Aldi sekarang bertugas jemput dan antar Nisa berangkat dan pulang sekolah. Walaupun Nisa belum juga memberikan jawaban kepadanya, tidak masalah bagi Aldi. Toh dia juga tidak bisa memaksa Nisa. Untuk menyatakan perasaanya dan menghabiskan waktu bersama Nisa adalah keputusan Aldi sendiri.
“Nis.. Mau menunggu atau langsung cabut nih?” tanya Aldi kepada Nisa yang saat ini ada di tempat parkir sekolah.
“Nunggu aja kak.” Jawab Nisa cepat.
Siang ini hujan deras. Anak – anak sekolah yang tidak membawa payung ataupun jas hujan memilih untuk menunggu ujan reda daripada harus basah kuyup.
Jari mungil Nisa terus bergerak tanpa dia minta. Otaknya mengingat kecelakaan yang menimpa dirinya dan orang tuanya. Tatapan Nisa menjadi kosong. Bibir tipisnya pucat merasakan dinginnya hawa angin yang dibawa hujan.
Aldi yang melihat itu segera melepaskan jaket yang dipakainya. Dipakaikannya ke Nisa. Aldi mengira Nisa sedang kedinginan. Namun mengapa tangannya terus bergetar? batin Aldi.
Tangan yang terus gemeteran itu dipegang erat Aldi. Aldi tidak tahu apa yang dirasakan Nisa sekarang. Dia memeluk Nisa yang menatapnya dengan tatapan sedih. Aldi tidak peduli dengan siswa lain yang berteduh di sekitarnya.
Akhirnya Nisa menangis. Buliran air matanya membasahi seragam Aldi.
“Hey.. kamu kenapa nangis Nis?” Tanya Aldi lembut mengusap air mata Nisa.
Nisa tak menjawab Aldi, malah semakin banyak buliran air yang keluar dari matanya.
Faiz memberi isyarat Aldi untuk menuju ke kelasnya yang terletak tidak jauh darinya dan Nisa. Aldi membawa Nisa untuk ke sana agar tidak menjadi perhatian anak lainnya. Faiz tidak mengatakan apa – apa setelah Aldi dan Nisa duduk. Dia malah memilih untuk tidur dengan tasnya yang dijadikan bantal.
Nisa sudah mulai bisa tenang setelah meminum air dari botol yang ia selalu bawa ke sekolah.
“Udah tenang kan Nis? Mau pulang sekarang aja? Mumpung hujannya udah reda.”
Nisa hanya mengangguk mengikuti Aldi. Sedangkan Faiz bangun dan melihat punggung mereka yang semakin jauh darinya.
Sepanjang perjalanan pulang, Faiz entah kenapa selalu memikirkan Nisa. Bayangan Nisa yang pingsan di dekat toko buku waktu itu dan tadi saat di tempat parkir sekolah.
“Gadis itu sangat malang.” Pikirnya.
Setelah sampai di rumah, Faiz berbaring di kamarnya, mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Dilihatnya nomor Nisa “gak.. gak..” kata Faiz yang kemudian membuang ponselnya.
Faiz mengambil ponselnya lagi, melihat nomor Nisa yang tertera di layar ponselnya. Dia akhirnya memencet tobol berwarna hijau dan menempelkan ke telinganya.
“Halo… “
“Maaf. Ini dengan siapa?”
“Faiz.”
“Eh. Maaf kak, Nisa nggatau.”
“Lo nggapapa kan?”
“Iya kak.”
Faiz memutuskan panggilannya.
***
"Tante.. Hari ini aku boleh ngga kalo ngga ke restaurant dulu?" tanya Nisa pada Tante Ilaa.
"Ya boleh. Kamu juga sekali - kali harus istirahat Nis. Mainlah sama temen - temenmu. Ajak ke rumah biar Tante Ilaa jadi tahu teman - temanmu. " Kata Tante Ilaa sambil menyendokkan nasi goreng ke piring Nisa.
