Bab 9. Di izinkan pulang.

Keesokan harinya.

Diana sebenarnya sudah menemukan letak pintu keluar, hanya saja terlalu banyak penjaga yang menghalanginya untuk keluar. Padahal, kalau dipikir-pikir untuk apa ia tinggal di sini? Apa kegunaannya di rumah ini?

Pagi ini, Diana akan berusaha keluar. Sudah terlalu lama ia tinggal di sini sedangkan ayahnya mungkin tengah mencari keberadaan nya.

"Mari sarapan, nona." Pak Hans menuntun Diana ke arah meja makan.

"Aku tidak ingin makan, aku ingin pulang," ucap Diana namun pak Hans hanya mendiaminya.

Diana pun di tuntun hingga di paksa duduk di meja makan yang sudah di penuhi makanan lezat.

"Silahkan, nona." Pak Hans masih setia berdiri di samping Diana memastikan agar Diana memakan sarapannya.

"Makanan nya terlihat enak," gumam Diana menatap makanan yang tertata dengan mata berkaca-kaca.

"Iya, makanan nya memang enak, akan semakin enak kalau nona menyicipi nya," ucap pak Hans membuat Diana menatap laki-laki gagah itu.

"Apa aku akan bisa pulang setelah makan?" tanya Diana.

Pak Hans tampak mengangguk, bukan berarti itu jawaban nya iya, melainkan jawaban lain yang sedang ia jawab.

"Kalau begitu, bolehkah aku membungkus sedikit makanan nya untuk ayah ku?" tanya Diana.

"Tentu saja." Diana tersenyum senang, ia pun menyantap sarapan nya dengan lahap, ini adalah pertama kalinya Diana makan makanan seenak ini. Ayahnya pasti akan senang karena Diana membawa makanan lezat nantinya.

Setelah selesai sarapan. Diana pun bangkit dari duduknya lalu menatap pak Hans penuh harap.

"Apa aku boleh membungkus ayam ini? Ayah ku pasti senang, kami tidak pernah makan ayam," pinta Diana membuat pak Hans merasa tak tega karena sudah membohongi wanita malang yang ada di depan nya.

"Akan saya bungkus, nona. Sekarang anda boleh pergi ke kamar tuan muda," ucap pak Hans membuat Diana bingung.

"Untuk apa?" tanya Diana takut.

"Tuan muda ingin membicarakan sesuatu dengan anda," jawab pak Hans santai.

"Tapi, kalau dia menyakitiku bagaimana?" lirih Diana gemetaran.

"Sepertinya tidak, nona. Mood tuan muda sedang baik pagi ini," bohong pak Hans. Padahal tuannya itu sudah memperlihatkan raut wajah mengerikan, hanya saja tak mungkin ia jujur pada Diana, bisa-bisa wanita hamil itu akan mati ketakutan.

"Mari saya hantarkan, anda juga bisa meminta izin untuk pulang pada tuan muda nanti, urusan ayam nya akan di urus oleh pelayan lain," ucap pak Hans menuntun Diana berjalan ke arah kamar Nathan.

Diana hanya diam sembari menunduk mengikuti pak Hans.

Sesampainya di depan kamar Nathan, pak Hans tampak mengetuk pintu kamar.

"Silahkan, nona." Pak Hans membuka pintu kamar lalu mempersilahkan Diana untuk masuk.

"Aku takut," lirih Diana ingin menangis.

"Tak apa-apa, nona. Anda pasti akan baik-baik saja," ucap pak Hans mencoba menenangkan Diana.

Diana pun memberanikan diri untuk masuk ke dalam kamar Nathan hingga pak Hans menutup kembali pintu kamar.

Diana terkejut karena pak Hans menutup pintu kamar, ia pun memegangi perutnya lalu mengedarkan pandangannya ke sembarang arah.

"Apa kau melihatnya?" tanya Nathan yang tampak baru saja keluar dari ruang ganti.

"Si-siapa?" tanya Diana takut.

"Wanita semalam."

"Tidak, aku tidak melihat nya," jawab Diana jujur.

"Kenapa? Bukankah kau bisa melihat arwah? Lalu sekarang mengapa kau tak bisa melihatnya!" hardik Nathan mulai tersulut emosi.

"Eum, aku tidak tau. Tapi, aku tak melihatnya di sini," jawab Diana gugup.

"Apa dia tak ingin masuk ke kamar ku? Kalau dia tak mau masuk ke kamar ku, lalu dimana aku bisa menemukan nya?"

Diana tampak berpikir keras, dalam keadaan genting seperti ini ia akan sulit untuk berpikir.

"Mu-mungkin di ruangan yang ada foto kemarin," jawab Diana asal.

