Rasa bersalah

Malam harinya Audrey diam-diam keluar dan hanya meninggalkan surat sebagai pesan. Audrey telah menyiapkan portal sihir dengan kualitas terbaik sehingga bisa menjangkau tempat yang jauh, hanya butuh dua jam untuk sampai di Kerajaan Lottea. Audrey tiba di sebuah restoran mewah, masuk dan menuju ruang pribadi yang telah disiapkan untuknya. Seorang wanita mengenakan gaun merah yang elegan duduk santai di sofa menatap Audrey.

“ Anda sudah menunggu lama? “ Audrey duduk dan melepas jubahnya “ Tidak masalah, aku tidak percaya kau anak berusia sebelas tahun dengan tubuhmu itu “ Audrey terkekeh pelan “ Aku benar-benar berusia sebelas tahun Miss Maria atau agar lebih sopan aku harus memanggilmu Countess? “ tersenyum menatap Countess Maria “ Tidak perlu, panggil aku Miss saja agar lebih santai. Aku sudah membaca suratmu, bisnis apa yang kau maksud sebenarnya? “ Audrey dengan ramah tersenyum manis “ Jadi kita akan langsung ke intinya. Aku ingin kita menjadi mitra bisnis, setauku anda memiliki tanah yang cukup luas di wilayah Viscount Graham dan anda berniat untuk menjualnya kan? “ Countess Maria mengangguk agak bingung darimana Audrey mengetahui ia akan menjual tanah itu? “ Darimana kau tau aku akan menjualnya? “ menatap curiga pada Audrey “ Tidak perlu curiga, sebelum aku mengirim surat pada Miss Maria, aku sudah mengincar tanah itu jadi aku menyelidikinya terlebih dahulu. Aku sarankan anda tidak menjualnya pada orang lain karena anda akan menyesal nanti “ Countess Maria semakin bingung “ Kenapa aku harus menyesal? Itu hanya tanah yang tidak subur dan gersang lebih baik menjualnya “ Audrey menggeleng dan mulai menjelaskan semuannya.

Countess cukup terkejut dengan itu walau sedikit tidak mempercayainya “ Kenapa kau begitu yakin dengan itu? “ Audrey bersandar pada sofa “ Aku sudah mengatakan aku menyelidikinya terlebih dulu, lagi pula bukan itu yang terpenting sekarang. Sebelum Miss Maria menandatangani surat hak milik tanah dengan Viscount sebaiknya batalkan rencana menjual tanah itu. Setelah anda setuju baru kita akan membahas bisnis yang sebenarnya oh dan jangan lupa anda hanya punya waktu dua hari untuk memikirkannya. Kalau begitu aku akan pergi dulu “ Audrey meninggalkan Countess yang nampak bingung sendirian, saat jauh dari keramaian Audrey segera mengaktifkan portal sihir.

Dalam hati ia berharap Countess Maria akan menjadi mitra bisnisnya. Sampai di danau hutan dekat istana duke Audrey segera berlari menuju istana duke dan kembali ke kamarnya, kelelahan Audrey langsung tertidur. Keesokan harinya pada siang hari Audrey mendapat pesan, surat yang dikirim dari Kerajaan Lottea. Sedikit gugup Audrey membacanya dan tersenyum cerah ‘ Sangat bagus ‘ menyimpan surat itu di dalam kotak, Audrey berjalan keluar kamar menemui Arcel yang sedang berlatih pedang. Menunggu di tempat istirahat sambil melihat proses latihan pedang Arcel yang semakin stabil.

Saat istirahat Arcel segera menghampiri Audrey “ Kakak, bagaimana latihanku? Semakin baik bukan? “ menatap penuh binar pada Audrey “ Ya kau semakin baik. Apa sudah waktunya istirahat? Bagaimana dengan bersantai di tempat biasa? “ Arcel dengan semangat mengangguk.