"Iya tante. Kapan kapan Nisa ajak mereka kesini." Jawab Nisa.
"Kamu hari ini mau ada rencana sama temenmu? " Tanya Tante Ilaa lagi.
"Iya tan. Hari ini mau ngerjain tugas kelompok sama Lana." Jawab Nisa.
"Lana?" Tante Ilaa memutar bola matanya mengingat - ingat nama itu.
"Dia teman satu bangku Nisa." jawab Nisa sambil menyendok nasi goreng di depannya.
"Kirain cowok.hehehe" goda Tante Ilaa.
"Tantee... "
Setelah menghabiskan sarapannya, Nisa pamit ke Tante Ilaa untuk berangkat ke rumah Ilaa.
Tante Ilaa lega dan senang. Nisa sudah tidak semurung sebelumnya.
Nisa menaiki motor matic merahnya. Melaju ke kompleks perumahan Lana yang lokasinya sudah dikirimnya tadi malam lewat chat whatsapp.
Jarak rumah Lana dari rumah Tante Ilaa tidak terlalu jauh. Hanya memerlukan waktu 15 menit untuk sampai dengan kecepatan yang sedang.
Setelah sampai, Nisa menghubungi Lana dahulu untuk memastikan bahwa itu rumah Lana.
"Selamat pagi... " Salam Nisa.
"Ayo Nis masuk. Selamat datang di rumah gue Nisaaaa... " teriak Lana menyambut kedatangan temannya itu.
Nisa mengikuti langkah kaki Lana.
"Oh iya. Itu abang gue Nis. Namanya Deni." ucap Lana sambil menunjuk ke arah abangnya yang sedang menonton acara kartun si tv.
"Na.. Kayaknya gue pernah ketemu sama abang lo deh." ucap Nisa.
"Ya iyalah Nis. Kan lo pernah digangguin waktu jalan ke kantin sama gue dulu. Abang gue kelas 11 Bahasa 1." jawab Lana.
"Kok lo gak bilang kalo itu abang lo?"
"Ngga ah. Kalo bisa jangan ada yang tahu malah kalo dia abang gue. Heheh." ketawa Lana.
"Bang... Abang... " teriak Lana ke arah abangnya.
"Nah itu alasannya. Karena abang gue menyebalkan. Kerjaannya gangguin gue mulu. Tapi baik dia, kadang - kadang." Ketawa Lana kembali ke arah Nisa.
"Di kamar gue aja ya Nis. Soalnya Bang Faiz mau kesini kata abang gue."
"Faiz?" tanya Nisa memastikan.
"Udah jangan nanya mulu. Ayo cepat naik."
Setelah melewati Deni, mereka naik ke lantai dua.
Lana dan Nisa dengan cepat mengerjakan tugas kelompok mereka. Nisa beruntung satu kelompok dengan Lana. Disampaing hanya Lana yang paling akrab dengannya, Lana juga merupakan anak yang pandai.
"Akhirnya selesai juga.
Gue mau isi ulang minum dulu ya Nis. Lo disini aja, lihat - lihat kamar gue. Kalo mau bantu bersihin juga nggapapa. Gue ikhlas," pamitnya sambil bercanda.
Setelah beberapa menit, Lana kembali dengan membawa air mineral dan beberapa snack.
"Bengong aja perasaan.." Kata Lana sambil menyodorkan air mineral ke Nisa.
"Lan. Kak Faiz udah di bawah ya?" tanya Nisa.
"Iya tuh. Denger aja suaranya. Udah kayak bom meledak aja. Tapi lebih parah suara abang gue sih." ketawa Lana.
"Kenapa lo tiba - tiba nanya Kak Faiz? Naksir ya?" Goda Lana sambil menyenggol bahu Nisa.
"Eh.. Engga" jawab Nisa.
"Setahu gue sih dulu Kak Faiz pacaran sama Adel. Tapi gue denger mereka udah putus."
