Kenangan Buruk

Tanggal merah.

Seperti biasa Nisa pergi ke restaurannya. Hari ini dia pergi sendiri karena tante Ilaa sedang menyelesaikan kerjaan dari bosnya.

Sebelum ke restaurant, Nisa mampir ke toko buku pinggir jalan yang letaknya tidak jauh dari rumah. Digunakannya payung transparan karena saat ini sedang hujan. Kurang beberapa langkah lagi dia sampai di toko buku.

Namun tiba tiba...

"Brakkk... Brakkk... Brakk... " suara keras di belakang Nisa.

Nisa menoleh ke arah sumber suara. Tatapannya kosong melihat apa yang sedang terjadi dihadapannya. Tak sadar dia menjatuhkan payung yang digenggamnya itu.

***

"Akhirnya anak mama sama papa mau SMA. Mama bangga sama Nisa." Peluk wanita itu kepada putri cantiknya, diantara para siswa dan orang tua mereka masing-masing.

Acara graduation SMP Nisa kali ini sangat meriah. Tiap orang tua siswa diundang dalam peringatan kelulusan tersebut. Dengan mengenakan pakaian kebaya membuat semua siswi nampak cantik. Tak kalah dengan siswanya juga tampak tampan dalam balutan kemeja putih celana hitam. Keduanya lebih elegan lagi ketika menggunakan pakaian serta topi wisuda mereka masing masing.

Tiap siswa berjalan ke depan panggung untuk berjabat tangan dengan kepala sekolah dan guru-guru sebagai tanda akhir dari pertemuan. Tak lupa orang tua juga turut mendampingi putra putri mereka. Acara diakhiri berfoto dengan angkatan dan dilanjut foto bersama orang tua wali masing-masing.

Dengan bangga dan bahagia mama papa Nisa memeluknya. Nisa bersyukur punya orang tua yang selalu menyayanginya. Walaupun kadang Nisa suka jahil dan manja, namun mereka tetap menyayanginya. Hari-harinya sering digunakan untuk bercanda bersama mama papanya, itulah mengapa dia jarang keluar bersama teman temannya. Baginya, orang tuanya sudah memberikan kebahagian yang sangat cukup untuknya.

Nisa, mama dan papa pulang dari acara wisuda. Mereka menikmati tiap-tiap perjalanan sambil bercanda ria dan membicarakan sekolah mana yang diinginkan Nisa untuk kelanjutan pendidikannya.

Di depan terlihat sebuat motor melaju kencang dan mengenai mobil yang dikendarai Nisa. Papa Nisa kaget dan membantik stir menghindari motor tersebut.

Brakk.. Brakk... Brakkkk...

Tabrakan tak dapat terhindarkan. Motor yang menabrak mobil Nisa terpental beberapa meter beserta pengendaranya. Sementara mobil Papa Nisa terguling dan terbalik akibat tabrakan tersebut ditambah licinnya jalanan akibat hujan deras yang menimpanya.

Pengendara dan pejalan yang lalu seketika berhenti dan berkerumun. Derasnya hujan tak menghalangi mereka untuk menolong ataupun sekedar melihat miris atas apa yang terjadi. Selang beberapa lama terdengar suara ambulan dan segera menolong korban. Papa, mama, nisa, dan seorang pemuda siap untuk dibawa ke rumah sakit.

Sayang.

Dalam kecelakaan itu nyawa mama dan papa nisa terenggut. Kabar kematian orang tuanya bagaikan petir yang menyambar telinga Nisa. Air matanya jatuh dengan deras seperti derasnya hujan waktu itu. Seketika kebahagiaan Nisa hilang. Wajah dan sikap yang ceria kini berubah menjadi tak berwarna.

***

Dirinya sekarang sudah basah kuyup. Kedinginan diterpa angin yang dibawa hujan. Pikiran dan hatinya masih ingat betul akan kejadian yang merenggut kebahagiaannya. Air mata nisa jatuh bersamaan dengan jatuhnya hujan. Sekarang dia jatuh berlutut, menangis tersedu-sedu karena tak tahan. Badannya semakin lemas.

Faiz yang keluar dari toko buku melihat gadis menyedihkan itu. Dilihatnya tajam seakan dia mengenalinya. "Tak salah, dia adalah cewek yang waktu itu bersama Aldi," batin Faiz.

Dengan cepat Faiz berlari ke arah Nisa karena Nisa sudah hampir jatuh tak sadarkan diri. Kepala dan tubuh nisa sekarang bersandar di tangan dan tubuh kuat Faiz. Faiz melepas jaket cokelatnya untuk menutupi tubuh dingin Nisa, kemudian menggendongnya ala bridal dan membawanya ke rumah sakit dengan mobil yang dibawa.