Mereka berdua berjalan bersama menuju pohon rindang favorit Audrey, duduk di atas rumput dan menikmati sejuknya angina. Bahkan tak butuh waktu lama keduanya tertidur dengan saling bersandar satu sama lain. Dalam mimpinya Audrey melihat sosok wanita yang semakin lama tubuhnya retak lalu menghilang, dan sosok lain yang lebih kecil memanggilnya sambil menangis histeris berusaha menggapai tubuh yang perlahan hilang itu. Terkejut Audrey terbangun menatap langit yang sudah berwarna jingga, entah kenapa dadanya terasa sakit melihat pemandangan di mimpinya. Mengatur nafas Audrey berusaha menenangkan diri, lalu membangunkan Arcel yang masih tertidur “ Arcel bangun “ Arcel perlahan membuka mata, Audrey mengajaknya untuk kembali.

Setelah mandi Audrey masih teringat dengan mimpinya siang ini, Audrey berusaha melupakannya namun gagal. “ Kepalaku pusing, mungkin aku tidak enak badan sebaiknya aku tidur lebih awal “ berjalan di tempat tidur dan membaringkan tubuhnya di ranjang empuk itu. Lagi, dalam tidurnya Audrey memimpikan hal yang sama dan hal itu membuatnya kembali terbangun. Hingga pagi menjelang Audrey tidak dapat tertidur dengan tenang dan berakhir dengan kantor hitam di matanya. Saat baru mencuci muka, kepala pelayan datang dengan tergesa-gesa dan menyampaikan bahwa duchess sedang sekarat. Dengan terkejut Audrey berlari menuju kamar Devina, lalu menjumpai Devina sedang sekarat.

Audrey menghampirinya dan berjongkok di samping tempat tidur, menggenggam tangan Devina dengan erat. “ Apa yang sedang terjadi? Kenapa Ibu bisa sampai seperti ini?! Dimana healer? “ Audrey entah kenapa merasa marah sekaligus prihatin melihat kondisi Devina. Para pelayan terdiam, duke sedang berada di kerajaan lain sebagai utusan dan belum mendengar berita ini.

Audrey memanggil Caesar dan meminta bantuannya, Caesar mengalirkan kekuatan suci pada Devina namun hasilnya nihil, kekuatan suci itu hanya seperti menguap. Audrey semakin gelisah ‘ Apa yang harus kulakukan? ‘ menatap Devina yang semakin melemah. “ Rey… Ibu sangat mencintaimu sayang, jangan pernah bersedih. Ibu benar-benar menyayangimu, Kau ingatkan apa yang kita bicarakan saat di bawah pohon? . (“ Bu, menurutmu apa bisa mengubah takdir? “ Devina menatap langit cerah di depannya sambil tersenyum “ Entahlah. Ibu juga tidak tau, takdir sudah ada sejak kita lahir. Dan tak ada yang tau apa yang akan terjadi di masa depan. Bukahkan akan lebih baik jika kita menjalani hidup yang ada dengan baik? “ ). Audrey mengangguk “ Rey Ibu rasa ini memang sudah takdir, bahkan kekuatan suci tidak bisa membantu sama sekali. Ibu hanya berharap agar kau, putri Ibu selalu bahagia. Ibu tidak bisa memberikan apa-apa untukmu, tapi ibu telah menyiapkan hadiah untukmu kau bisa melihatnya kotak di dalam laci “ transmisi suara itu segara terputus. Audrey berusaha membangunkan Devina namun tak mendapat respon sama sekali, para pelayan terkejut sekaligus sedih. Mereka berusaha menenangkan Audrey yang histeris.

