Kesempatan

Tok… tokk.. tokk..

Terdengan suara ketukan pintu depan dari rumah Nisa. Dengan segera Tante Ilaa membuka pintu.

“Selamat pagi tante… Nisa ada tante?” tanya Aldi dengan sopan.

Tante Ilaa melihat dengan cermat pemuda berkemeja yang mempunyai perawakan tinggi dan ganteng itu. “Temennya Nisa ya?” tanya Tante Ilaa sambil mempersilakan pemuda itu untuk duduk di ruang tamu tak jauh dari pintu.

“Iya tante, saat ini sih masih temenan sama Nisa. Hehehe” jawab Aldi sambil bercanda.

“Saya Aldi tante.” Aldi memperkenalkan dirinya kepada Tante Ilaa.

“Tante Ilaa, tantenya Nisa. Oh iya Nisa sepertinya baru mandi. Aldi tunggu sebentar ya!”

Tente Ilaa menuju ke lantai dua di mana kamar kamar Nisa berada.

“Nisaa.. kamu ditungguin Aldi dibawah.” Teriak Tante Ilaa dari depan pintu kamar Nisa.

Nisa mendengar teriakan Tante Ilaa dari luar kamarnya. Dia segera menyelesaikan mandinya dan bersiap-siap.

Sebenarnya dia tidak tahu apa yang tadi diomongin Tante Ilaa. Yang terdengar ditelinganya hanya teriakan Tantenya yang tidak jelas karena tertutup suara keran kamar mandi yang sedang mengisi bak mandinya.

Nisa menuju kebawah. Sekarang dia yang berteriak kepada tantenya “Tante… tadi manggil Nisa ada apa?”

“Ada temenmu Nis…” jawab Tante Ilaa dari arah dapur.

“Siapa yang mencarinya sepagi ini?” batin Nisa penasaran.

Nisa berjalan menuju ruang tamu. Dilihatnya Aldi yang duduk di sofa ruang tamu.

“Kakak kenapa kesini?” tanya Nisa bingung.

“Main lah Nis. Mau ngajak kamu masak-masakan?” jawab Aldi gurau.

“Masak-masakan?” tanya Nisa lagi serius.

“Ya ampunn.. seru banget sih godain kamu. Hehehe. Polos banget.” Jawab Aldi sambil senyum kearah Nisa.

“Tapi hari ini Nisa mau pergi ke restaurant kak. Mau bantu Tante”

“Wahh.. ini sih jadinya bukan masak-masakan lagi. Tapi masak beneran.” Aldi yang belum tentu diajak Nisa pergi ke restaurant langsung berteriak kepada Tante Ilaa untuk meminta izin ikut.

“Tantee… Aldi boleh ikut ke restauran tante kan?”

“Iya boleh.” Jawab Tante Ilaa.

Nisa dan Aldi berangkat terlebih dahulu tanpa menunggu Tante Ilaa. Karena biasanya Nisa juga berangkat dahulu. Tante Ilaa harus menyelesaikan pekerjaannya sebelum nanti menyusul ke restaurant.

Biasanya Nisa membuka restauran dengan pekerjanya. Namun kali ini berbeda. Dia membukanya dengan Aldi. Seseorang yang sekarang menjadi teman Nisa.

Nisa melarang Aldi membantunya untuk perihal urusan restaurant. Dia tidak ingin Aldi bersusah payah karenanya.

Aldi kini duduk di kursi yang paling dekat dengan Nisa melakukan aktivitasnya. Bukannya dia tak ingin membantu Nisa. Nisa selalu menolaknya, padahal dia sudah kekeh untuk membantunya.

Aldi melihat Nisa yang lalu lalang memberikan pesanan untuk para pelanggan. Nisa begitu cantik walaupun dia sedang memakai seragam pegawai restauran. Tak pernah sekalipun pandangan Aldi berpaling dari Nisa.

Kadang-kadang Nisa melirik ke arah Aldi. Membuat sepasang matanya beradu dengan mata Aldi. Berkali-kali Nisa melirik pemuda itu. Sepertinya memang tak sekalipun dia melihat ke arah lain selain Nisa. Aldi selalu saja membuat Nisa malu. Ingin rasanya dia mengusir Aldi agar tidak membuyarkan pikirannya. Namun apa boleh buat, dia memang tidak seharusnya mengusir pemuda yang dengan sabar menunggunya itu.

Pukul 11.00 WIB Tante Ilaa baru ke restaurant.

Tante Ilaa melihat Aldi yang tak henti hentinya memperhatikan keponakannya Nisa. Dia mendekati pemuda tersebut. Disabetnya tangan pemuda itu yang dari tadi berposisikan menyangga dagunya.

Aldi sontak kaget. Hampir saja dia terjungkal kearah meja. Tante Ilaa begitu tega sudah membuatnya menjadi pandangan mata orang orang yang sedang makan di dekat mejanya.

Tante Ilaa tersenyum dengan kelakuan pemuda itu. Pemuda itu tidak menjadi malu malah sekarang tersenyum ceria kearahnya. Membuat tante Ilaa semakin geleng geleng kepala.

"Nis.. Gimana? Lancar semua?" tanya Tante Ilaa perihal urusan restaurant.

"Alhamdulillah lancar tante." jawab Nisa.

"Yaudah sana, mainlah sama Aldi. Kasihan kalau harus menunggumu terlalu lama."

Nisa menghampiri Aldi "Kak ayo!. Kita mau kemana sekarang?"

"Hmhmhm kemana ya enaknya?

Okelah ayo kita pergi ke suatu tempat yang indah. Pasti kamu bekum pernah kesana."

