Setelah selesai mengukur baju, kini Diana berdiam diri di kamar. Ia masih kecewa dengan keputusan yang diambil secara sepihak pada hidupnya.
"Kalau memang mereka tak rela aku makan, jangan beri aku makan. Biarkan aku pergi dari tempat ini, kalau memang mereka merasa keberatan untuk memberiku makan dan pakaian," lirih Diana masih bimbang dengan situasi saat ini.
Tok
Tok
Tok.
"Saya masuk, nona."
Pak Hans masuk ke dalam kamar Diana membuat wanita itu langsung memasang wajah marah.
"Anda di minta tuan muda untuk datang ke taman belakang, nona."
"Aku tidak mau!" tolak Diana membuat pak Hans tersenyum lembut.
"Saya tau anda marah pada saya, nona. Tapi, saya harus melakukan apalagi selain menurut, saya bukanlah orang berkuasa nona, saya hanya budak di sini," ucap pak Hans terus terang.
"Ketika tuan muda memberikan perintah, maka saya akan langsung melakukan apapun perintah tuan muda. Saya tak bisa menolak perintah nya, termaksuk tentang pernikahan anda." Pak Hans menundukkan kepalanya membuat Diana tak enak hati.
"Tapi saya punya satu keyakinan, nona. Saya yakin tuan muda tidak akan melukai anda, beliau akan memberikan kebahagiaan yang anda cari, nona. Tolong percayalah itu," lanjut pak Hans.
"Aku tidak percaya," gumam Diana pelan. Mana mungkin laki-laki pembunuh itu bisa memberikan kebahagiaan.
"Mari ikut saya ke taman belakang, nona." Diana pun memilih mengikuti pak Hans ke taman belakang, entah apa nanti yang akan terjadi di sana. Entah apa juga yang akan disampaikan oleh Nathan padanya nanti.
Sesampainya di taman belakang, Diana di minta untuk duduk di gazebo, di sana sudah tertata rapi eskrim dengan bermacam rasa membuat bola mata dia berbinar-binar.
"Makanlah," ucap pak Hans.
"Apa boleh?" tanya Diana.
"Boleh, nona."
Diana pun menyantap eskrim yang ia inginkan, rasa dingin di mulut berpadu dengan rasa manis dan lembut membuat Diana tersenyum senang dan melupakan sejenak masalah nya.
"Apa aku di panggil untuk makan eskrim saja?" tanya Diana di sela memakan eskrim nya.
"Tidak, nona. Tuan ingin membicarakan sesuatu dengan anda," jawab pak Hans.
"Tapi dimana dia?" tanya Diana.
"Tuan muda sedang membersihkan diri karena baru pulang dari berburu," jawab pak Hans.
"Berburu? Berburu rusa?" tanya Diana menatap pak Hans, laki-laki itu hanya tersenyum saja.
"Bukan rusa, nona. Tapi, manusia."
Beberapa menit kemudian, Nathan pun akhirnya datang ke taman belakang. Pak Hans memilih mengundurkan diri dan meninggalkan Nathan bersama Diana yang masih fokus dengan eskrim nya hingga tak menyadari keberadaan Nathan.
"Kau begitu lengah hingga tak menyadari kehadiran orang lain," ucap Nathan memilih duduk di hadapan Diana membuat wanita itu terkejut dan mencari keberadaan pak Hans.
"Di-dimana pak Hans?" gumam Diana takut.
"Kau mencari si tua itu? Dia sudah pergi," ucap Nathan membuat Diana tidak berselera lagi untuk makan eskrim.
"Makanlah, jangan memandangi eskrim itu, karena eskrim itu tak akan masuk ke dalam mulutmu dengan sendirinya," lanjut Nathan.
Diana pun memakan eskrim yang ada di hadapannya dengan pelan, ia serasa sulit untuk menelan satu sendok eskrim.
"Kau sudah mendengar tentang pernikahan itu, bukan?" tanya Nathan mengambil buah apel yang ada di meja.
Tampak Diana mengangguk membuat Nathan menyeringai.
"Pernikahan akan dilakukan dua hari lagi, lebih cepat lebih baik bukan."
Mendengar itu, Diana pun sontak mengangkat kepalanya menatap laki-laki angkuh yang ada di hadapannya.
"Aku tak menerima penolakan!" tegas Nathan menatap tajam Diana.
"Ta-tapi....
"Kau tak perlu khawatir masalah aku menyentuh mu atau tidak. Aku tidak akan menyentuhmu, pernikahan ini hanyalah untuk kepentingan ku saja. Lagi pula apa yang bisa di sentuh darimu, melihat mu sekilas saja aku sudah tak berselera," sela Nathan dengan kata-kata menusuk membuat hati Diana terluka.
"Aku juga tak ingin di sentuh oleh orang seperti mu!" gumam Diana penuh penekanan dan Nathan dapat mendengar itu.
"Kalau aku menikah denganmu, lalu apa yang aku dapatkan?" tanya Diana memberanikan diri. Jangan sampai ia terjebak dengan laki-laki kejam di depannya ini.
"Tempat tinggal, makanan dan pakaian," jawab Nathan santai.
"Hanya itu?"
Nathan berdiri dari duduknya membuat Diana terkejut, terlihat Nathan berjalan ke arah Diana lalu sedikit membungkukkan badannya dan menatap tajam wanita itu.
"Jangan pernah membuat sebuah penawaran denganku! Di sini, kaulah yang membutuhkan ku, bukan aku!" tekan Nathan membuat Diana sulit untuk berbicara lagi.
"Meski kau nanti akan menjadi istriku, kau tak berhak akan kehidupan ku! Tapi aku, aku berhak atas kehidupan mu, camkan itu!" lanjutnya meletakkan buah apel yang ada di tangannya ke atas meja.
"Habiskan eskrim mu, karena kau sendiri tidak akan tau, apakah ini eskrim terakhir yang bisa kau makan atau bukan!" sinis Nathan lalu pergi meninggalkan Diana yang masih terdiam membisu. Jujur dari lubuk hatinya, ia sangat terluka.
"Beginilah nasib orang miskin seperti ku jika bertemu dengan orang kaya. Terhina dan selalu direndahkan," lirih Diana dengan tatapan kosongnya.
_
_
_
_
_
_
Jangan lupa beri dukungan untuk author yah. Like komen dan juga vote nya🥰 agar author semakin semangat. 🤧😥💪!
typo bertebaran di mana-mana harap bijak dalam berkomentar yah.
tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Lisa Halik
sabar nana
2024-05-10
0
Nanda Lelo
sabar aja Nana, ntar juga Bucin sendiri dia
2023-01-17
0
epifania rendo
suatu saat kamu yang butuh diana
2022-09-24
0