Sehari ini Deni tidak melihat Faiz di kelas. Padahal tadi pagi mereka berangkat bersama setelah dari SMA6. Deni khawatir kalau Faiz akan pergi ke SMA6 untuk memberi pelajaran ke Angga.
Deni bergegas pergi ke kelas IPA2 untuk mencari Aldi.
"Al. Ayo ikut gue sekarang!" Ajak Deni.
"Mau kemana?" tanya Aldi datar.
"Nyari Faiz. Dia gaada dikelasnya." Jawab Deni.
"Bukannya dia udah biasa cabut dari kelas?" Tanya Aldi cuek.
"Tapi ini dia lagi ada masalah Al. Makanya gue nyari elo." Seius Deni.
"Udah Den. Dia udah gede. Udah bisa milih yang bener yang mana." Tetap cuek menjawab Deni.
"Masalahnya ini sama Angga anak SMA6, Al." Deni semakin serius kali ini.
"Apa!!! Kok bisa dia berurusan lagi sama Angga?" Kali ini Aldi serius dengan pertanyaannya.
"Karena Adel.
Udah ayo jangan banyak nanya lagi." bujuk Deni.
Tanpa banyak tanya lagi, Aldi mengemas peralatan tulis yang ada di meja, memasukkannya ke dalam tas dan langsung menggendongnya mengikuti langkah kaki Deni.
Mereka berdua tidak mempedulikan teman teman kelas Aldi yang bengong melihat Aldi bolos pelajaran terakhir hari ini. Yang tidak mencerminkannya sebagai siswa yang menjadi kebanggaan sekolah.
Aldi dan Deni mengendarai motor mereka masing - masing menuju ke SMA6. Mereka ingin melihat apakah Faiz ada di sana. Juga memastikan Faiz tidak memulai keributan dengan Angga lagi.
Mereka menunggu sampai Angga keluar dari sekolahnya. Mengikuti sepeda motor Angga yang semakin menjauh dari sekolah. Tapi Faiz tak datang menemui Angga.
Aldi dan Deni saling tatap. Mereka berpikir hal yang sama.
Mereka bergegas berbalik meninggalkan Angga. Menuju ke tempat di mana mereka dan Faiz biasa menghabiskan waktu bersama.
Dugaan mereka benar. Di pinggir danau terparkir motor Faiz. Terlihat Faiz sedang berbaring di jembatan danau yang panas.
Faiz membuka matanya dengan sipit karena terik sinar matahari yang pas diatasnya. Faiz melihat dua pemuda yang melihatnya dengan datar. Dia tidak peduli dengan keberadaan kedua pemuda itu dan memejamkan matanya lagi.
"Iz. Faizzz!!" teriak Deni sambil menggoyang - goyangkan tubuh Faiz dengan kakinya.
Faiz tidak bergeming. Deni semakin mempercepat ayunan kakinya dan kali ini membuat Faiz tersadar dan bangkit dari posisi tidur ke posisi duduk.
"Lo gila ya panas - panas gini tiduran ngadep matahari." kata Deni.
Faiz tidak bernafsu untuk meladeni tingkah Deni. Apalagi sekarang ada Aldi. Kemudian Faiz meninggalkan Deni dan Aldi dengan dingin tanpa menoleh sekalipun kepada mereka.
"Ishhh... Faiz benar - benar sudah gila karena Adel." celetuk Deni.
"Ada apa lagi sama hubungan mereka, Den?" tanya Aldi.
"Adel berkhianat sama Faiz. Ternyata Adel sekarang juga berstatus sebagai pacar Angga." Deni menceritakan semuanya kepada Aldi, mulai dari dia melihat Adel yang makan dengan Angga di sebuah restaurant sampai kabar Faiz yang memutuskan hubungannya dengan Adel tadi pagi di sekolah.
"Gue sebenernya udah tahu kalo Adel sama Angga pacaran, Den."
"Haaa... Sejak kapan lo tahu ini Al?"
"Sebelum Faiz kecelakaan."
"Terus kenapa lo ngga ngasih tahu langsung ke Faiz, Al?"
"Lagian kalo gue ngasih tahu juga dia ngga bakal percaya sama gue."
"Kalian berdua ini sebenernya cuma salah paham. Mending lo lurusin sama Faiz. Biar kita bisa deket lagi kayak dulu."