"Kak Faiz suka mampir ke restaurant gue Na." ucap Nisa
"Beneran lo?" jawab Nisa tak percaya.
"Iya."
"Waktu itu Kak Faiz kayaknya lagi sedih. Terus dia minta gue buat nemenin dia."
"Terus terus... "
"Dia bilang kalo udah putus sama Kak Adel. Dia juga minta nomor Hp gue."
"Kak Faiz bilang sama lo?" tanya Lana tidak percaya.
Nisa mengangguk.
"Tumben. Ngga biasanya Kak Faiz begitu sama orang baru.
Soalnya yang gue tahu, dari kedua temen abang gue yang paling cuek itu Kak Faiz.
Hati - hati lo sama dia. Ntar naksir lagi." ketawa Lana renyah.
"Engga ah." Jawab Nisa pendek.
"Oh iya lo kan udah ada Kak Aldi ya. Tapi kalo lo maunya sama Kak Faiz, Kak Ladi buat gue aja."
Lana benar - benar puas menggoda Nisa. Nisa mencubit perut Lana yang sedari tadi tidak henti - hentinya ketawa ngeledeknya.
"Bukannya Abang lo juga temenan sama Kak Aldi ya Na?" tanya Nisa yang ingat Kak Aldi ketika Lana menyinggung nama orang itu."
"Iya. Abang gue, Kak Aldi, sama Kak Faiz itu udah temenan semenjak mereka masih sekolah dasar. Tapi selama sebulan ini kayaknya mereka jarang main bareng. Mungkin karena sekarang beda kelas juga. Abang gue pilih kelas bahasa, Kak Faiz pilih kelas IPS, sedangkan Kak Aldi pilih kelas IPA. Karena memang yang paling pinter sih Kak Aldi. Gue dulu sering diajarin sama Kak Aldi kalo ada tugas sekolah."
"Oalah begitu."
"Gue dulu sering ngintil abang gue kalo main sama mereka. Makanya gue kenal deket sama mereka. Mereka udah gue anggep sebagai kakak sendiri. Siapa suruh mereka ngga punya adik. Hehehe" cerocos mulut Lana yang cerita gaada jedanya.
Nisa hanya mengangguk setuju dengan semua cerita Lana.
"Gue kenalin ke abang gue ya. Kan elo udah kenal sama Kak Faiz dan Kak Aldi. Biar sekalian. Tapi jangan naksir dia. Udah punya Kak Sintya dia" ketawa cengir Lana.
"Apa sih Na. Kalo semua sama gue ntar ribet. Hehe" canda Nisa.
Setelah mendengar cerita Lana dari A sampai Z. Mereka turun. Lana benar - benar ingin mengenalkannya pada Deni. Nisa pikir dia hanya becanda saja.
"Bang.. Iiih Abanggg!!! Dasar budek!" teriak Lana pada abangnya, Deni.
"Apaan sih dek. Lagi seru nih maninnya. Udah sama jangan ganggu abang!" Jawab Deni tanpa menoleh pada Lana.
Lana yang jengkel dengan abangnya sekarang berada di depan Deni dan Faiz. Menutupi layar dengan tubuhnya.
"Ahh Adek. Ngga seru ih." Keluh Deni pada Lana.
"Iya nih Dek. Geser napa ah." Faiz ikut - ikutan mengusir Lana.
"Astagaa.. Padahal Adek cuma mau ngenalin Abang sama Nisa. Kalo nggamau yaudah." Kesal Lana sambil menggeser tubuhnya.
Mendengar kata Nisa, Faiz menghentikan permainannya dan menoleh ke arah Nisa yang sudah berada di samping belakang Deni.
"Akhirnya gue menang dari lo Iz. Huuu.. " teriak Deni gembira dengan tangan yang diarahkan ke atas seperti atlit yang sedang memenangkan kejuaraan.
Faiz memutar kepala Deni paksa ke arah belakangnya.