"Tunggu apalagi? Cepat kesana!" titah Nathan.

Diana pun mencoba membuka pintu namun ternyata pintu di kunci.

"Di kunci," ucap Diana membuat Nathan berdecak kesal.

Nathan berjalan ke arah Diana lalu menendang pintu itu dengan keras. Sontak Diana terkejut apalagi melihat pintu yang terbuka, ternyata pak Hans ada di depan pintu sedari tadi.

"Cepat!"

Diana pun bergegas menuju ruang keluarga, ia tak tau apakah nanti ia bisa melihat wanita itu lagi.

Sesampainya di ruang keluarga, Diana mengedarkan pandangannya. Ia tak menemukan apapun di sana. Habislah riwayat nya, ia harus bagaimana? Apa ia harus berbohong agar bisa selamat dan pulang.

"Dimana dia?" tanya Nathan masuk ke dalam ruang keluarga.

"Mengapa dia tidak muncul?" batin Diana bertanya-tanya.

Diana membalikkan badannya lalu menatap ke arah Nathan, matanya terbelalak seketika melihat siapa yang ada di belakang Nathan.

"Dia mengikuti mu," ucap Diana menunjuk ke arah Nathan.

Nathan pun membalikkan badannya lalu menatap kesana-kemari, kenapa ia tak bisa melihat apapun. Ia kecewa akan hal itu.

"Katakan padanya agar datang ke mimpiku!" titah Nathan. Laki-laki itu sedang meminta, tapi ia tak bisa sedikit lebih lembut.

Diana tampak bingung, bagaimana ia bisa mengatakan itu sedangkan wanita yang mengikuti Nathan tak pernah mengajaknya berbicara.

"Katakan cepat!" titah Nathan tak sabaran.

"Eum, katanya jangan marah-marah, nanti dia tak mau datang ke mimpimu," ucap Diana berbohong.

Nathan menatap tajam ke arah Diana, benarkah yang diucapkan wanita itu? Apa Nathan bisa mempercayai perkataan wanita asing di depannya ini.

"Apa hanya karena aku marah-marah dia tak mau datang ke mimpiku? Apa aku se-mengerikan itu hingga dia tak mau mengunjungi ku walau dalam mimpi?" tanya Nathan pelan.

Laki-laki itu tak sadar bahwa ia begitu sangat mengerikan. Mengapa ia malah bertanya apakah ia se-mengerikan itu? Itu adalah pertanyaan konyol, tentu jawabannya Nathan memanglah sangat mengerikan.

"Kalau aku tidak marah-marah, apakah dia akan datang ke mimpiku?" tanya Nathan pada Diana.

"Eum, mungkin. Cobalah untuk menjadi lebih baik lagi, wanita itu akan menangis jika kau marah-marah," jawab Diana asal.

"Begitukah?"

Nathan menatap ke sembarang arah, berharap sekali saja ia menangkap sosok wanita yang sangat ia rindukan itu.

"Datanglah ke mimpiku, ibu." Nathan berbisik kecil yang tak dapat di dengar oleh Diana maupun pak Hans.

"Eum, apa aku sudah boleh pulang?" tanya Diana penuh harap.

Nathan tampak terdiam lalu menatap pak Hans. Yang di tatap pun langsung mengerti.

"Anda boleh berkunjung sebentar, nona."

Diana tersenyum senang, ia tak menangkap makna dari kalimat pak Hans.

"A-apa aku boleh membawa makanan itu? Ayahku pasti senang." Diana kembali menatap pak Hans penuh harap.

"Tentu, nona. Pelayan sudah membungkus kan nya untuk anda."

"Terimakasih," ucap Diana senang sembari mengatupkan kedua tangannya.

Akhirnya ia bisa pulang dan ia pulang dengan membawa makanan lezat. Ayahnya pasti akan senang dan mereka akan kembali hidup seperti biasa.

"Kita akan makan ayam, ayah. Nana pulang."

_

_

_

_

_

_

_

jangan lupa beri dukungan yah.

Typo bertebaran di mana-mana harap bijak dalam berkomentar yah.

tbc.