"Sebenernya gue yang udah buat Faiz kecelakaan waktu itu Den. Gue waktu itu bilang kalo Adel ada main dibelakangnya. Tapi cinta Faiz pada Adel sepertinya udah buta. Dia ngga percaya dan pada saat itu mau menemui Adel langsung dalam kondisi hujan yang deres.
Makanya gue diam - diam kalo jenguk dia pas di Rumah Sakit." Cerita Aldi dengan rasa kecewa terhadap dirinya sendiri.
"Lo ngga salah Al. Faiz kecelakaan bukan karena lo. Tapi emang karena keras kepalanya sendiri."
"Engga Den. Gue ikut andil dalam kecelakaan itu. Kalo gue ngga ngasih tahu Faiz, dia ngga bakalan kekeh pergi nemuin Adel."
Hari ini terasa ada angin segar diantara tiga orang bersahabat itu. Setelah sekian lama mereka tidak bersama, hari ini takdir menyatukan mereka kembali.
***
Setelah putus dari Adel, kehidupan Faiz menjadi agak kacau. Pemuda itu sekarang jadi sering bolos sekolah. Ya memang dulu dia suka bolos juga. Tapi sekarang intensitasnya semakin bertambah. Dia tidak ingin masuk sekolah hanya karena tidak mau bertemu dengan Adel.
Sedangkan Adel, dia bolak - balik ke kelas Faiz untuk mencarinya. Ingin membujuk Faiz agak mau kembali padanya, kembali menjadi pacarnya. Tetapi dia tidak pernah menemukannya. Karena setiap kali bertemu dengan Faiz, pemuda itu selalu saja menghindar darinya.
Hari - hari Faiz dia sibukkan untuk hanya sekedar nongkrong sendiri di kedai kopi. Entah sekarang sudah berapa kedai kopi yang sudah dia datangi untuk pelampiasannya itu.
Selain itu, dia juga lebih sering menghabiskan waktunya hanya untuk sekedar menyusuri jalanan dengan motornya tanpa arah dan tujuan. Yang pasti dia ingin menghilangkan rasa kecewanya dengan Adel.
Aldi dan Deni prihatin atas apa yang dilakukan Faiz. Walaupun sekarang dia tidak melampiaskan amarahnya dengan hal - hal yang negatif, tetap saja dia menghancurkan hidupnya sendiri.
Mereka sering mengikuti Faiz secara diam - diam. Memantau apa saja yang dilakukan Faiz selama hampir dua minggu ini.
Faiz memang keras kepala dan mudah tersulut amarah. Tapi saat dia sudah menyayangi orang lain maka tidak akan pernah membuatnya terluka. Tapi apa? Perlakuan baiknya kepada Adel dibayar dengan penghianatan.
Hari ini Faiz pergi ke Resto Mega. Mengingat - ingat kenangannya saat bersama Adel dengan lama.
"Silakan... " ucap seorang pelayan sambil menyajikan makanan dan minuman yang Faiz pesan.
Faiz mendongak ke arah pelayan tersebut.
"Nisa..." kata Faiz.
"Eh Kak Faiz. Silakan dinikmati kak." Balas Nisa yang masih merasa agak sedikit canggung.
"Nis.. Lo mau makan sama gue ngga?" pinta Faiz sebelum Nisa kembali ke belakang.
Nisa sedikit terkejut dengan permintaan Faiz, namun Nisa tak enak menolak permintaan Faiz. Apalagi dia pernah ditolong Faiz.
"Udah gue ngga akan ngapa - ngapain lo. Tenang aja." Kata Faiz datar meyakinkan Nisa.
Nisa akhirnya menuruti Faiz. Sekarang dia duduk di depannya Faiz. Nisa melihat ada yang berbeda dari Faiz. Raut wajah Faiz menunjukkan sebuah kemarahan. Karena Nisa penasaran, dia mencoba mengumpulkan keberaniannya bertanya kepada Faiz yang sudah dari tadi diam saja sambil mengunyah makanannya pelan.
"Maaf kak. Kakak kenapa?"
Faiz hanya memandang Nisa. Nisa menunjuk mukanya sendiri seolah memberi isyarat kepada Faiz mengapa wajah Faiz terkesan begitu marah.
"Oh.. Emang gue lagi kesel sama orang. Gue lagi kesel sama Adel."
"Kenapa sama Kak Adel, Kak?"
"Gue putus sama dia, udah hampir 2 minggu ini."
"Maaf kak, Nisa nggatau."
"Gapapa. Btw kamu udah lama kerja disini?" tanya Faiz sambil melihat seragam yang dipakai Nisa.