"Ehh.. Apaan dek tadi kamu bilang?" tanya Deni ke Lana pura - pura.
"Kenalin bang, ini temen Adek. Nisa namanya.
Nis. Ini abang gue Deni." Lana mengenalkan mereka secara bergantian.
Kemudian Nisa dan Deni saling berjabat tangan.
"Eh kayaknya kita pernah ketemu ya. Tapi dimana ya?" tanya Deni sambil mengingat - ingat.
"Nisa pernah abang goda saat mau ke kantin sama Adek." ketus Lana.
"Oh iya.. Maaf ya hanya becanda. Jangan masukin ke hati, heheh" kata Deni.
"Kak Faiz ngga usah kenalan. Pasti udah kenal. Hehe." goda Lana ke Faiz.
Suasana itu entah mengapa membuat Faiz canggung. Padahal dia sudah beberapa kali bertemu sama Nisa. Faiz kemudian memutuskan untuk cabut dari rumah Deni.
"Den gue cabut ya." kata Faiz tiba - tiba.
"Yah.. Kok cabut sih Iz. Kan baru menang sekali. Doang gue." Keluh Deni.
"Ntar kapan - kapan gue ngalah deh sama lo." ledek Faiz.
"Kak Faiz!! Sekalian antar pulang Nisa ya kak. Dia juga mau. Pulang." Pinta Lana.
"Kok jadi gue sih dek." ucap Faiz.
"Udah gausah nolak. Tinggal ikutin dari belakang apa susahnya sih kak. Ya... Mau ya." Pinta Lana dengan nada manja ke Faiz.
"Yaudah deh."
"Yeyy..." Lana tertawa senang.
"Hati - hati dijalan kalian. Awasss naik motornya pake mata, jangan pake hati ntar nabrak." Seru Lana ke Faiz dan Nisa sambil melambaikan tangannya.
Nisa kali ini benar - benar merasa kikuk.
"Dek kamu jangan gitu ah. Kasihan Kak Aldi nanti." Deni menasehati Lana saat Faiz dan Nisa sudah mengendarai motor mereka masing - masing.
"Apaan sih bang. Orang Lana cuma becanda doang." Ketus Lana kepada abangnya.
"Jangan dibiasain dek. Aldi itu suka sama Nisa." Jawab Deni.
"Benarkah bang?" kaget Lana.
"Iyaa.. Makanya jangan suka menggoda Nisa sama Faiz lagi ya!" Pinta Deni sambil mengacak - acak poni dora Lana.
"Adek jadi kangen diajarin PR sama Kak Aldi. Ngga kayak Abang. Bodoh!! Nggabisa ngajarin Adeknya." ledek Lana yang kemudian lari agar tidak disiksa oleh Deni.
Deni dan Lana seperti tom dan jerry. Tapi Deni selalu menyayangi Lana, begitupun sebaliknya. Lana bersyukur punya Abang yang kocak seperti Deni. Itulah yang membuat kepribadiannya selalu ceria dan receh. Suka menggoda teman - temannya termasuk Nisa. Lana juga bersyukur bahwa dia juga punya Kak Faiz dan Kak Aldi yang sudah dianggapnya seperti keluarganya, seperti abangnya sendiri.
Nisa akhirnya sampai di rumah, dia dengan segera mematikan mesin motornya setelah melewati gerbang rumahnya dan menghampiri Faiz yang masih menunggunua di depan.
"Terima kasih kak." ucap Nisa kepada Faiz.
Faiz tidak menjawab ucapan Nisa dan langsung melajukan motornya pergi.
"Benar kata Lana, Faiz memang orang yang cuek." Batin Lana.
Kemudian Nisa masuk dan menuju ke kamarnya. Alih - alih hanya berniat untuk berbaring di kasurnya, dia malah ketiduran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
ANAA K
Boomlike mendarat mulus ka😉👍🏾
2021-10-16
0