Sakit

“Bu.. Nisa izin ke UKS ya bu.” Nisa mengacungkan tangannya saat pelajaran matematika, dia merasa kepalanya pusing dan sudah tidak sanggup lagi melanjutkan mata pelajaran tersebut.

“Bu.. Lana boleh nganterin Nisa ke UKS ya bu.” Pinta Lana pada Bu Sarah, Lana yang melihat Nisa berwajah pucat tidak tega membiarkannya untuk pergi ke UKS sendirian.

“Nggausah Na, aku masih kuat kok. Kamu lanjutin pelajaran aja ya.” Pinta Nisa dengan Nada lirih.

Dengan berat hati Lana menerima penolakan dari Nisa.Dan Nisa langsung berjalan ke UKS ketika Bu Sarah sudah mengizinkannya.

Nisa berjalan dengan hati-hati dan menjaga tubuhnya agar tetap seimbang menuju ruang UKS yang terletak di sisi lapangan basket sekolah.

Sedangkan di lapangan basket, Adel sedang berlatih untuk turnamen basket antar sekolah bersama dengan timnya. Adel yang melihat Nisa berjalan di sisi lapangan dengan sengaja melempar bola basket yang dia bawa ke arah Nisa dengan kerasnya. Namun bola basket itu tidak mengenai Nisa karena ditangkap oleh Faiz sebelum mengenainya.

Nisa tidak menyadari kehadiran Faiz. Yang dia rasakan hanya kepalanya yang semakin pusing saja rasanya. Tiba-tiba penglihatan Nisa buram dan jatuh ke lantai.

Faiz segera membawa Nisa yang jatuh pingsan ke UKS. Faiz menunggu Nisa sampai sadar kemudian memberikannya teh anget yang diberikan oleh petugas UKS sekolah.

Nisa meminum teh anget yang berikan Faiz.

“Makasih Kak.” Ucap Nisa sambil menaruh gelas di almari kecil sambing tempatnya berbaring.

Faiz yang melihat Nisa masih pucat berinisiatif untuk memegang kening Nisa kembali. Ternyata panas yang dirasa punggung tangannya belum turun, sama seperti sebelum Nisa sadar.

“Kamu demam?” tanya Faiz.

“nggapapa kok kak. Udah lebih mendingan.” Jawab Nisa.

“Nanti kalo ngga juga turun tuh panas kita ke rumah sakit aja.” Kata Faiz.

Nisa mendengarkan perkataan Faiz. Dia kembali berbaring dan beristirahat. Faiz dengan setia menunggu Nisa dan mengabaikan pelajarannya sendiri.

Bel istirahat berbunyi. Lana bergegas pergi ke UKS untuk melihat keadaan Nisa.

“Kak Faiz, bagaimana keadaan Nisa?” Tanya Lana dengan lirih agar Nisa tidak bangun karena suaranya.

“Masih panas.” Jawab Faiz yang agak khawatir karena sudah satu jam Nisa belum bangun dari tidurnya.

Lana memegang kening Nisa.

“Ya ampun kak, ini panas banget.” Lana panik memberitahukan ke Faiz.

Faiz memastikan panas Nisa lagi. Kemudian dia menggendong Nisa dan meminta Lana mencarikannya taksi untuk membawa Nisa ke rumah sakit tanpa menunggu petugas UKS yang saat ini sedang makan siang di kantin sekolah. Setelah mendapatkan taksi Faiz segera membawa Nisa dan menitipkan perlengkapan sekolahnya dan Nisa pada Lana.

Nisa sekarang ditangani oleh dokter. Sedangkan Lana, dia meminta bantuan pada abangnya untuk mengambil tas sekolah Faiz saat jam terakhir usai. Lana tidak akan berani tiba – tiba datang ke kelas Faiz, apalagi dia hanya sebatas anak baru di sekolahnya.

“Kok Faiz bisa nitip tasnya ke kamu sih dek?” tanya Deni setelah mengambil tas Faiz.

“Kak Faiz bawa Nisa ke rumah sakit bang. Tadi Nisa sakit.” Lana menjelaskan pada Deni.

“Yaudah, kamu bawa motor abang. Motor Faiz biar abang yang bawa.” Untungnya hari ini Lana tidak membawa motor sendiri. Karena motornya harus dia bawa ke bengkel kemarin karena remnya yang sudah aus.

“Ya ampun bang. Lana lupa, pasti sekarang Kak Aldi menunggu Nisa di tempat parkir.” Lana baru ingat kalau Nisa selalu pergi dan pulang sekolah bersama Aldi.

Setelah melihat Aldi yang menunggu di motornya, Lana langsung memberitahukan perihal Nisa kepada Aldi dan mereka bergegas pergi ke rumah sakit tersebut untuk menjenguk Nisa.

Setelah perawatan dokter dan perawat di rumah sakit, Nisa akhirnya sedikit pulih wajahnya sudah tidak sepucat tadi saat di sekolah. Dokter menyarankan Nisa untuk banyak beristirahat.

Terlihat dari perlakuan Aldi kepada Nisa, dia begitu khawatir dengan keadaan orang yang disukainya itu. Nisa yang diperlakukan Aldi malah merasa canggung dan malu sendiri karena disana juga ada Faiz, Deni dan Lana. Walaupun Nisa sudah tahu perasaan Aldi kepadanya. Namun sampai sekarang entah mengapa dia belum bisa membuka hati untuk Aldi. Padahal dia tahu bahwa Aldi sangat baik dan perhatian padanya.

