Jenguk Nisa

Semenjak Nisa sakit, Tante Ilaa menyuruh Nisa untuk tidak membantu di retaurant terlebih dahulu dan bisa fokus ke sekolahnya dahulu sampai nanti kenaikan kelas. Setelah kemarin masuk rumah sakit, hari ini dia izin tidak berangkat ke sekolah.

Walaupun Nisa merasa sudah jauh lebih baik, dia menurut saja dengan tantenya. Nisa tidak ingin kalau Tante Ilaa menghawatirkannya lagi. Nisa sudah cukup membebani hidup Tante Ilaa dan menyusahkan teman – temannya khususnya Lana. Meski dia tahu bahwa Lana juga merasa senang – senang saja direpotkan olehnya.

Hari ini Lana merasa sedikit sepi tanpa Nisa di bangku sebelahnya. Walaupun Lana mudah bergaul dengan teman – teman sekelas, dia biasa menggoda Nisa yang selalu diam saja menerima semua candaannya. Lana mengajak teman sekelasnya untuk menjenguk Nisa di rumahnya. Ya walaupun hal itu agak sedikit berlebihan padahal Nisa baru sehari saja tidak masuk sekolah.

Lana :

Bang.. nanti Lana pulangnya telat. Mau jenguk Nisa sama temen – temen sekelas.

Izin Lana pada abangnya agar nanti saat pulang dia tidak mendapatkan omelan mamahnya karena pulang telat.

Deni :

Jangan lupa oleh - olehnya.

“Abang gue emang udah gila kali ya. Masa nengok orang sakit diminta oleh oleh.” Batin Lana ketika membaca pesan jawaban dari Deni.

Deni yang menerima pesan dari adeknya Lana berinisiatif untuk mengajak Aldi dan Faiz menjenguk Nisa sekalian. Aldi menyetujui ajakan dari Deni, dan Faiz hanya ngikut saja kepada mereka. Tak ada salahnya juga dia ikut, sekalian melihat keadaan Nisa yang kemarin dia tinggal begitu saja di rumah sakit.

Sepulang sekolah mereka ramai – ramai menuju rumah Nisa. Jalanan sudah seperti ada demo anak SMA yang menaiki motor mereka masing - masing secara beriringan. Setelah sampai di rumah Nisa, masing – masing memarkirkan motornya berjajar tersusun rapi mengelilingi rumah Nisa. Lana baru tahu ternyata abangnya, Faiz, Aldi dan Sintya yang membawa buah buahan juga ikut menjenguk Nisa.

Tante Ilaa senang menyambut mereka dengan suka cita. Tak disangka ternyata Nisa punya teman – teman yang menyayanginya. Tante ilaa mempersilakan mereka untuk duduk di karpet bulu besar yang ada di ruang keluarga dan memanggil Nisa agar menemui mereka.

“Tante keluar sebentar ya, sebentar lagi Nisa akan turun.” Kata tante Ilaa pada mereka semua.

“Siap tante. Jangan lupa beli snack yang banyak tante.” Sambar Ali kepada Tante Ilaa.

“Wah dasar lo Li. Tau aja kalo tantenya Nisa mau beli jajanan.” Doni yang duduk di dekat Ali mengacak acak rambut Ali yang agak gondrong.

“Ya gpp lah Don. Kayak lo ngga ikut makan aja kalo nanti udah ada di depan lo jajannya.” Jawab Ali.

“Ya ikut makan lah Li. Yakali engga.” Jawab Doni sambil mengelus – elus perutnya yang sedang keroncongan diprotes cacing – cacing yang dari tadi demo meminta jatah makan.

“Huuu Dasar lo Don.” Serempak yang lainnya menimpal ke arah Doni.

Tante Ilaa tersenyum melihat candaan mereka dan melanjutkan untuk pergi membelikan mereka beberapa jajanan di sekitar kompleks.

Nisa akhirnya keluar dari kamarnya.

“Ya ampun Nis. Lo baru sakit dua hari aja kurus kering gitu. Sini gue bagi lemak nih gue. Mau ngga?” Canda Zeze saat Nisa sudah duduk bersama mereka sambil memegang lemak diperutnya itu.

“Jangan Nis, lemak Zeze beracun. Entar lo malah jadi manusia panda lagi.” Canda Doni menimpali.

“Wahh lo ngga sadar diri ya Don. Lihat tuh perut Lo aja udah kayak Panda Jantan.” Jawab Lana iseng.

“Namanya juga sejoli Na hahaha” bercanda Ali.

Semuanya tertawa dengan candaan tersebut. Karena Doni dan Zeze yang memiliki tubuh lebih berisi ketimbang yang lainnya. Terlebih lagi mereka sering berantem di kelas.

Sementara Aldi melihat Nisa yang masih sedikit pucat tapi tidak menjadi kurusan seperti candaan teman – temannya. Faiz setelah melihat ke arah Nisa berjalan ke arah sofa di ujung dan merebahkan tubuhnya sembarangan menutup wajahnya dengan majalah yang ada di sofa tersebut sebelumnya. Jangan tanya Deni dan Sintya. Mereka selalu saja bisa memanfaatkan keadaan untuk selalu bersama dan berpacaran di ruang tamu.

Lana tak masalah dengan sikap Kak Faiz dan Kak Aldi yang lebih memilih diam. Dia tahu kalau itu agak sedikit canggung karena banyak teman temannya disini. Lana juga tak pernah mempermasalahkan abangnya yang bersama Kak Linda. Dia tahu bahwa abangnya tidak akan melewati batas pergaulan di usianya yang sekarang.