"Eh.. Engga kak. Ini Resto milik papa Nisa."
"Pantes elo sering disini.
Gue boleh minta nomer lo?"
Nisa bingung atas sikap Faiz yang langsung menodongkan Hp nya ke Nisa.
Nisa dengan terpaksa memberikan nomornya ke Faiz.
"Gausah takut sama gue. Gue gak akan makan lo. Gue cuma ingin temenan aja sama lo." kata Faiz yang melihat tangan Nisa gemeteran sambil memencet nomernya di Hp Faiz.
Faiz pergi setelah berterima kasih kepada Nisa karena mau menemaninya yang sedang terpuruk.
"Nisa... "
Nisa mendengar ada yang memanggilkan. Dia kira yang memanggilnya adalah Faiz yang baru saja pergi.
"Kenapa lagi kak?" tanya Nisa sambil berbalik ke arah orang yang memanggilnya.
Ternyata yang memanggilnya bukan Faiz, tetapi Aldi.
"Eh Kak Aldi. Tadi Nisa kira... "
"Faiz?" tanya Aldi.
Nisa hanya mengangguk malu kepada Aldi. Dia kemudian duduk kembali di meja tadi yang dipakainya. Namun sekarang yang didepannya bukan Faiz, melainkan Aldi.
"Aku laper banget nih.
Emmmb yang enak disini apa ya Nis?" tanya Aldi sambil melihat list menu yang ada di tangannya.
Aldi memesan makanan yang direkomendasikan Nisa.
"Temenin aku makan ya Nis, please!!
Faiz aja kamu temenin masa sama aku gamau" senyum Aldi.
Nisa seketika membeku dengan perkataan yang dilontarkan Aldi kepadanya.
"Apakah Kak Aldi sudah lama berada di resto ini? Kenapa Kak Aldi bisa tahu kalau dirinya tadi menemani Kak Faiz disini? Atau sekarang Kak Aldi sedang cemburu dengan Kak Faiz?" Pikir Nisa. Membuat tangannya memukul kepalanya sendiri agar tidak memikirkan hal yang tidak tidak.
"Kenapa Nis?" tanya Aldi yang melihat Nisa memukul kepalanya sendiri.
"hmhm nggapapa Kak" jawab Nisa cepat.
"Jangan melukai diri sendiri. Gue gamau lo lukain diri lo sendiri. Apalagi ada yang mau coba lukain lo."
"Kak Aldi." Jawab lirih Nisa atas perkataan Aldi yang lagi - lagi membuatnya membeku.
Sedangkan Aldi, hanya menatap Nisa dalam dengan senyum tipisnya yang menawan.
***
Adel masih tetap berusaha menghubungi Faiz. Tetapi Faiz sekarang malah memblokir nomornya. Dia akhirnya memberanikan diri untuk langsung mencari Faiz di rumahnya.
"Malam mah... Sapa Faiz yang baru pulang."
"Itu Faiz baru pulang. Tante tinggal dulu ya." ucap Mama Faiz pada Adel.
"Iya Tante."
"Ngapain lo kesini?" tanya Faiz pada Adel tanpa basa - basi.
"Gue mau ngejelasin semuanya Iz."
"Gaperlu. Bagi gue semuanya udah jelas."
"Tapi gue... "
"Lo kapan mulai khianatin gue dengan pacaran sama Angga?"
"Gue ngga khianatin lo, Iz."
"Gue gak percaya."
"Lo kemana aja dua minggu sebelum masuk tahun ajaran baru sekolah?" sangkal Adel.
"Lo mau tau kemana gue dua minggu itu?,
Gue kecelakaan karena mau nyamperil lo. Ternyata Aldi bener, lo udah berani main di belakang gue. Harusnya gue lebih percaya sama Aldi." Faiz sekarang agak meninggikan suaranya.
"Aldi!!" marah Adel.
"Kenapa?
Gara - gara itu, persahabatan gue sama Aldi jadi rusak. Lo yang udah nyebabin itu semua." Tunjuk Faiz marah kepada Adel.
"Tapi.. Gue ngga maksud buat khianatin lo, Faiz." Adel masih saja menyangkal bahwa dirinya sudah menduakan Faiz.
"Pergi. Jangan ganggu hidup gue lagi!!!" Perintah Faiz sambil membawa paksa Adel keluar dari rumahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
ANAA K
Keren
2021-10-16
0