Faiz melihat bahwa Aldi sepertinya sangat menyukai Lana. Faiz tahu betul sikap sahabatnya itu saat sedang menyukai seseorang. Seperti dulu saat sedang berpacaran dengan Linda pun dia juga bersikap sama seperti yang dilakukannya sekarang kepada Nisa.

Deni dan Lana menunggu diluar, mereka ingin memberikan ruang yang lebih leluasa untuk Aldi bersama Nisa. Berbeda dengan Faiz, dia menyambar tasnya yang sebelumnya dibawa oleh Lana dan pergi dari rumah sakit itu dengan alasan bahwa ada sesuatu yang harus dilakukannya.

Aldi, Deni, dan Lana mengantar Nisa pulang setelah diizinkan oleh Dokter.

“Kata dokter Nisa sakit karena terlalu kelelahan tante.” Aldi menjelaskan ke Tante Ilaa yang kaget melihat keadaan Nisa.

Tante Ilaa berterima kasih kepada Aldi, Deni, dan Lana yang sudah membawa Nisa ke rumah sakit dan mengantarkannya pulang. Setelah itu Tante Ilaa meminta Nisa untuk istirahat di kamarnya. Sedangkan Aldi, Deni, dan Lana pamit pulang.

“Ih ternyata tantenya Nisa cantik ya.” Celetuk Deni saat keluar dari rumah Tante Ilaa.

Lana mengetok kepala abangnya itu. Heran saja, saat – saat seperti ini masih saja abangnya mengeluarkan mata keranjangnya, “mau Lana aduin nih sama Kak Sinyta. Hihihi,” ancam Lana pada abangnya. Aldi hanya geleng kepala melihat kelakuan sahabatnya itu yang tak pernah berubah dari dulu.

Setelah dari rumah sakit, faiz pergi ke danau seperti biasanya. Entah mengapa hatinya sedikit tak karuan hingga dia memutuskan untuk pergi ke danau.

Merasakan angin yang menerpanya, tenangnya aliran air yang dipadu dengan suara kendaraan dari sisi jalan raya berharap dapat memperbaiki perasaannya.

“Makasih Iz, lo udah bawa Nisa ke rumah sakit.” Ucap Aldi yang sudah berada di belakang Faiz. Aldi sudah menduga kalau Faiz akan ada di danau ini. Tempat itu adalah tempat Faiz saat menenangkan pikirannya dari segala masalah yang menimpanya. Dari Faiz juga dirinya dan Deni mengetahui tempat ini yang akhirnya menjadi simbol dari persahabatan mereka.

“Tadi kebetulan aja gue lewat terus lihat Nisa udah pingsan di sekolah.” Jawab Faiz.

“Tapi kalo nggaada lo gue nggatau kalau Nisa sakit.” Kata Aldi.

“Bisa dari orang lain Al. Hanya kebetulan saja.” Jawab Faiz kembali.

“Lo bener, suka sama Nisa?” tanya Faiz setelah jeda percakapan mereka.

“Gue udah tertarik sama Nisa sejak pertama gue lihat dia di sekolah Iz.” Senyum Aldi membayangkan saat pertamanya bertemu dengan Nisa.

“Lo sendiri gimana sama Adel?” tanya balik Aldi.

“Gue udah putusin dia Al.”

“Gue tahu lo sayang banget sama Adel. Ikhlasin dia aja Iz. Mungkin dia akan lebih bahagia sama Angga.”

“Gue mau nyoba Al, meski bagi gue susah sih apalagi buat musuh bebuyutan gue.”

Tak terasa hari sudah menjelang petang. Faiz dan Aldi beranjak untuk pulang.

***

“Bagaimana keadaan Nisa sekarang ya?” Batin Faiz, karena tadi dia tidak tahu keadaan terakhir Nisa.

“Apaan sih gue kok jadi mikirin Nisa terus. Ingat perasaan Aldi, Faizzz.” Ucap Faiz pada dirinya sendiri.

Faiz meletakkan tasnya di kursi belajarnya dan mandi. Berharap pikirannya tidak kepikiran tentang Nisa terus. Tapi tetap saja dia tidak berhenti untuk kepikiran tentang Nisa. Akhirnya dia mengeluarkan ponsel dari tas nya dan mengirim pesan ke nomor Nisa.

Faiz :

Gimana sekarang Nis?

Nisa :

Apanya kak?

Faiz :

Keadaan kamu.

Nisa :

Udah baikan kak. Terima kash tadi udah bantu Nisa.

Faiz :

Istirahat. Biar besok – besok tidak menyusahkan orang lain!

Nisa :

Iya kak. Terima kasih.

Faiz tidak tahu mengapa setiap berkomunikasi dengan Nisa dia seperti menjadi bodoh. Bingung bagaimana cara berbicara dengan normal kepadanya. Yang akhirnya sikap cueklah yang dia tunjukkan pada gadis itu. Membuat Nisa hanya merasa bersalah karena selalu menyusahkan Faiz terus berkaitan dengan keadaannya. Faiz yang entah mengapa selalu ada saat dia sedang membutuhkan seseorang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!