Pada sore hari acara pemakaman duchess devina diadakan dengan duke yang tidak hadir. Saat seluruh orang telah pergi, Audrey masih setia di hadapan batu nisan Devina. Perasaan Audrey yang asli benar-benar membuatnya sedih dan terpukul. Ketika hari sudah semakin gelap, kepala pelayan dan Caesar meminta Audrey untuk pulang. Di dalam kamar Devina Audrey sendiri dan mengingat perkataan Devina sebelum meninggal. Audrey mengambil sebuah kota dari dalam laci dan membukanya, ada sebuah kalung dengan liontin berwarna emelard dan sebuah surat.

“ Sayang maaf Ibu hanya bisa memberikan ini. Sebenarnya Ibu berencana untuk memberikannya saat debutante mu nanti, tapi Ibu merasa takut tidak akan bisa. Jadi, Ibu akan memberikannya padamu saat ini. Kalung itu adalah kalung yang berharga bagi Ibu. Ibu membuatnya sendiri khusus untukmu, ada mana yang cukup besar di dalamnya itu akan berguna untukmu kelak. Ibu tau sejak kau lahir mederian mu sudah rusak dan tidak berfungsi secara normal, tapi Ibu tidak bisa berbuat banyak. Ibu meninggalkan beberapa obat-obatan dan yang lainnya, Ibu harap itu berguna untukmu. Ibu harap kau akan selalu bahagia, Ibu yakin putri Ibu akan menjadi sangat kuat kelak. Saat mengandung mu Ibu selalu menantikan kapan kau akan lahir begitupun dengan Ayahmu, saat pertama kali menggendong mu rasanya seperti mimpi, melihatmu tumbuh dengan sehat Ibu sangat senang. Rey Ibu sangat mencintaimu “

Pandangan Audrey buram, air mata terus menetes tanpa henti. Audrey memeluk surat dan menggenggam kalung itu dengan sangat erat. ‘ Aku-aku bukan putrimu, putrimu sudah mati dia..dia sudah pergi kau akan bertemu dengannya. Maafkan aku karena merebut tubuh putrimu, aku juga tidak tau kenapa hal ii terjadi ‘ rasa bersalah mulai tumbuh di hati Audrey, melihat begitu sayangnya Devina pada Audrey yang asli, sedangkan di saat Devina sakit Gabry yang telah menjadi Audrey tidak peduli dengannya. Semalaman Audrey menangis di kamar Devina dengan memeluk surat dan kalung itu. Saat tengah malam liontin kalung itu mengeluarkan sinar redup lalu padam. Pada pagi harinya Audrey terbangun dengan mata merah, ia masih merasa terpukul dengan kematian Devina lebih tepatnya merasa bersalah karena tidak dapat berperan menjadi putrinya di saat terakhir.

Tidak ingin terpuruk lebih lama, Audrey bersiap untuk menemui Countess Maria. Kalung pemberian Devina ia kenakan dan tergantung apik di lehernya. Pergi menggunakan portal sihir yang telah ia siap kan, tak lama Audrey sampai di dekat restoran saat pertama kali bertemu dengan Countess Maria. Wajahnya tampak kaku dan serius membuat Countess Maria sedikit gugub, mereka membicarakan rencana mengenai pengelolaan tanah dan apa yang tersimpan di dalamnya secara rinci selama berjam-jam. Countess Maria sedikit terkejut dengan apa yang tersimpan di dalam tanah gersang miliknya, bersyukur ia belum menjualnya dan entah kenapa berterima kasih pada Audrey. Setelah membicarakan semuanya untuk rencana tahap awal, Audrey pergi entah kemana namun tidak pulang kerumahnya.

Berkeliling di Kerajaan Lottea untuk menenangkan hati adalah tujuan Audrey. Menjauh dari keramaian berdiri di atas tembok tinggi menatap keramaian di bawahnya. Hatinya merasa bersalah mengingat Devina yang berkaitan dengan mimpinya saat itu, ia yakin kalau wanita yang perlahan menghilang dalam mimpinya adalah Devina dan gadis yang menangis adalah Audrey asli.

Maaf kalau banyak typo

Jangan lupa like yaa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!