Entah kenapa Faiz merasa kasihan khawatir saat melihat wajah pucat dan tubuh dingin Nisa yang sekarang terbaring di tempat tidur rumah sakit. Faiz menggosok tangan Nisa dengan tangannya agar dia merasa hangat setelah dokter memeriksanya.

Banyak pertanyaan yang hendak ditanyakan Faiz kepada gadis itu. "kenapa dia sampai seperti ini dan membiarkan tubuhnya kehujanan sampai sampai tak sadarkan diri."

Sejam, dua jam dia menunggu Nisa di kamar itu. Dia tidak tahu harus menghubungi siapa, nama gadis itu saja dia tidak tahu apalagi dengan keluarganya.

Nisa mulai membuka matanya. Dia melihat sekitar tanpa bangkit dari tidurnya. Faiz yang melihat itu langsung mendekati Nisa. Dia lega nisa sudah siuman, "Akhirnya kamu sadar juga."

Nisa bingung kenapa ada Faiz disini.

"Kakak kenapa disini?" tanya nisa.

Sebelum menjawab pertanyaan Nisa, Faiz langsung memanggil dokter untuk memeriksa kembali keadaan gadis itu.

"Gue yang bawa lo kesini, tadi gue lihat elo pingsan dijalan." Jawab Faiz.

Faiz bingung, kenapa saat menjawab pertanyaan Nisa, dia malah menangis. "Eh lo kenapa nangis? Bagian mana yang sakit nanti biar gue panggilin dokter." khawatir Faiz.

Sebelum Faiz pergi untuk memanggil dokter lagi, tangannya ditahan Nisa mengisyaratkan bahwa dia tidak ingin dipanggilkan dokter lagi.

Tangisan Nisa belum juga berhenti. Walaupun sudah tidak seperti tadi. Hal itu membuat Faiz penasaran karena setiap menangis, Nisa selalu memanggil mama dan papanya namun tidak segera menghubunginya.

Tubuh Nisa lemas karena tangisannya. Dia sudah mulai bisa mengendalikan dirinya. Sementara Faiz hanya melihatnya karena tidak tahu harus berbuat apa dengan gadis itu.

"Kak, boleh minta tolong ambilin tasku," sambil menunjuk tas transparan yang ada di meja dekat Faiz. Diberikannya tas itu kepada Nisa.

"Gue Faiz, Faiz Pradana anak kelas 11 IPS1," Faiz menjabat Nisa.

"Saya Nisa kak, Nisa Anandita 10A." balik nisa berkenalan.

Nisa mengabari Tante Ilaa kalau dirinya sekarang ada di rumah sakit. Segera Tante Ilaa meninggalkan pekerjaannya dan menyusul Nisa. Dia tidak ingin terjadi apa apa pada keponakannya itu.

"Nisa... Kenapa kamu bisa seperti ini?" kawatir tante Ilaa.

Dia kemudian menoleh ke arah Faiz dan berterima kasih kepadanya karena telah membawa dan menemani Nisa. Faiz tidak enak dengan situasinya saat ini. Dia merasa asing. Kemudian dia berpamitan dengan Tante Ilaa.

Sebelum pulang, Tante Ilaa dan Faiz berbicara di lorong rumah sakit. Faiz menceritakan tentang Nisa yang tiba tiba menangis dan tak sadarkan diri di jalan, padahal yang kecelakaan bukan dia. Tentang Nisa yang menangis dan selalu memanggil mama papanya.

"Faiz... Nisa pernah mengalami kecelakaan yang menyebabkan mama papanya meninggal. Itulah mengapa dia jadi seperti itu saat ada hal-hal yang membuatnya ingat dengan kecelakaan itu. Bahkan dulu untuk mendengar hujan saja dia tidak sanggup. Namun dia akhirnya bisa.

Tante berharap nisa bisa lapang dada dengan apa yang menimpanya. Walaupun sekarang mungkin belum bisa sepenuhnya, tapi tante yakin Nisa bisa melewati ini semua." Tante Ilaa segera mengusap air matanya yang jatuh.

Tante Ilaa kembali menuju kamar Nisa, sedangkan Faiz berjalan pergi untuk pulang.

Terpopuler

Comments

ANAA K

ANAA K

Boomlike hadir thor👋🏾 jangan lupa mampir yah😉🙏🏿 mari kita saling mendukung👍🏾😉

2021-10-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!