Faiz. Gue tahu kalau gue udah bodoh banget nerima Angga karena gue kira Faiz ninggalin gue Lin.” Ucap Adel merasa bersalah atas apa yang sudah dilakukan.
“Gue bodoh udah percaya gitu aja sama Angga Lin.” Ucap Adel kembali.
“Ini semua karena Nisa, semenjak ada dia semua jadi kacau. Gue juga sekarang sudah pupus untuk kembali lagi sama Aldi, Del.” Jawab Linda yang menggebu – gebu.
“Semenjak ada dia, sekarang Aldi jadi semakin deket dengannya. Bahkan sekarang tak hanya Aldi tapi juga Faiz.” Lanjut Linda yang menyalahkan Nisa.
“Gue bener – bener benci sama gadis bang*** itu.” Adel mengepalkan tangannya.
“Kita harus kasih dia pelajaran Del.” Timpal Linda.
Hari ini Nisa kembali bersekolah seperti biasanya. Teman – temannya sangat senang sampai sampai mereka mengadakan acara penyambutannya dengan sederhana.
“Selamat datang kembali Nisa.. welcome to aour class.” Sambutan pertama dikatakan oleh Johan sebagai kepala suku di kelasnya.
“Selamat datang kembali di kelas yang abstrak ini. Tanpa kamu kelas tidak menjadi abstrak Nis. Percayalah.” Ucap Lana sambil berjalan memeluk Nisa.
“Alah Lan, bilang aja nggaada yang mau dengerin omongan lu yang udah kayak jalur kereta. Hahaha.” Celetuk Ali.
“Iya nih Nis, kuping gue jadi sedikit budek gara gara denger celotehan Lana yang ngga ada selesenya.” Zeze ikut menimpali sambil tertawa memegangi kepalanya.
“Kalian ini ya. Nisa aja yang denger tiap hari ngga ngeluh tuh. Kalian yang baru denger dua hari doang udah heboh sendiri.” Jawab Lana membela dirinya sendiri.
Anak - anak kelas cewek secara bergantian memeluk Nisa, sedangkan cowok meniup terompet yang sudah dipersiapkan dari rumah dan menerbangkan pesawat yang baru saja dibuat oleh mereka. Nisa bersyukur bisa ada di kelas yang seru ini. Kelas yang saling suport satu sama lain dan saling mengerti.
“Nis gue pulang dulu nggapapa, Lo gak takut sendiri kan?” Pamit Lana pada Nisa yang masih menyapu kelas. Nisa masih sibuk menyapu lantai kelas karena hari ini dia piket kelas, namun yang lainnya sudah melakukannya sebelum bel masuk sedangkan dia datang mepet tadi. Jadinya belum sempat untuk melaksanakan piketnya.
“Dek, Nisa mana?” Tanya Aldi yang menunggu Nisa di motornya seperti biasanya.
“Nisa masih piket kak di kelas. Tadi sih kayaknya udah mau selesai.” Jawab Lana kemudian memakai helam dan pamit kepada Aldi.
Nisa yang sudah selesai menyapu kelasnya mengembalikan sapu di tempanya semula dan mengambil tasnya untuk pulang. Namun saat akan akan membuka pintu, pintunya tidak terbuka. Padahal dia tadi hanya menutupnya tidak menguncinya. Nisa mencoba beberapa kali dan menggedor – gedor pintu berharap ada yang mendengar dan bisa membukakan pintu dari luar. Ternyata hal itu nihil, anak – anak dari kelas lain juga sudah pada pulang.
Kali ini dia mencari ponselnya. “Aduh mati lagi nih Hp. Terus gimana bukanya.” Nisa mencoba menyalakan ponselnya. Namun batre hp nya benar benar habis.
Beberapa kali Nisa menengok ke luar dari jendela siapa tahu ada yang lewat kelasnya. Setengah jam dia memantau keadaan luar, namun hasilnya juga nihil. Akhirnya Nisa pasrah dan duduk kembali ke bangkunya.
Itu adalah perbuatan Adel dan Linda. Mereka yang melihat Nisa mengembalikan sapu, mengunci pintu kelasnya dari luar agar Nisa tidak bisa pulang dan ketakutan di kelasnya sedangkan Aldi akan meninggalkannya karena mengira Nisa sudah pulang terlebih dahulu.
Ternyata dugaan mereka salah, mereka melihat Aldi yang masih menunggu Nisa di motornya.
“Sial.. kenapa Aldi masih menunggu wanita Bang*** itu sih.” Linda geram.
“Anak itu selalu saja beruntung. Kita nggabisa kalo ngasih dia pelajaran di sekolah Lin. Aldi akan tahu.” Jawab Adel yang merasa kesal sama seperti Linda.
Sudah lewat setengah jam Aldi menunggu Nisa. Namun Nisa tak kunjung terlihat kehadirannya. Dia merasa ada yang tidak beres pada Nisa. Aldi khawatir kalau Nisa kenapa – kenapa terlebih dia baru saja pulih dari sakitnya.
Aldi menyusuri lorong dan melewati tiap kelas menuju kelas Nisa. Dari jauh kelas Nisa terlihat sudah sepi bahkan sudah terkunci, padahal pintu kelas lainnya masih terbuka dengan lebarnya. Aldi segera berlari dan meihat dari jendela kelas Nisa.
Aldi melihat Nisa yang sudah menangis sambil berusaha menghidupkan hp nya di bangkunya.
“Nis… Nisaa..” Aldi memanggil dan menggedor – gedor jendela kaca kelas Nisa.
Nisa yang mendengar Aldi yang memanggilnya langsung mendekat ke arah jendela dengan pipi yang sudah basah karena air matanya. “Kak tolongin Nisa..”