Terpopuler

Comments

Ayni Sari

Ayni Sari

kasihan diana. gimNa nanti nasibnya dan anak nya

2024-01-26

0

Nanda Lelo

Nanda Lelo

gak kebayang gimana sedih ny nan pas Sampai d rumah ny ntik

2023-01-17

0

Lastri Naila

Lastri Naila

sedihnya

2022-11-17

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Ketidakberdayaan.
2 Bab 2. Nathaniel Albert Salvador
3 Bab 3. Berkunjung
4 Bab 4. Tragedi.
5 Ban 5. Salah masuk.
6 Bab 6. Membuat masalah.
7 Bab 7. Syok.
8 Bab 8. Dimana pintu keluar?
9 Bab 9. Di izinkan pulang.
10 Bab 10. Kenyataan pahit.
11 Bab 11. Hidup ini sangatlah berat.
12 Bab 12. Apa dia datang?
13 Bab 13. Kejadian di pagi hari.
14 Bab 14. Selamat.
15 Bab 15. Perempuan.
16 Bab 16. Mimpi
17 Bab 17. Bagaimana bisa.
18 Bab 18. Tak menerima penolakan!
19 Bab 19. Dipermainkan
20 Bab 20. Hari pernikahan.
21 Bab 21. Di kekang lagi.
22 Bab 22. Kado ulang tahun.
23 Bab 23. Terharu.
24 Bab 24. Dari siapa?
25 Bab 25. Gara-gara tertidur.
26 Bab 26. Latihan menembak untuk Diana.
27 Bab 27. Berbelanja.
28 Bab 28. Terkejut.
29 Bab 29. Kelahiran bayi Diana.
30 Bab 30. Menenangkan bayi.
31 Bab 31. Bayi Nara dan Nathan.
32 Bab 32. Tidur dengan bayi Nara
33 Bab 33. Pagi hari.
34 Bab 34. Malu.
35 Bab 35. Malam harinya.
36 Bab 36. Malam yang kacau.
37 Bab 37. Sedih lagi.
38 Bab 38. Mengalah.
39 Bab 39. Malam yang panjang.
40 Bab 40. Sedikit membaik.
41 Bab 41. Aku tak berguna.
42 Bab 42. Pegang tanganku!
43 Bab 43. Menggelitik hati.
44 Bab 44. Labirin #1
45 Bab 45. Labirin#2
46 Bab 46. Labirin #3
47 Bab 47. Gara-gara cabai.
48 Bab 48. Tak peduli!
49 Bab 49. Wanita misterius.
50 Bab 50. Bertahan.
51 Bab 51. Akhirnya.
52 Bab 52. Ternyata.
53 Bab 53. Malu.
54 Bab 54. Memusnahkan sampah!
55 Bab 55. Di taman.
56 Bab 56. Syaratnya.
57 Bab 57. Pemanasan.
58 Bab 58. Sakit.
59 Bab 59. Nathan yang semakin menjengkelkan.
60 Bab 60. Pagi yang menyenangkan.
61 Bab 61. Menyenangkan.
62 Bab 62. Mulai membaik.
63 Bab 63. Mulai berani.
64 Bab 64. Bercerita lah.
65 Bab 65. Flashback #1
66 Bab 66. Flashback #2
67 Bab 67. Senyuman setelah air mata.
68 Bab 68. Ajakan makan malam.
69 Bab 69. Makan malam yang romantis.
70 Bab 70. Malam yang tak terduga.
71 Bab 71. Berusaha untuk kuat.
72 Bab 72. Tangis pilu.
73 Bab 73. Sunyi.
74 Bab 74. Dendam yang terbalaskan
75 Bab 75. Akhirnya, kau bangun juga.
76 Bab 76. Pulang ke rumah.
77 Bab 77. Terkejut.
78 Bab 78. Menuduh
79 Bab 79. Harus jujur.
80 Bab 80. Kebenaran yang menyedihkan
81 Bab 81. Mengunjungi Nara.
82 Bab 82. Nanti malam yah.
83 Bab 83. Merah atau hitam?
84 Bab 84. Malam yang hangat.
85 Bab 85. Mau rumah baru.
86 Bab 86. Hampir mati.
87 Bab 87. Membeli ponsel baru.
88 Bab 88. Makin sayang.
89 Bab 89. Lelucon kecil.
90 Bab 90. Tingkah yang aneh.
91 Bab 91. Hadiah
92 Bab 92. Melihat makam ayah mertua.
93 Bab 93. Akhirnya tau
94 Bab 94. Yang dinanti-nantikan.
95 Bab 95. Ada yang datang
96 Bab 96. Adelleo dan Adellea.
97 Bab 97. Menenangkan.
98 Bab 98. Kecupan rasa teh.
99 Bab 99. Semakin mirip.
100 Bab 100 Nasehat
101 Bab 101. Ungkapan cinta yang menakutkan
102 Bab 102. Kekasih bayaran
103 Bab 103. Patah hati.
104 Bab 104. Semuanya sudah selesai.
105 Terimakasih
106 Pengumuman (Update novel terbaru)
Episodes

