Malam harinya.
00.13
Jika sekarang Nathan tampak tidur dengan tenang, lain halnya dengan alam bawah sadarnya yang sedang merasakan sesuatu yang aneh.
"Dimana ini?" tanya Nathan berdiri di sebuah taman bunga. Ia terus memperhatikan sekitarnya yang sangat indah namun terkesan sunyi.
Nathan mencari senjatanya yang biasanya ada di saku celana, namun ia tak mendapatkan apapun di sana. Bukankah sebelum tidur Nathan sudah menyiapkan senjata, lalu dimana senjata nya. Dan, dimana kah ini? Mengapa ia yang tadinya tertidur sudah berada di sebuah taman.
Terdengar suara tawa anak kecil yang membuat Nathan berjalan mendekati arah suara, terlihat di bawah pohon sana seorang anak laki-laki 10 tahun sedang berkejar-kejaran dengan ibunya dan juga ayahnya.
"Ibu, ayah." Nathan memanggil dengan suara yang bergetar, mata nya sudah memerah. Perlahan ia berjalan mendekati ketiga orang itu.
"Ibu! Ayah!" teriak Nathan berusaha mendekat. Namun, belum sempat Nathan mendekat, ketiga orang itu tiba-tiba saja menghilang.
"Kemana mereka? Ibu, ayah! Dimana kalian!" teriak Nathan mencari kesana-kemari namun ia tak menemukan siapapun di sekitarnya.
"Mengapa kalian meninggalkan ku? Mengapa kalian tak membawaku juga bersama kalian?" lirih Nathan masih berusaha mencari keberadaan orang tersayangnya.
"A-aku rindu. Mengapa kalian hanya datang sesekali dalam mimpiku? Apa kalian tak menyayangiku!" teriak Nathan yang sudah berlinang air mata.
Saat Nathan berlutut penuh dengan kesedihan, disaat itulah ia mendengar suara tawa seorang wanita. Nathan mencari sumber suara itu, ternyata ada seorang wanita yang tengah berjalan-jalan bersama seorang gadis kecil di hamparan bunga.
"Mengapa dia ada di sana?" gumam Nathan menatap wanita itu.
Saat Nathan fokus menatap wanita itu yang sedang bermain dengan anak perempuannya, pundak Nathan di tepuk membuat laki-laki itu terkejut dan membalikkan badannya.
"Ibu,"lirih Nathan menatap penuh kerinduan wanita yang ada di hadapannya sekarang.
Nathan langsung memeluk sang ibu dengan erat, menggambarkan rindunya yang sudah sangat tak tertahankan.
"Aku merindukan ibu," lirih Nathan.
"Kau menangis?" tanya wanita itu.
Nathan tampak mengangguk, walau ia terkenal kejam dan dingin, tapi jika sudah menyangkut ibu dan ayahnya maka ia akan mudah lemah.
"Bukankah ibu sudah katakan, jangan menangis anakku, kau itu laki-laki, nak." Wanita itu tampak menghapus air mata Nathan.
"Aku rindu ibu," lirih Nathan menatap mata wanita tercintanya.
"Lalu?"
"Mengapa ibu tak datang di mimpiku? Mengapa ibu baru datang sekarang?" tanya Nathan menyentuh wajah sang ibu.
"Kemari lah," ucap ibunya sembari menuntun Nathan untuk duduk.
"Lihatlah di sana," tunjuk sang ibu pada wanita tadi dan juga anaknya.
"Kalau kau ingin ibu selalu datang ke dalam mimpimu, maka bahagiakan dia," lanjut ibu Nathan.
"Apa maksud ibu? Apakah datang ke mimpiku harus menggunakan syarat?"
"Iya," jawab ibu Nathan tersenyum kecil.
"Kau lihat disana, mereka sangat bahagia bukan. Kau juga akan bahagia jika bergabung dengan mereka, wanita itu sangat baik, nak. Kau harus tau itu, apalagi anaknya yang lucu itu, pasti kau akan menyukainya jika dia sudah terlahir ke dunia," jelas sang ibu.
"Aku tidak akan menikah, Bu. Wanita akan menjadi kelemahan ku, lagipula aku tidak suka anak kecil," sahut Nathan menatap dua manusia yang ada di hadapannya.
"Oh ya? Dulu ayah mu juga begitu, katanya tidak akan menikah, tapi dia menikahi ibu dan malah tergila-gila pada ibu, lalu dia bilang tak ingin punya anak karena merepotkan, tapi ketika kau lahir dia bahkan tak mau menurunkan mu ke lantai. Kemana-mana dibawa," ucap ibu Nathan sembari tertawa kecil.
Nathan pun ikut tersenyum mendengar itu, jika diingat-ingat, ada beberapa kenangan bersama sang ayah yang selalu memanjakan nya.
"Nikahilah dia lalu buat dia bahagia, kau juga akan bahagia nantinya walau ibu tak hadir di mimpimu," lanjut ibu Nathan membuat laki-laki itu terdiam sejenak.
"Tapi kebahagiaan ku ada bersama ibu, bukan dengan wanita lain."
"Memang kebahagiaan semua anak ada pada orang tuannya, tapi tak masalahkan kalau kau juga mencari kebahagiaan yang lain, toh itu juga tak akan mengubah perasaan mu pada ibu dan ayah," sahut ibu Nathan.
"Coba pikirkan itu, nak. Kau layak bahagia," bisik nya lalu menghilang bersamaan dengan angin yang bertiup.
Nathan masih terdiam menatap dua insan yang sedang kejar-kejaran, perlahan bibirnya melengkung membentuk sebuah senyuman yang pernah hilang.
*****
04.11
Nathan terbangun pada jam empat pagi, mimpi yang aneh sekaligus indah bukan. Ia baru saja memimpikan ibunya dan juga apalah itu, wanita asing itu masuk juga dalam mimpinya.
Nathan kini tampak sedang duduk di balkon sembari menikmati secangkir teh hijau, ia tak bisa tidur lagi, kantuknya tiba-tiba saja hilang.
"Pak Hans," panggil Nathan.
Pak Hans yang tadinya berdiri di dekat pintu pun langsung mendekat ke arah tuannya.
"Saya, tuan."
"Bukankah kemarin dokter kandungan datang?"
"Benar tuan."
"Lalu apa kata mereka."
"Kandungan nona Diana baik-baik saja, tuan. Jenis kelaminnya perempuan," jawab pak Hans menjelaskan dengan singkat.
Tampak Nathan menghela nafas panjang lalu menggerakkan tangannya agar pak Hans meninggalkan nya sendiri.
Sepeninggalan pak Hans, Nathan pun berdiri dan berjalan ke arah pagar balkon, ia menatap pemandangan yang masih gelap dan juga sunyi.
Apa benar ia harus menikahi Diana sedangkan ia tak punya perasaan apa-apa terhadap wanita itu. Bagaimana sebuah pernikahan akan bahagia jika tak ada perasaan di sana, ia tak pernah membayangkan itu.
"Aku hanya perlu menikahinya, bukan mencintai nya apalagi di cintai olehnya. Dengan begitu, ibu akan selalu datang ke mimpiku," gumam Nathan tersenyum menyeringai.
"Sepertinya aku harus berburu hari ini."
_
_
_
_
_
_
_
Cerita ini hanyalah fiksi.
tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
epifania rendo
awas bucin
2022-09-24
0
Kesya Kesya
semangat y thooor q mendukungmu 🌹🌹🌹🌹🌹🌹
2022-04-15
0
Jambrud Setiawan
keren Thor lanjoooot❤️❤️❤️❤️
2021-11-29
0