“Kamu tunggu sebentar. Kakak mau minta kuncinya ke Pak Asep.” Pinta Aldi pada Nisa dan langsung berlari ke ruangan Pak Asep. Aldi berlari kembali setelah mendapat kuncinya. Dia coba satu persatu kunci yang dipinjamnya. Mencocokkan satu persatu hingga akhirnya menemukannya dan gembok pintu itu terbuka.
Sebegitu takutnya Nisa. Dia memeluk Aldi saat pintu sudah terbuka.
“Nisa takut kak… Nisa takut kalau gabisa keluar dan sendirian di sini” ucap Nisa dengan sesenggukan.
“Udah ya Nis jangan takut lagi. Gue gaakan biarin lo sendirian.” Aldi menenangkan Nisa, mengelus belakang rambut Nisa dengan halus.
“Walaupun sampai sekarang gue belum tahu sebenarnya lo udah mulai suka sama gue atau belum, gue gak akan biarin lo menderita dan ngerasa takut lagi kayak gini Nis. Gue akan usahakan lo bahagia. Gue akan sabar menunggu lo mau nerima gue. Gue akan menunggu waktu itu, waktu dimana lo mau mengatakan bahwa lo juga suka sama gue. Dan kita akan selalu bersama apapun yang terjadi.” Batin Aldi yang masih memeluk erat Nisa.
Nisa sudah agak tenang sekarang dan melepas pelukannya dari Aldi. “Maaf Kak..” Nisa canggung dengan perlakuannya yang tidak sadar membuatnya malu.
“Maaf kenapa?, kan ngga salah.” Jawab Aldi.
“Gue seneng kok kalo lo peluk gue tiap hari kok Nis. Gausah canggung gitu, mau peluk lagi?” Ucap Aldi kembali sambil tersenyum.
“Ihh Kakak. Nisa jadi malu.” Jawab Nisa dengan wajah merah.
“Gue ngga bercanda Nis. Jika itu bisa membuat kamu tenang, bisa membuat kamu jadi lebih baik maka lakukan.” Aldi memeluk Nisa kembali kemudian menggandengnya dan mengembalikan kunci ke Pak Asep.
“Maafkan Nis Kak. Nisa tidak tahu kenapa hati Nisa belum bisa menyukai kakak. Membuat kakak menunggu Nisa lama.” Batin Nisa.
Untuk perihal perasaan memang kita sebagai manusia tidak bisa memaksa, hati siapa yang akan dipilih kita untuk bertaut. Kapan hati kita akan mulai menerima perasaan cinta orang lain. Semuanya menjadi misteri yang hanya akan diungkapkan oleh hati. Selayaknya puzle yang juga akan memperlihatkan gambar yang indah saat semua bagiannya tersusun dengan cocok dan bukan karena dipaksa untuk cocok.
Adel yang masih tak terima akan kegagalannya membuat Nisa jera dan masih terus memikirkan cara untuk membuat Faiz tak mendekati Nisa dan mau kembali padanya.
“Kenapa gue ngga minta tolong ke Angga aja.” Dia teringat oleh Angga yang selalu mengabulkan permintaannya karena rasa cinta Angga yang begitu besar kepadanya. Adel segera menghubungi Angga.
“Hallo ngga.”
“Hallo sayang. Tumben nih telpon duluan.” Jawab Angga dari balik telepon.
“Gue mau minta tolong sam lo.”
“Minta tolong apa sayang. Pasti aku bantu.”
“Gue muak sama salah satu anak di sekolah gue. Dia selalu saja ganggu gue. Gue mau lo ngasih pelajaran ke dia.” Adel terpaksa membohongi Angga karena dia tidak ingin Angga tahu bahwa hal tersebut ada hubungannya dengan Faiz.
“Siapa yang berani ganggu kamu di sekolah.” marah Angga.
“Makanya sayang.. kamu kali ini harus bantu aku. Aku udah coba beberapi kali beri peringatan ke dia, tapi dia ngga pernah jera.” Jawab Adel untuk meyakinkan Angga.
“Oke sayang.. Tapi malam ini kamu harus mau dinner sama aku.” Pinta Angga sebagai imbalannya.
Adel membuang nafasnya kasar “selalu saja minta imbalan. Huft,” batin Adel. “Baiklah, kamu tinggal tentuin aja mau dinner dimana.” Adel terpaksa menuruti Angga, dia tidak ingin Angga berubah pikiran dan tidak jadi membantunya.
“Okedeh sayang.” Jawab Angga yang kemudian menutup telponnya.
Adel memberikan foto Nisa kepada Angga saat makan malam dengannya. Adel memberikan gambaran tentang rencananya kepada Angga. Angga kali ini dengan senang hati mengikuti kemauan Adel yang memberikan imbalan bahwa Adel akan meninggalkan Faiz.
Apalagi Nisa yang sedang dekat dengan Aldi, membuat Angga semakin yakin untuk sekaligus membalas Aldi yang selama ini sangat dia benci.
Angga merasa bahwa sepertinya Adel sudah mulai menerimanya sehingga dia tidak perlu dengan kekerasan dan ancaman lagi agar Adel mau dengannya. Karena dia tahu bahwa dialah yang merebut Adel dari Faiz, memanfaatkan kecelakaan yang dialami Faiz. Membohongi Adel yang mengira Faiz menghilang karenanya. Karena Angga sangat menyukai Adel, namun Adel lebih memilih Faiz dan menjadikannya selalu memusuhi Faiz. Berkelahi tiap kali bertemu untuk pelampiasannya yang tak bisa mendapatkan Adel.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments