Bab 10. Kenyataan pahit.

Dengan senyuman manisnya, Diana menatap keluar kaca mobil. Ia memegang beberapa bungkus makanan, mulai dari ayam goreng dan makanan lezat lainnya.

Diana pulang dengan menaiki mobil yang sudah di siapkan oleh pak Hans, anak buah Nathan tentunya akan menjaga Diana karena wanita itu adalah aset penting untuk melihat arwah ibunya.

"Ayah pasti sangat senang karena aku membawa makanan enak, kami belum pernah makan makanan seenak ini sebelumnya," ucap Diana seperti sedang mengajak bicara pak supir.

"Saya turut senang, nona." Pak supir menjawab dengan sekenanya saja.

"Tuan itu juga membungkus kan nasi goreng," ucap Diana senang.

"Pasti akan lezat jika di santap dengan ayam goreng," sahut pak supir membuat Diana semakin senang.

"Iya, pasti rasanya akan sangat lezat." Diana mengangguk lucu, ia sudah tak sabar untuk bertemu dengan sang ayah, laki-laki cinta pertama nya yang sangat tulus mengorbankan sisa hidupnya hanya untuk Diana. Tak ada dusta maupun pengkhianatan dari cinta pertamanya itu.

Setibanya di daerah perumahan Diana, wanita hamil itu turun dari mobil lalu berjalan setengah berlari menuju arah rumahnya. Mobil tak bisa masuk ke area rumahnya karena jalanan sempit.

Senyuman Diana terus saja mengembang, dengan memegang bungkusan makanan, ada segenap harapan yang sangat mengharukan.

Beberapa orang yang lewat menatap Diana dengan tatapan sinis, sedih, biasa saja dan juga terkejut.

Langkah kaki Diana terus membawanya menuju arah rumahnya, perlahan kaki itu melangkah dengan lambat, senyuman yang tadinya mengembang kini menghilang.

"Rumah," gumam Diana menatap rumahnya yang sudah tak berdiri lagi, hanya ada sisa-sisa runtuhan yang terbakar.

"Ayah," lirih Diana berjalan mendekati reruntuhan rumahnya.

"Kau sudah pulang Diana?" tanya seorang wanita pada Diana yang masih tercengang dan belum bisa mengerti dengan apa yang terjadi sebenarnya.

"I-iya, apa ibu melihat ayah ku?" tanya Diana menundukkan kepalanya.

"Kami sudah menguburkan nya, dia terbakar bersama satu orang preman. Di sana kuburan nya, karena tak ada yang membiayai maka kami kuburkan saja di sana," jawab wanita itu menunjuk ke arah lahan yang penuh dengan rerumputan yang tinggi.

"A-ayah kenapa? Kenapa di kubur? Bukankah ayah ku masih hidup?" tanya Diana dengan mata yang sudah berair.

"Ayah mu terbakar, mungkin dia bunuh diri karena sudah tak sanggup lagi menjalani hidup. Makanya, kau jadi anak itu harus tau cara membalas budi, bukannya bekerja malah hamil," sinis wanita itu.

Diana menggeleng-gelengkan kepalanya, ia tak percaya ayahnya pergi meninggalkan nya selamanya. Kalau ayahnya pergi, lalu dengan siapa ia harus hidup sekarang? Siapa lagi yang akan mencintainya sekarang?

"Masih untung kami kuburkan ayah mu, mengingat kalian ini hanya menyusahkan saja, sudah membawa aib dengan menghamili anak sendiri, kini malah bunuh diri," lanjut wanita itu lalu pergi dari hadapan Diana.

Diana berjalan ke arah lahan yang masih di penuhi dengan rerumputan yang tinggi, ia tak peduli dengan apa yang akan ia injak nanti, yang terpenting adalah ayahnya.

Sampailah Diana pada sebuah kuburan yang masih segar, Diana terduduk lemas di pinggiran kubur ayahnya.

"Ayah, Diana bawa ayam." Diana mengangkat bungkusan makanan yang ada di tangannya.

"Ayo kita makan," lirih Diana membuka bungkusan makanan itu.

"Diana mendapatkan makanan dari orang kaya, ayah pasti suka." Diana mengambil satu potong ayah goreng lalu menggigit ayam itu. Tatapan nya kosong, air matanya terus mengalir, bibirnya kini sudah pucat.

"Ayam nya enak," lirih Diana dengan suara bergetar.

"Ayah mau?" Diana mengangkat potongan ayam itu seolah-olah sedang menawari ayahnya untuk makan.

"Kalau ayah tidak mau, untuk Diana saja yah, ayah jangan merajuk nanti," ucap Diana tertawa kecil.

Diana kembali meletakkan potongan ayam itu lalu melempar makanan itu ke sembarang arah. Tubuhnya sangat lemah sekarang, ia menyandarkan kepalanya di batu nisan sang ayah.

"Apa salah Nana, ayah? Apa salah Nana?" tanya Diana dengan suara bergetar sembari memukuli dadanya.

"Nana ini manusia juga sama seperti mereka, tapi mengapa Nana berbeda? Mengapa ayah?" tangis Diana pecah.

"Nana sudah bilang lari lah bersama Nana, mengapa ayah berpura-pura menjadi pahlawan! Mengapa ayah!" teriak Diana histeris.

"Apa Nana tidak boleh bahagia? Apa Nana hanya boleh menangis dan menderita? Mengapa ayah meninggalkan Nana? Mengapa ayah?" tangis Diana sesegukan. Kini wanita itu sudah menyandarkan kepalanya di tanah kuburan.

"Apa yang harus Nana lakukan sekarang, ayah? Kemana Nana akan pergi sekarang? Siapa yang akan menyayangi Nana seperti ayah? Siapa yang akan merawat Nana?"

Tangisan Diana terdengar sangat pilu dan juga menyayat hati, mereka yang lewat dari area itu pun merasakan kesedihan wanita yang sekarang tinggal sebatang kara.

Diana masih menangis dan mungkin akan terus menangis hingga ia mati nanti, sebuah penyesalan karena meninggalkan ayahnya hanya demi keselamatan yang tak berguna.

"Nana." Diana mendongakkan kepalanya menatap siapa yang memanggil nama kesayangan ayahnya itu.

"Ayah," lirih Diana tersenyum senang.

"Jangan menangis gadis kecil ayah."

"Ta-tapi, ayah meninggalkan Nana sendirian, bagaimana bisa Nana tidak menangis," ucap Diana ingin menyentuh sang ayah, namun ia pastinya tak akan bisa melakukan itu.

"Kau tak sendirian, nak. Ada anakmu yang akan menemanimu nanti, hiduplah dengan tenang dan bahagia demi ayah."

"Tidak, tidak bisa, ayah. Nana tidak bisa hidup bahagia jika tidak bersama ayah, Nana akan menyusul ayah juga," ucap Diana dengan mata yang sudah memerah.

"Kehidupan mu masih panjang, ayah tak akan rela kau mengakhiri hidup hanya untuk perbuatan sia-sia. Percayalah, bahwa ada kebahagiaan yang sedang menunggu mu."

"Tapi bahagia Nana bersama ayah," tangis Diana pilu.

"Ayah yakin kau akan menemukan kebahagiaan itu nanti, ayah yakin itu. Tetaplah hidup dengan baik, jangan jadikan perjuangan ayah sia-sia, nak."

Setelah mendengar itu, Diana tak bisa lagi melihat sang ayah. Entah kemana ayahnya pergi, Diana ingin menyusul ayah nya, tapi tak mungkin ia menyia-nyiakan perjuangan sang ayah.

"Diana," panggil seseorang membuat Diana membalikkan badannya.

"Kak Juna," gumam Diana tak tertarik melihat laki-laki yang ada di hadapannya sekarang.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya laki-laki itu yang bernama Juna, laki-laki yang pernah melamar Diana sebelumnya lalu di tolak oleh Diana.

Diana tak menjawab pertanyaan dari Juna, kalau di pikir-pikir, laki-laki itu pasti bisa menyimpulkan keadaan Diana sekarang.

"Kau jangan khawatir, Diana. Aku akan menggantikan posisi ayahmu yang akan menjagamu," ucap Juna duduk di sebelah Diana.

"Apa maksudmu, kak? Tak ada yang bisa menggantikan ayah ku," ucap Diana dengan tatapan kosong.

"Aku memang tak bisa menggantikan posisi ayahmu di hati maupun hidupmu, tapi aku bisa menjagamu seperti ayahmu menjaga dirimu," ucap Juna tampak menyakinkan.

"Maksudnya?" tanya Diana pelan seperti tak tertarik dengan pembahasan ini.

"Aku akan menikahi mu." Diana menatap Juna dengan tatapan sendu.

"Menikahlah denganku, Diana."

_

_

_

_

_

_

...Hei, bujang! Berani sekali.kau ingin menikahi aset penting tuan Albert🔪 masih mau hidup kah😂😂😭😂...

Jangan lupa kasih dukungan dan semangat nya🥰 jangan lupa share ke teman-teman nya juga yah biar semakin rame🤭

Cerita ini hanyalah fiksi.

typo bertebaran di mana-mana harap bijak dalam berkomentar yah.

tbc.

Terpopuler

Comments

Nanda Lelo

Nanda Lelo

owh tidak bisa Juna

2023-01-17

1

epifania rendo

epifania rendo

😭😭😭

2022-09-24

0

Rahmi AZka Nugroho

Rahmi AZka Nugroho

Sedih Thor😭😭

2022-08-29

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Ketidakberdayaan.
2 Bab 2. Nathaniel Albert Salvador
3 Bab 3. Berkunjung
4 Bab 4. Tragedi.
5 Ban 5. Salah masuk.
6 Bab 6. Membuat masalah.
7 Bab 7. Syok.
8 Bab 8. Dimana pintu keluar?
9 Bab 9. Di izinkan pulang.
10 Bab 10. Kenyataan pahit.
11 Bab 11. Hidup ini sangatlah berat.
12 Bab 12. Apa dia datang?
13 Bab 13. Kejadian di pagi hari.
14 Bab 14. Selamat.
15 Bab 15. Perempuan.
16 Bab 16. Mimpi
17 Bab 17. Bagaimana bisa.
18 Bab 18. Tak menerima penolakan!
19 Bab 19. Dipermainkan
20 Bab 20. Hari pernikahan.
21 Bab 21. Di kekang lagi.
22 Bab 22. Kado ulang tahun.
23 Bab 23. Terharu.
24 Bab 24. Dari siapa?
25 Bab 25. Gara-gara tertidur.
26 Bab 26. Latihan menembak untuk Diana.
27 Bab 27. Berbelanja.
28 Bab 28. Terkejut.
29 Bab 29. Kelahiran bayi Diana.
30 Bab 30. Menenangkan bayi.
31 Bab 31. Bayi Nara dan Nathan.
32 Bab 32. Tidur dengan bayi Nara
33 Bab 33. Pagi hari.
34 Bab 34. Malu.
35 Bab 35. Malam harinya.
36 Bab 36. Malam yang kacau.
37 Bab 37. Sedih lagi.
38 Bab 38. Mengalah.
39 Bab 39. Malam yang panjang.
40 Bab 40. Sedikit membaik.
41 Bab 41. Aku tak berguna.
42 Bab 42. Pegang tanganku!
43 Bab 43. Menggelitik hati.
44 Bab 44. Labirin #1
45 Bab 45. Labirin#2
46 Bab 46. Labirin #3
47 Bab 47. Gara-gara cabai.
48 Bab 48. Tak peduli!
49 Bab 49. Wanita misterius.
50 Bab 50. Bertahan.
51 Bab 51. Akhirnya.
52 Bab 52. Ternyata.
53 Bab 53. Malu.
54 Bab 54. Memusnahkan sampah!
55 Bab 55. Di taman.
56 Bab 56. Syaratnya.
57 Bab 57. Pemanasan.
58 Bab 58. Sakit.
59 Bab 59. Nathan yang semakin menjengkelkan.
60 Bab 60. Pagi yang menyenangkan.
61 Bab 61. Menyenangkan.
62 Bab 62. Mulai membaik.
63 Bab 63. Mulai berani.
64 Bab 64. Bercerita lah.
65 Bab 65. Flashback #1
66 Bab 66. Flashback #2
67 Bab 67. Senyuman setelah air mata.
68 Bab 68. Ajakan makan malam.
69 Bab 69. Makan malam yang romantis.
70 Bab 70. Malam yang tak terduga.
71 Bab 71. Berusaha untuk kuat.
72 Bab 72. Tangis pilu.
73 Bab 73. Sunyi.
74 Bab 74. Dendam yang terbalaskan
75 Bab 75. Akhirnya, kau bangun juga.
76 Bab 76. Pulang ke rumah.
77 Bab 77. Terkejut.
78 Bab 78. Menuduh
79 Bab 79. Harus jujur.
80 Bab 80. Kebenaran yang menyedihkan
81 Bab 81. Mengunjungi Nara.
82 Bab 82. Nanti malam yah.
83 Bab 83. Merah atau hitam?
84 Bab 84. Malam yang hangat.
85 Bab 85. Mau rumah baru.
86 Bab 86. Hampir mati.
87 Bab 87. Membeli ponsel baru.
88 Bab 88. Makin sayang.
89 Bab 89. Lelucon kecil.
90 Bab 90. Tingkah yang aneh.
91 Bab 91. Hadiah
92 Bab 92. Melihat makam ayah mertua.
93 Bab 93. Akhirnya tau
94 Bab 94. Yang dinanti-nantikan.
95 Bab 95. Ada yang datang
96 Bab 96. Adelleo dan Adellea.
97 Bab 97. Menenangkan.
98 Bab 98. Kecupan rasa teh.
99 Bab 99. Semakin mirip.
100 Bab 100 Nasehat
101 Bab 101. Ungkapan cinta yang menakutkan
102 Bab 102. Kekasih bayaran
103 Bab 103. Patah hati.
104 Bab 104. Semuanya sudah selesai.
105 Terimakasih
106 Pengumuman (Update novel terbaru)
Episodes

Updated 106 Episodes

1
Bab 1. Ketidakberdayaan.
2
Bab 2. Nathaniel Albert Salvador
3
Bab 3. Berkunjung
4
Bab 4. Tragedi.
5
Ban 5. Salah masuk.
6
Bab 6. Membuat masalah.
7
Bab 7. Syok.
8
Bab 8. Dimana pintu keluar?
9
Bab 9. Di izinkan pulang.
10
Bab 10. Kenyataan pahit.
11
Bab 11. Hidup ini sangatlah berat.
12
Bab 12. Apa dia datang?
13
Bab 13. Kejadian di pagi hari.
14
Bab 14. Selamat.
15
Bab 15. Perempuan.
16
Bab 16. Mimpi
17
Bab 17. Bagaimana bisa.
18
Bab 18. Tak menerima penolakan!
19
Bab 19. Dipermainkan
20
Bab 20. Hari pernikahan.
21
Bab 21. Di kekang lagi.
22
Bab 22. Kado ulang tahun.
23
Bab 23. Terharu.
24
Bab 24. Dari siapa?
25
Bab 25. Gara-gara tertidur.
26
Bab 26. Latihan menembak untuk Diana.
27
Bab 27. Berbelanja.
28
Bab 28. Terkejut.
29
Bab 29. Kelahiran bayi Diana.
30
Bab 30. Menenangkan bayi.
31
Bab 31. Bayi Nara dan Nathan.
32
Bab 32. Tidur dengan bayi Nara
33
Bab 33. Pagi hari.
34
Bab 34. Malu.
35
Bab 35. Malam harinya.
36
Bab 36. Malam yang kacau.
37
Bab 37. Sedih lagi.
38
Bab 38. Mengalah.
39
Bab 39. Malam yang panjang.
40
Bab 40. Sedikit membaik.
41
Bab 41. Aku tak berguna.
42
Bab 42. Pegang tanganku!
43
Bab 43. Menggelitik hati.
44
Bab 44. Labirin #1
45
Bab 45. Labirin#2
46
Bab 46. Labirin #3
47
Bab 47. Gara-gara cabai.
48
Bab 48. Tak peduli!
49
Bab 49. Wanita misterius.
50
Bab 50. Bertahan.
51
Bab 51. Akhirnya.
52
Bab 52. Ternyata.
53
Bab 53. Malu.
54
Bab 54. Memusnahkan sampah!
55
Bab 55. Di taman.
56
Bab 56. Syaratnya.
57
Bab 57. Pemanasan.
58
Bab 58. Sakit.
59
Bab 59. Nathan yang semakin menjengkelkan.
60
Bab 60. Pagi yang menyenangkan.
61
Bab 61. Menyenangkan.
62
Bab 62. Mulai membaik.
63
Bab 63. Mulai berani.
64
Bab 64. Bercerita lah.
65
Bab 65. Flashback #1
66
Bab 66. Flashback #2
67
Bab 67. Senyuman setelah air mata.
68
Bab 68. Ajakan makan malam.
69
Bab 69. Makan malam yang romantis.
70
Bab 70. Malam yang tak terduga.
71
Bab 71. Berusaha untuk kuat.
72
Bab 72. Tangis pilu.
73
Bab 73. Sunyi.
74
Bab 74. Dendam yang terbalaskan
75
Bab 75. Akhirnya, kau bangun juga.
76
Bab 76. Pulang ke rumah.
77
Bab 77. Terkejut.
78
Bab 78. Menuduh
79
Bab 79. Harus jujur.
80
Bab 80. Kebenaran yang menyedihkan
81
Bab 81. Mengunjungi Nara.
82
Bab 82. Nanti malam yah.
83
Bab 83. Merah atau hitam?
84
Bab 84. Malam yang hangat.
85
Bab 85. Mau rumah baru.
86
Bab 86. Hampir mati.
87
Bab 87. Membeli ponsel baru.
88
Bab 88. Makin sayang.
89
Bab 89. Lelucon kecil.
90
Bab 90. Tingkah yang aneh.
91
Bab 91. Hadiah
92
Bab 92. Melihat makam ayah mertua.
93
Bab 93. Akhirnya tau
94
Bab 94. Yang dinanti-nantikan.
95
Bab 95. Ada yang datang
96
Bab 96. Adelleo dan Adellea.
97
Bab 97. Menenangkan.
98
Bab 98. Kecupan rasa teh.
99
Bab 99. Semakin mirip.
100
Bab 100 Nasehat
101
Bab 101. Ungkapan cinta yang menakutkan
102
Bab 102. Kekasih bayaran
103
Bab 103. Patah hati.
104
Bab 104. Semuanya sudah selesai.
105
Terimakasih
106
Pengumuman (Update novel terbaru)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!