Mereka berdua bejalan berdampingan keluar dari restaurant, menyibak keramaian jalanan dengan mengendarai motor.

Nisa menikmati perjalanannya. Dia melihat takjub bangunan yang ada di kanan dan kiri jalan. Hingga tak terasa mereka sampai di sebuah pantai. Pantai berpasir putih. Pantai itu terlihat masih asri. Tidak ada pengunjung yang lalu lalang. Hanya ada Beberapa nelayan yang hilir mudik membawa ikan tangkapan mereka.

Mata nisa terpana melihat pemandangan yang begitu indah. Udara yang masih begitu murni tanpa campur karbondioksida hasil dari kendaraan seperti di kota. Ditambah deburan ombak yang secara bergantian mengenai pasir. Rasa lelah dari perjalanan yang ia lalui sekitar dua jam terbayar.

Tanpa berpikir panjang Nisa berlari mendekati garis pantai. Merasakan pasir putih yang larut akibat ombak di kakinya. Sensasi panas terik matahari tak terasa berkat semilir angin yang membuat rambut nisa menari nari mengikuti arusnya.

Aldi tak mau ketinggalan. Dia juga berlari mengikuti langkah cepat Nisa. Pun ikut berhenti saat Nisa berhenti. Mata Aldi tak pernah lepas memandang ciptaan tuhan yang cantik ini. Ditambah semakin cantik saat ia memejamkan mata, mendongak sedikit ke arah langit merasakan apa yang sebelumnya mungkin belum pernah ia rasakan.

"Ya Tuhan. Cantik sekali ternyata... " kagum Aldi.

"Iya kak. Cantik ya pemandangannya."

"Kamu lebih cantik lagi Nis."

Nisa tersenyum, "Kakak bisa aja. Pasti lagi berusaha gombalin Nisa."

"Ehh engga gombalan semata ini. Asli deh. Kamu bener bener cantik. Apalagi kalo senyum gini."

Nisa membuka matanya kemudian berjalan menyusuri pantai hingga akhirnya duduk di bawah pohon kelapa bersama Aldi.

"Kamu suka ngga Nis sama tempatnya?" tanya Aldi.

"Suka banget kak. Sudah lama Nisa tidak berlibur semenjak..."

Nisa tidak melanjutkan perkataannya. Dia tidak mau suasana hatinya yang senang berubah menjadi sedih kembali mengingat hal yang membuatnya sedih. Dia sudah berjanji kepada Tante Ilaa akan menerima dengan ikhlas kejadian itu.

"Semenjak apa Nis?" tanya Aldi penasaran.

"Nggapapa Kak. Hmhm Kakak kok tahu ada tempat indah begini di pinggir kota?"

"Rumah nenek aku dulu ngga jauh dari sini Nis. Dulu sudah liburan sekolah kakak sering kesini untuk berlibur maupun menjenguk nenek. Tapi semenjak nenek meninggal, aku jarang kesini lagi."

"Maaf ya kak. Nisa jadi membuat kakak ingat sama nenek kakak."

"Ngga masalah Nis.

Kan sekarang udah ada kamu. Hehehe" ketawa renyah Aldi.

Aldi selalu saja membuat pipi Nisa merah seperti kepiting rebus karena sering menggodanya.

Tak terasa matahari sudah menuju ke arah barat, langit yang tadinya biru bersih sekarang menjadi kemerahan. Pemuda pemudi itu masih menikmati kebersamaan mereka.

"Nis.. Aku suka sama kamu." bisik Aldi di telinga kiri Nisa yang sedari tadi fokus ke arah tenggelamnya matahari.

Nisa kaget mendengar bisikan Aldi. Dia kini menoleh ke kiri dimana Aldi berada. "Kak..." kata Nisa lirih tak percaya.

Apakah bisa, secepat itu seseorang menyatakan suka dengan orang lain?

Mungkin Aldi hanya menyukai Nisa sebagai teman atau sebagai adek sendiri. Nisa saja tidak tahu dia harus menganggap Aldi apa. Karena memang dia belum begitu kenal dengannya.

"Nis.." Suara Aldi membangunkan lamunan Nisa.

"Aku tahu kamu masih belum sepenuhnya mengenalku. Kamu pasti juga belum sepenuhnya percaya.

Tapi...

Beri aku kesempatan untuk menyukaimu.

Beri aku kesempatan untuk membuktikannya.

Beri aku kesempatan untuk menunjukkannya.

Aku tidak akan memaksamu untuk menyukaiku juga Nis.

Izinkan aku mencobanya." kata Aldi serius kepada Nisa.

Nisa tidak tahu apa yang harus dia katakan kepada Aldi yang memegang kedua tangannya dan menatapnya dalam bola matanya.

"Kamu tidak harus menjawab Nis. Kan tadi pernyataan, bukan pertanyaan." senyum Aldi renyah.

"Tapi boleh kan Nis...

Ini baru pertanyaan, harusnya sih kamu jawab." Tanya Aldi dengan gaya jenakanya.

Nisa hanya menjawab dengan anggukan, yang menandakan bahwa dia memberi kesempatan Aldi untuk berjuang meyakinkannya. Memberi peluang Aldi untuk menunjukkan rasa suka kepadanya.

Aldi tidak akan menyia - nyiakan kesempatan yang diberikan Nisa kepadanya. Kalaupun akhirnya tidak sesuai dengan yang menjadi harapannya, setidaknya dia akan mencobanya terlebih dahulu.

Setelah itu, Aldi dan Nisa kembali ke kota dimana mereka tinggal. Hari ini hati Aldi merasa lega.

Terpopuler

Comments

ANAA K

ANAA K

Wah keren👍🏾

2021-10-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!