Malam harinya.
Diana masih betah berada di dalam kamar, berbagai ragam makanan di bawa ke kamarnya namun ia tak memakan ataupun meneguk setetes air pun sedari datang ke mansion.
Matanya sudah membengkak karena menangis, ia tak menghidupkan lampu kamar agar ia bisa merasakan ketenangan sejenak.
Tok
Tok
Tok
Pintu kamar Diana di ketuk, Diana tak berniat untuk membukakan pintu itu. Bukankah mereka bisa masuk tanpa meminta izin pada Diana, mengapa harus mengetuk pintu lagi.
"Saya masuk, nona." Ternyata pak Hans, laki-laki itu terlihat membawa makanan untuk makan malam. Tak lupa pak Hans menyalakan lampu agar memerangi kamar.
Pak Hans meletakkan makanan itu di atas nakas, lalu mengambil piring makan siang yang belum di sentuh.
"Sepahit apapun hidup ini anda harus tetap hidup, nona. Menyiksa diri tak akan mengembalikan masa lalu atau siapapun yang telah pergi. Anda hanya akan mendapatkan penderitaan dua kali lipat jika anda menyiksa diri anda sendiri," ucap pak Hans lalu pergi meninggalkan Diana yang masih merenung.
Sepeninggalan pak Hans, Diana menatap makanan yang di bawa pak Hans tadi. Ia pun memilih untuk makan, tak mungkin ia menyiksa anaknya karena kesedihannya. Bukankah ayahnya berpesan agar menjaga bayi yang ada di dalam kandungan Diana, karena bayi itulah satu-satunya keluarga Diana sekarang.
Setelah selesai makan, Diana berniat untuk mengantarkan piring bekas makan ke dapur, ia bukan raja di sini sehingga harus di layani setiap saat. Ia hanyalah orang asing yang menumpang di rumah besar ini.
Diana berjalan menuju dapur, ia sudah tau jalan dapur ketika ia mengambil bungkusan makanan tadi pagi.
Diana pun meletakkan piring itu di tempat cuci piring lalu langsung mencuci piring makannya.
Setelah mencuci piring, Diana berjalan keluar dari dapur. Rumah besar ini sangat sepi jika di waktu malam.
Suara gemericik air terdengar di telinga Diana, wanita itu penasaran darimana asal suara air itu.
Diana berjalan dengan mengandalkan pendengaran nya. Hingga ia sampai pada sebuah kolam renang yang besar, ternyata dari sinilah suara air itu terdengar. Ada air terjun mini di dekat kolam, Diana sangat terpesona.
Diana menatap permukaan air, di lihatnya seperti ada yang bergerak-gerak. Air terlihat sangat gelap karena lampunya tak dinyalakan.
"Apa itu?" gumam Diana menatap permukaan air. Sepertinya ada sesuatu di dalam sana.
"Apa ada ikan nya?"
Diana terus memperhatikan permukaan air hingga seseorang keluar dari air membuat Diana memundurkan langkahnya karena terkejut.
Orang itu tampak berenang ke tepi lalu naik ke atas. Siapa lagi kalau bukan Nathan, laki-laki itu akan berenang dengan lampu yang dimatikan dan juga suasana hening.
"Kau sangat suka berkeliaran," ucap Nathan meraih handuknya.
"Aku pikir ada ikan," ucap Diana menunjuk ke arah kolam.
Terlihat Nathan berjalan mendekat ke arah Diana sembari menatap tajam wanita hamil itu.
"Jangan suka berkeliaran di rumah ini, jika mereka tak suka padamu maka mereka akan dengan sangat mudah membunuh mu," bisik Nathan membuat Diana merinding.
"I-iya, aku minta maaf." Diana menundukkan kepalanya.
"Eum, apa wanita itu datang ke mimpimu?" tanya Diana penasaran karena sikap orang yang ada di depannya ini lumayan baik walau sedikit.
"Tidak! Kau pembohong!" jawab Nathan sinis.
"Untungnya aku masih berbaik hati karena membiarkan pembohong seperti mu tetap hidup, kalau tidak aku sudah menginjak perutmu agar kau mati!" lanjutnya lalu berjalan menjauhi Diana.
"Tapi tadi dia datang padaku," lirih Diana membuat langkah kaki Nathan terhenti.
Nathan menatap sorot mata Diana, ia tak menemukan setitik kebohongan di sana.
"Untuk apa dia datang padamu?" tanya Nathan.
"Untuk memelukku," jawab Diana dengan tatapan kosongnya. Air matanya kembali mengalir.
"Dia bilang aku akan bahagia nanti," lanjut Diana menyeka air matanya lalu mencoba untuk tersenyum.
"Pergilah tidur! Ini sudah malam!" titah Nathan membalikkan tubuhnya lalu berjalan ke arah kolam. Sepertinya laki-laki itu akan kembali berenang.
Diana tak menjawab apapun dan menatap Nathan yang kembali masuk ke dalam kolam renang.
"Aku juga ingin berenang," gumam Diana berjalan meninggalkan kolam renang menuju kamarnya.
Sepeninggalan Diana, Nathan kembali naik ke permukaan. Ia memilih duduk di pinggiran kolam lalu mendongakkan kepalanya menatap langit.
"Sebenarnya dia datang ke mimpiku tadi siang," gumam Nathan tersenyum kecil ketika mengingat mimpinya yang indah walau ia tidur di siang hari. Itu adalah mimpi terindahnya, ibunya datang bersama sang ayah dan membelai kepalanya.
"Datanglah malam ini juga, ibu."
_
_
_
_
_
_.
_
Triple up.
jangan lupa beri dukungan agar author semakin semangat 💪
Lanjut kah?
Typo bertebaran di mana-mana harap bijak dalam berkomentar yah..
tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
epifania rendo
semangat diana
2022-09-24
1
Yayah
lanjut
2022-04-13
0
Yolanda Yuliatinn
lanjut thor.. trus smngat thor..
2022-02-25
0