Updated 106 Episodes

1
Bab 1. Ketidakberdayaan.
2
Bab 2. Nathaniel Albert Salvador
3
Bab 3. Berkunjung
4
Bab 4. Tragedi.
5
Ban 5. Salah masuk.
6
Bab 6. Membuat masalah.
7
Bab 7. Syok.
8
Bab 8. Dimana pintu keluar?
9
Bab 9. Di izinkan pulang.
10
Bab 10. Kenyataan pahit.
11
Bab 11. Hidup ini sangatlah berat.
12
Bab 12. Apa dia datang?
13
Bab 13. Kejadian di pagi hari.
14
Bab 14. Selamat.
15
Bab 15. Perempuan.
16
Bab 16. Mimpi
17
Bab 17. Bagaimana bisa.
18
Bab 18. Tak menerima penolakan!
19
Bab 19. Dipermainkan
20
Bab 20. Hari pernikahan.
21
Bab 21. Di kekang lagi.
22
Bab 22. Kado ulang tahun.
23
Bab 23. Terharu.
24
Bab 24. Dari siapa?
25
Bab 25. Gara-gara tertidur.
26
Bab 26. Latihan menembak untuk Diana.
27
Bab 27. Berbelanja.
28
Bab 28. Terkejut.
29
Bab 29. Kelahiran bayi Diana.
30
Bab 30. Menenangkan bayi.
31
Bab 31. Bayi Nara dan Nathan.
32
Bab 32. Tidur dengan bayi Nara
33
Bab 33. Pagi hari.
34
Bab 34. Malu.
35
Bab 35. Malam harinya.
36
Bab 36. Malam yang kacau.
37
Bab 37. Sedih lagi.
38
Bab 38. Mengalah.
39
Bab 39. Malam yang panjang.
40
Bab 40. Sedikit membaik.
41
Bab 41. Aku tak berguna.
42
Bab 42. Pegang tanganku!
43
Bab 43. Menggelitik hati.
44
Bab 44. Labirin #1
45
Bab 45. Labirin#2
46
Bab 46. Labirin #3
47
Bab 47. Gara-gara cabai.
48
Bab 48. Tak peduli!
49
Bab 49. Wanita misterius.
50
Bab 50. Bertahan.
51
Bab 51. Akhirnya.
52
Bab 52. Ternyata.
53
Bab 53. Malu.
54
Bab 54. Memusnahkan sampah!
55
Bab 55. Di taman.
56
Bab 56. Syaratnya.
57
Bab 57. Pemanasan.
58
Bab 58. Sakit.
59
Bab 59. Nathan yang semakin menjengkelkan.
60
Bab 60. Pagi yang menyenangkan.
61
Bab 61. Menyenangkan.
62
Bab 62. Mulai membaik.
63
Bab 63. Mulai berani.
64
Bab 64. Bercerita lah.
65
Bab 65. Flashback #1
66
Bab 66. Flashback #2
67
Bab 67. Senyuman setelah air mata.
68
Bab 68. Ajakan makan malam.
69
Bab 69. Makan malam yang romantis.
70
Bab 70. Malam yang tak terduga.
71
Bab 71. Berusaha untuk kuat.
72
Bab 72. Tangis pilu.
73
Bab 73. Sunyi.
74
Bab 74. Dendam yang terbalaskan
75
Bab 75. Akhirnya, kau bangun juga.
76
Bab 76. Pulang ke rumah.
77
Bab 77. Terkejut.
78
Bab 78. Menuduh
79
Bab 79. Harus jujur.
80
Bab 80. Kebenaran yang menyedihkan
81
Bab 81. Mengunjungi Nara.
82
Bab 82. Nanti malam yah.
83
Bab 83. Merah atau hitam?
84
Bab 84. Malam yang hangat.
85
Bab 85. Mau rumah baru.
86
Bab 86. Hampir mati.
87
Bab 87. Membeli ponsel baru.
88
Bab 88. Makin sayang.
89
Bab 89. Lelucon kecil.
90
Bab 90. Tingkah yang aneh.
91
Bab 91. Hadiah
92
Bab 92. Melihat makam ayah mertua.
93
Bab 93. Akhirnya tau
94
Bab 94. Yang dinanti-nantikan.
95
Bab 95. Ada yang datang
96
Bab 96. Adelleo dan Adellea.
97
Bab 97. Menenangkan.
98
Bab 98. Kecupan rasa teh.
99
Bab 99. Semakin mirip.
100
Bab 100 Nasehat
101
Bab 101. Ungkapan cinta yang menakutkan
102
Bab 102. Kekasih bayaran
103
Bab 103. Patah hati.
104
Bab 104. Semuanya sudah selesai.
105
Terimakasih
106
Pengumuman (Update novel terbaru)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!