“Aduh akhirnya tante pulang juga. Ali udah kangen tau tantee…” Goda Doni saat Tante Ilaa sudah sampai dengan menenteng banyak jajanan dan minuman untuk mereka.

“Astagaa Don. Lu emang ya, bilang aja kalo lo lagi laper nunggu makanan yang dibawa tante Nisa kan?” Sangkal Ali kepada Doni dengan bercanda dan memukul kepala Doni asal.

“Udah ini makan ya. Jangan sampai ada yang tersisa.” Ucap Tante Ilaa.

“Ya ampun tante makasih ya tan. Jadi ngerepotin gini.” Ucap Lana kepada Tante Ilaa.

“Tante seneng kok kalo Nisa punya banyak temen gini. Sering – sering main ke sini ya. Tante mau ke atas dulu nyelesein kerjaan tante.” Pamit tante Ilaa kepada teman – teman Nisa.

“Siapp tante…” Jawab mereka serempak.

“Nis bagaimana kabarmu sekarang?” tanya Johan, ketua kelas mereka.

“Udah baikan kok Jo. Besok paling udah mulai sekolah lagi.” Jawab Nisa pada Johan.

“Sorry ya Nis, anak - anak bikin rame rumah lo. Lo yang punya rumah malah kayak tamu. Hehehe” Minta maaf Johan yang merasa bertanggung jawab sebagai ketua kelas atas sikap teman - temannya.

“Santai aja Jo. Gue malah seneng, kalian bisa luangin waktu buat jenguk gue.” Jawab Nisa yang senyum melihat teman - temannya berebut makanan yang dibelikan tantenya.

“Sorry juga ya Nis. Abang gue, kak Faiz, Kak Aldi sama Kak Sintya juga ikut kesini. Padahal nggaada tuh gue ngajak abang gue.” Sambar Lana mengatakannya Lantang sambil melihat abangnya.

“Ya ampun dek. Abang juga pengen tahu kali keadaan Nisa.” Balas abangnya yang tahu akan sindiran dari adeknya itu.

“Udah nggapapa Na. Gue juga seneng kalo mereka mau jengukin gue.” Senyum Nisa melihat ke arah Faiz yang masih dalam posisi tidurnya. “Kak Aldi makasih ya mau jenguk Nisa.” Ucap Nisa pada Aldi.

“Sama – sama Nis. Gue juga gasuka kalau lo sakit gini.” Jawab Aldi manis.

Teman – teman yang mendengar hal itu jadi terkekeh sendiri dan menyoraki sikap manis Aldi kepada Nisa “Cieee Kak Aldi.. bentar lagi mau ngasih pajak jadian nih.” Celetuk salah satu teman sekelas Nisa. Aldi hanya merespon dengan senyuman yang membuat teman – teman sekelas perempuan Nisa jadi meleleh dengan sikapnya.

“Na. Kok kita baru tahu sih kalo Kak Deni itu abang lo.” Kata Zeze yang disetujui teman teman wanitanya dengan sebuah anggukan kompak. Tapi Lana yang memang ingin menyembunyikannya dari awal tak ingin membuatnya terkenal di sekolah gara gara abangnya bahkan Kak Aldi dan Kak Faiz hanya tersenyum saja. Kini usahanya sia sia gara - gara abangnya ikut menjenguk Nisa.

“Kak Faiz mau Lana ambilin minum?” tanya Lana untuk mengalihkan pembicaraan tentangnya dan abangnya yang melihat Faiz bangun dari tidurnya. Tanpa menunggu jawaban dari Faiz, Lana langsung saja menghampiri faiz dengan membawakannya minuman. Sekarang Kak Aldi sibuk mengobrol dengan Nisa dan teman – temannya sibuk bercanda ria.

Faiz meneguk minuman yang diberikan Lana sambil melihat Nisa dan Aldi mengobrol banyak hal tepat di depannya. “Makasih ya dek.” Kini pandangan Faiz ia alihkan kepada Lana yang duduk di sampingnya yang kemudian kembali ke teman – temannya.

Tak terasa mereka semua sudah lama di rumah Nisa. Masing - masing dari mereka berpamitan pada Nisa bergantian.

“Nis, Gue pamit ya. Jangan lupa istirahat biar cepet pulih.” Pamit Aldi.

“Nisaa.. cepet sembuh ya besok ketemu lagi di kelas. Hehe” Kali ini pamit Lana.

“Cepet sembuh Nis. Ntar Aldi kesepian kalo ngga berangkat sama kamu. Hehehe.

Oh iya, kenalin ini Sintya. Pacar Kakak.” Pamit Deni sambil mengenalkan Linda yang sejak tadi belum sempat ia kenalkan pada Nisa.

“Salam kenal ya. Sintya.” Sapa Linda ramah. Yang kemudian dijawab juga Nisa dengan senyum ramahnya.

“Jangan sakit lagi. Nanti semakin banyak juga orang yang lo susahin. ” Ucap Faiz yang terakhir pamit kepadanya.

“Maaf kalo Nisa selalu menyusahkan Kakak secara tidak langsung.” Jawab Nisa lirih.

“Nisa juga gamau ngerepotin Kakak. Tapi semesta saja yang selalu membuat kakak ada saat Nisa membutuhkan bantuan.” Batin Nisa sambil melihat punggung Faiz.

Nisa tidak tahu dengan sikap Faiz kepadanya. Terkadang faiz baik padanya, tiba – tiba menanyakan kabarnya. Tapi kadang juga membuat Nisa jengkel seperti sekarang ini. Tapi yang Nisa yakini, Faiz tidak menyukainya karena sering merepotkan Faiz.

Nisa menutup pintunya dan kembali ke kamarnya setelah mereka semua hilang dari pandangannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!